Berimlek dengan Kue Keranjang
Perayaan Tahun Baru Imlek identik dengan kue keranjang. Di Yogyakarta salah satu produsen kue keranjang adalah Sulistyowati (77). Sulistyowati adalah generasi kedua kue keranjang bermerek Lampion yang berada di Tegalpanggung, Kecamatan Danurejan, Kota Yogyakarta.
Perayaan Tahun Baru Imlek identik dengan kue keranjang. Di Yogyakarta salah satu produsen kue keranjang adalah Sulistyowati (77). Sulistyowati adalah generasi kedua kue keranjang bermerek Lampion yang berada di Tegalpanggung, Kecamatan Danurejan, Kota Yogyakarta.
Sulistyowati mengaku khusus membuat kue keranjang setiap kali menjelang peringatan Tahun Baru Imlek. Tahun 2023 ini, Sulistyowati membuat kue keranjang sejak tanggal 5 Januari hingga nanti mendekati Tahun Baru Imlek atau sekitar tanggal 21 Januari.
-
Apa yang viral di Babelan Bekasi? Viral Video Pungli di Babelan Bekasi Palaki Sopir Truk Tiap Lima Meter, Ini Faktanya Beredar video pungli di Babelan Bekasi. Seorang sopir truk yang melintas di kawasan Jalan Raya Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat merekam banyaknya aktivitas pungli baru-baru ini.
-
Apa yang viral di Bangkalan Madura? Viral video memperlihatkan seekor anjing laut yang tidak sewajarnya dikarenakan berkepala sapi yang berada di Kabupaten Bangkalan, Provinsi Jawa Timur.
-
Kolak apa yang viral di Mangga Besar? Baru-baru ini ramai di media sosial war kolak di kawasan Mangga Besar, Jakarta Barat. Sebagaimana terlihat dalam video yang tayang di akun Instagram @noonarosa, warga sudah antre sejak pukul 14:00 WIB sebelum kedainya buka.
-
Apa yang sedang viral di Makassar? Viral Masjid Dijual di Makassar, Ini Penjelasan Camat dan Imam Masjid Fatimah Umar di Kelurahan Bangkala, Kecamatan Manggala, Kota Makassar viral karena hendak dijual.
-
Mengapa kejadian ini viral? Tak lama, unggahan tersebut seketika mencuri perhatian hingga viral di sosial media.
-
Di mana kuburan viral itu berada? Lokasi kuburan itu berada tengah gang sempit RT.03,RW.04, Kelurahan Pisangan Timur, Pulo Gadung, Jakarta Timur.
Kue keranjang bikinan Sulistyowati ini menggunakan resep asli dari ayahnya yang sejak tahun 1960-an membuat kue keranjang. Produksi kue keranjang ini kemudian diteruskan oleh Sulistyowati dan adiknya, Sianiwati (73).
Sulistyowati mengatakan dalam satu hari dirinya yang dibantu oleh enam orang pekerja, mengolah ratusan kilo gula dan tepung ketan menjadi kue keranjang. Sulistyowati menyebut perlu proses panjang untuk memproduksi kue keranjang.
"Masak bahannya sehari, pagi sampai malam. Besoknya baru dijemur. Kita bikinnya enggak hitungan bijian tapi kiloan. Sekilo dijual Rp46 ribu. Nanti tinggal ukurannya. Yang besar diameter 16 cm sekilo dapat satu. Yang ukuran sedang diameter 13 cm ya bisa dapat dua apa tiga buah sekilonya," kata Sulistyowati, Sabtu (14/1).
"Bahan kue keranjang itu beras ketan sama gula. Kita pakai gula pasir bukan gula Jawa. Bahannya kita pakai yang lokal semua. Saya beras ketannya pakai yang dalam yang bagus. Bagus lokal. Yang luar lebih murah tapi saya enggak mau pakai karena kualitas. Rasanya beda," sambung Sulistyowati.
Selain memakai resep asli dari orang tua, beberapa alat yang dipakai Sulistyowati untuk membuat kue keranjang seperti kompor pun masih sama seperti saat orang tuanya membuat kue keranjang.
"Saya masih pakai kompor minyak tanah. Dulu dibikin sama orang tua saya desainnya. Jadi agak beda dengan kompor lainnya. Pakai minyak tanah karena apinya lebih stabil daripada pakai gas. Butuh api yang stabil untuk mengolah bahan membuat kue keranjang," tutur Sulistyowati.
Sulistyowati menerangkan pembelian kue keranjang saat ini masih jauh dibandingkan permintaan saat sebelum pandemi Covid-19 lalu. Sulistyowati menerangkan jika biasanya dirinya mempekerjakan 10 orang untuk membantu, tahun ini hanya memakai enam pekerja saja.
Jika sebelum pandemi, dirinya bisa memproduksi hingga mencapai dua ton kue keranjang. Sementara tahun ini dirinya memprediksi hanya bisa membuat satu ton kue keranjang saja.
"Ada penurunan. Belum seperti saat sebelum Covid-19 lalu. Mungkin karena faktor ekonomi belum membaik ya. Tapi sudah bersyukur karena saat pandemi dulu saya sempat tutup satu tahun di 2020. Ya karena takut penularan Covid-19 saat itu, makanya saya gak buat," ucap Sulistyowati.
Baginya, kue keranjang ini seperti ketupat saat perayaan Idul Fitri, harus ada dalam perayaan Imlek. Sehingga dirinya pun terus memproduksi kue keranjang sejak masih membantu orang tuanya di tahun 60-an hingga saat ini. Dirinya berharap agar usaha yang dirintis orangtuanya ini nantinya bisa diturunkan pada anaknya.
"Saya sudah sejak lama bikin kue keranjang. Dari bantu-bantu bapak sampai sekarang membikin sendiri sama adik. Saya berharap nanti usaha ini bisa diturunkan pada anak-anak saya. Semoga mereka mau meneruskan," ungkap Sulistyowati.
Sulistyowati menceritakan dirinya sudah banyak makan asam garam tentang pembuatan kue keranjang. Termasuk saat Orde Baru di mana perayaan Imlek dilarang dirayakan secara besar-besaran.
"Dulu zaman Orde Baru ya tetap produksi meski perayaan Imlek tidak boleh seperti sekarang ini. Dulu yang beli ya ada tapi cuma untuk sembayang di rumah saja. Kalau sekarang ada yang beli untuk sembayang ada juga yang dibagikan pada sanak saudara," tutur Sulisyowati.
Sulistyowati menambahkan jika kue keranjang yang dibuatnya ini lebih banyak untuk melayani pesanan pembeli. Pembeli biasanya sudah memesan sejak 20 hari sebelum perayaan Tahun Baru Imlek.
"Ya pesanan dari pelanggan. Ada yang dari 20 hari sebelum Imlek. Tapi paling banyak pesan seminggu sebelum Imlek. Pesanan dari Yogya, Jawa Tengah sampai Lampung," tutup Sulistyowati.
(mdk/cob)