Berbagai alat uji dalam mengembangkan alutsista TNI
Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Darat (Dislitbangad) menggunakan beberapa alat uji dalam penelitiannya dalam upaya mengembangkan alat utama sistem senjata (alutsista). Alat uji tersebut antara lain uji biologi dan kimia, uji kendaraan, uji senjata dan amunisi, serta alat uji lainnya.
Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Darat (Dislitbangad) menggunakan beberapa alat uji dalam penelitiannya dalam upaya mengembangkan alat utama sistem senjata (alutsista). Alat uji tersebut antara lain uji biologi dan kimia, uji kendaraan, uji senjata dan amunisi, serta alat uji lainnya.
Mayor Inf Hartugianto selaku kepala seksi uji biologi kimia mengatakan, dalam uji biologi dan kimia beberapa yang diuji seperti penjernih air, pemadam kebakaran, dan cairan anti serangga.
"Filosofi ujinya adalah apakah peralatan yang akan diuji sesuai dengan syarat teknis yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan TNI, baik anatomis dan geografis," kata Hartugianto di Laboratorium Litbang di Pusdik Kopassus Batujajar, Bandung Kamis, (23/3).
Sedangkan Mayor Inf Herman selaku kepala seksi alat perlengkapan satuan, mencoba mencontohkan pengujian ketahanan helm prajurit dengan menjatuhkan benda seberat 2 kg dari ketinggian 3 meter. Dari hasil uji ini, helm prajurit dengan berat 1,3 kg tidak terjadi kerusakan dalam pengujian ini.
Selain menguji helm, uji tali payung yang digunakan petugas juga dilakukan. Batas minimal dari tali 120 kgf untuk syarat kelayakan.
"Batas 120 kgf persyaratan, pengujian ini sampai 180 kgf belum putus berarti bagus memenuhi persyaratan," ungkapnya.
Pengujian lain yang ada di Dislitbangad adalah uji senjata dan amunisi. Mayor inf Suratmoko selaku kepala seksi pengujian senjata dan amunisi menjelaskan, lorong tembak digunakan pengujian senjata dan amunisi dengan jarak 300 meter.
Lalu untuk kaliber besar digunakan lapangan dengan jarak 6 km. Jika kaliber yang digunakan lebih besar lagi seperti di Kebumen bisa lebih dari 20 km, Lumajang bisa lebih dari 40 km dan di Aceh bisa sampai 100 km.
-
Siapa sosok penemu ransum TNI? Pencipta ransum TNI ternyata bukanlah seorang tentara, melainkan seorang dokter.
-
Di mana TNI dibentuk? Dahulu TNI dibentuk dan dikembangkan dari sebuah organisasi bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR).
-
Siapa menantu Panglima TNI? Kini Jadi Menantu Panglima TNI, Intip Deretan Potret Cantik Natasya Regina Ini potret cantik Natasya Regina, menantu panglima TNI.
-
Bagaimana anggota TNI itu ditemukan? Anggota TNI dari kesatuan POM AD III/Siliwangi itu pertama kali ditemukan tergeletak berlumuran darah oleh warga di halaman bengkel mobil, Jalan Pangkalan 5, Kelurahan Ciketing Udik, Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi, Jumat (29/3) sekira pukul 03.30 WIB.
-
Kenapa Sesko TNI AU dipindahkan ke Lembang, Bandung? Pada awal pendiriannya, Seskoau berlokasi di Jakarta, namun kemudian dipindahkan ke Lembang, Bandung, Jawa Barat.
-
Apa yang terjadi pada anggota TNI di Bekasi? Seorang anggota TNI Angkatan Darat (AD) berinisial Praka S (27) tewas dengan luka-luka dan berlumuran darah di tubuhnya. Korban tewas setelah menjalani perawatan di Unit Gawat Darurat RSUD Kota Bekasi.
Lebih lanjut Suratmoko juga menjelaskan tentang uji rompi anti peluru. Ada dua jenis level rompi yang digunakan yaitu level 3 dan 4. Rompi level 3 digunakan untuk pasukan anti huru hara, sedangkan rompi level 4 digunakan senjata serbu.
Dalam uji rompi standar minimal deformasi yang terjadi maksimal 44 mm. Saat dilakukan pengujian rompi dengan jarak 25 meter, terjadi deformasi 19,7 mm yang artinya standar minimal terpenuhi.
"Penilaian di balik peluru terjadi deformasi tidak lebih dari 44 mm," jelasnya.
Baca juga:
TNI AD siapkan senjata tipe Dopper khusus latihan prajurit
Ini kapal perang canggih Italia yang ditawarkan ke TNI AL
Kapal perang TNI AL jaga liburan Raja Salman
Menhan tawarkan senjata dan panser buatan RI ke Raja Salman
Pemerintah diminta transparan soal pembelian Helikopter AW 101
Pembelian Helikopter AW 101 diklaim sudah sesuai prosedur
Mengungkap fakta Helikopter AW101 yang ditolak Jokowi