Beracun dan jahat, Pohon Bintaro di Surabaya dihentikan populasinya
Populasi Pohon Bintaro banyak ditemukan di jalan trotoar Surabaya.
pemerintah Kota Surabaya Jawa Timur belum berniat menebang Pohon Bintaro yang diduga memiliki kandungan racun. Sebab pohon yang juga dikenal dengan nama Cerbera Manghas ini cocok hidup di wilayah kritis, atau tanah yang tidak bisa ditanami tumbuhan jenis lain.
"Saya sempat mendengar (Bintaro, pohon beracun), cuma sejauh ini kita belum pernah melakukan penelitian khusus terkait kandungan racun dalam pohon tersebut," terang Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Surabaya Chalid Buhari kepada Wartawan, Surabaya, Selasa (24/3).
Dia mengakui, Pohon Bintaro tumbuh di pingir jalan protokol di Surabaya, sudah sejak lebih dari 10 tahun silam.
"Sebelum saya masuk di DKP, pohon ini sudah ada dan tumbuh di Surabaya. Pohon ini ada ratusan lebih di seluruh wilayah di Surabaya. Sekarang, pohon ini juga dijadikan bahan campuran untuk bahan pupuk," lanjut dia.
Terkait pemilihan Pohon Bintaro sebagai tanam paru-paru kota, lantaran memiliki daun bulat telur dengan warna hijau tua tersusun berselingan, selain itu juga bisa tumbuh di atas tanah yang kritis.
"Pohon ini cocok untuk wilayah kritis. Artinya, kalau pohon jenis lain tidak bisa tumbuh subur ditanam di atas tanah tersebut, Pohon Bintara bisa hidup di situ," dalihnya.
Sedangkan masalah bahaya kandungan racun Pohon Bintaro, Chalid menilai selama ini masih aman-aman saja. Namun, dia berjanji tidak akan menambah jumlah populasi pohon tersebut di Surabaya.
"Saya rasa sejauh ini masih aman-aman saja, asal tidak dikonsumsi manusia. Terkait kandungan racunnya, mungkin kita tidak akan menambah populasi pohon itu di Surabaya," tandasnya.
Sebelumnya, seorang peneliti tanaman Trisno Wardani warga Jalan Darmo Permai Selatan, Surabaya, sempat melakukan penelitian terhadap pohon dengan nama ilmiah Cerberus, yang dalam mitilogi Yunani dikenal sebagai nama anjing berkepala sepuluh.
Dalam penelitiannya itu, Trisno mengaku menemukan zat beracun dalam tumbuhan yang memiliki bunga bermahkota dan berbau tersebut.
Kata dia, pohon berbuah menyerupai mangga, selain beracun juga bisa merusak lingkungan di sekitarnya. Dari hasil penelitiannya, tanaman yang berada pada jarak dua meter di sebelah Pohon Bintaro akan mati karena kekurangan air.
"Kita baru saja melakukan uji laboratorium di Sucofindo. Hasilnya memang ada zat yang membuat tanaman di sekitarnya tidak bisa hidup," ungkap Trisno di rumahnya, Sabtu (21/3).
Dia mencontohkan, air kolam yang penuh ikan, bisa mati dalam hitungan detik jika daun Pohon Bintaro dimasukkan dalam kolam. Air yang tercemari daun Bintaro, dalam hitungan detik, jentik-jentik dalam air itu langsung mati.
"Kalau ditanam dekat kolam atau tambak, ketika daunnya rontok masuk ke air, ikan dalam kolam itu, bisa dipastikan mati," katanya memberi contoh.
"Akar pohon ini juga mengandung zat yang bisa mengeraskan tanah. Jika ditanam di jalan-jalan protokol, maka justru akan memperlambat serapan air ketika terjadi banjir di kota," sambungnya.
Oleh sebab itu, lanjut Trisno, ada bagusnya kalau Pemkot Surabaya tidak lagi menanam Pohon Bintaro lagi di pinggir-pinggir jalan. "Apalagi selama ini, daun yang rontok dikumpulkan oleh Dinas Pertamanan dan didaur ulang dengan daun lain untuk dijadikan pupuk."
Padahal, masih kata dia, jika daunnya dicampur daun yang akan dijadikan pupuk itu, tidak akan menyuburkan, justru akan membuat tanah lebih keras. "Akarnya saja sudah membuat tanah keras, apalagi getah daunnya," cetus dia.
Dia juga menjamin, pada Pohon Bintaro tidak akan pernah tumbuh Benalu. Bahkan ulat dan cacing tanah, hanya mencium aroma pohon ini, tak akan berani mendekat.
Penyebaran Bintaro secara alami di daerah tropis Indo Pasifik, dari Seychelles hingga Polinesia Prancis. Bintaro sering kali merupakan bagian dari ekosistem hutan mangrove. Di Indonesia Bintaro sekarang digunakan sebagai tumbuhan penghijauan daerah pantai serta peneduh kota.
Daun dan buah Pohon Bintaro mengandung zat yang bisa mempengaruhi jantung, suatu glikosida yang disebut cerberin, yang sangat beracun. Getahnya sejak dulu dipakai sebagai racun panah atau tulup untuk berburu. Racunnya dilaporkan dipakai untuk bunuh diri atau membunuh orang.