Bikin Pojok Dilan, Ridwan Kamil Disarankan Lebih Baik Tangani Masalah Ekonomi
Polemik kebijakan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang mengabadikan pojok Dilan (Dilan's Corner) masih menuai kontroversi. Banyak pihak menilai keputusan itu tidak memiliki urgensi meski tujuannya menumbuhkan budaya literasi.
Polemik kebijakan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang mengabadikan pojok Dilan (Dilan's Corner) masih menuai kontroversi. Banyak pihak menilai keputusan itu tidak memiliki urgensi meski tujuannya menumbuhkan budaya literasi.
Anggota Komisi V DPRD Jawa Barat Abdul Hadi Wijaya tak ragu melayangkan kritik pedas. Baginya, keputusan itu sama saja mengorbankan marwah gubernur sebagai bapak dari puluhan juta rakyat Jawa Barat.
-
Kenapa Ridwan Kamil menemui Jusuf Kalla? “Beliau kan orang pintar ya dan penuh dengan pengalaman, arif, bijaksana. Sehingga saya perlu mendapatkan arahan, wejangannya dari beliau,” sambungnya.
-
Kapan Ridwan Kamil menyelesaikan kuliahnya? Selanjutnya adalah potret Ridwan Kamil saat menyelesaikan Sarjana S-1 Teknik Arsitektur Institut Teknologi Bandung pada tahun 1995.
-
Siapa yang menyambut Ridwan Kamil di Cagar Budaya Setu Babakan? Kedatangannya itu langsung disambut oleh mantan Gubernur Fauzi Bowo alias Foke, Rabu (4/9).
-
Kapan Ridwan Kamil mencoblos? Hal itu ia sampaikan usai mencoblos surar suara di TPS 45, Jalan Gunung Kencana, Ciumbuleuit, Kota Bandung, Rabu (14/2).
-
Siapa yang memberikan wejangan kepada Ridwan Kamil? Dalam pertemuan itu, Foke mengaku telah memberikan sejumlah wejangan kepada mantan Gubernur Jawa Barat tersebut.
-
Apa yang dikatakan oleh Ridwan Kamil saat maju di Pilkada Jakarta? Calon pesaing Anies, Ridwan Kamil tak kalah kuat. Ridwan Kamil mendapatkan lampu hijau dari partai koalisi Prabowo-Gibran untuk maju Pilkada Jakarta. Partai-partai yang menyatakan kesiapan mengusung Ridwan Kamil itu adalah Gerindra, PAN dan Golkar. Bahkan, Gerindra sudah terang-terangan menginginkan kadernya menjadi calon wakil gubernur untuk mendampingi Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta 2024."Secara alami secara manusiawi, kami ingin wakil kami ada di wakil gubernur," kata Habibburokhman kepada wartawan.
Ada banyak hal penting dan konstruktif yang harus dipikirkan oleh seorang gubernur, seperti pengentasan ketimpangan ekonomi. Maka tak heran, jika keputusan ini menimbulkan berbagai reaksi dari berbagai pihak, maupun netizen.
"(Pojok) Dilan ini tidak konstruktif, dari segi karya memang harus diapresiasi. Tapi enggak usah dilebih-lebihkan. Itu bisa dilakukan untuk tingkat Wali Kota. Kan enggak enak gubernur kita di-bully. Beliau (Ridwan Kamil) punya marwah yang tinggi sebagai bapak puluhan juta warga Jabar. Mereka butuh perhatian," katanya saat dihubungi, Kamis (28/2/2019).
Abdul menduga, di balik keputusannya meresmikan pojok Dilan atau peringatan hari Dilan, Ridwan Kamil ingin meraih simpati dan mementingkan popularitas. Meski dari segi aturan tidak ada yang dilanggar, namun lebih baik tetap mengutamakan prioritas yang jadi tugasnya.
"Banyak lho pekerjaan rumah dari Ridwan Kamil. Manajemen pemerintah kan butuh penyesuaian karena banyak SDM yang dirotasi, kultur kerja yang belum dipahami. Banyak bencana, banjir, longsor. Belum lagi penyusunan RPJMD, Itu kan perlu fokus Gubernur," tegasnya.
Karena itu, ke depan dia berharap Ridwan Kamil bisa lebih bijak dalam memilih proyek pembangunan yang lebih penting untuk masyarakat. Dengan tidak menghamburkan energi pada proyek yang secara manfaat tidak terlalu besar. Menurut dia, ada cara lain untuk mendongkrak budaya literasi di Jabar, tidak melulu dengan melakukan pembangunan Dilan's Corner.
"Saya mohon ke depan Pak Gubernur bisa lebih bijak. Akhirnya kan yang terjadi seperti sekarang, polemik di mana-mana," terangnya.
Sementara itu, Akademisi dan Budayawan, Budi Dalton menilai sosok Dilan adalah tokoh fiksi yang bisa mewakili pop culture anak muda. Selama 10 tahun terakhir, sepeninggal Kabayan atau Lupus tidak ada tokoh fiksi yang bisa mewakili sebagian besar anak muda.
Dilan lahir dari sebuah karya sastra yang sukses bahkan menjadi fenomena hingga akhirnya difilmkan. Itu pantas diapresiasi. Namun ia tidak melihat urgensi di balik keputusan Ridwan Kamil meresmikan Pojok Dilan.
"Menurut saya, ini tidak ada urgensinya. Bukan masalah Dilannya, tapi saat memutuskan taman dilan tidak ada urgensi dan memancing kontroversi dari berbagai pihak," kata pria yang juga teman dekat Pidi Baiq, penulis buku Dilan.
"Lalu, berbicara tentang gubernur, alangkah baiknya memprioritaskan program beliau saat kampanye. Sekaliber beliau dengan timnya harusnya sudah memprediksi efeknya," lanjutnya.
Ia pun berharap Ridwan Kamil tidak reaktif dengan kritik dan saran dari masyarakat. Terkait tujuan soal menumbuhkan literasi masyarakat, Budi menilai banyak komunitas atau masyarakat yang bergelut di dunia tersebut.
"Menurut saya, untuk menumbuhkan literasi kan sudah banyak, tapi tidak banyak disentuh. Temen majelis sastra Bandung. Jadi (gimmick) seperti (peresmian pojok dilan atau peringatan hari Dilan) direm dulu lah," jelasnya.
Ada Sosok Yang Lebih Layak Diabadikan
Dihubungi terpisah, pegiat sejarah Gatot Gunawan berpendapat, jika Ridwan Kamil ingin mengambil momentum kesuksesan sebuah film, ada sosok orang Bandung yang patut diapresiasi tapi terlupakan. Ia adalah Bupati Bandung RAA. Wiranatakusumah V.
Wiranatakusumah adalah inisiator film berjudul Lutung Kasarung yang menjadi film pertama yang diproduksi di Indonesia/Hindia Belanda.
"Seharusnya beliau mengenalkan kiprah Wiranatakusumah V dalam dunia perfilman kepada generasi milenial. Kami rasa Gubernur terlalu lebay dalam mengangkat film dilan," ucapnya.
Lebih jauh, Ridwan Kamil seharusnya lebih peka, bahwa di Jawa Barat khususnya Bandung, bulan Februari telah dideklarasikan sebagai Bulan Cinta Ibu Bangsa Inggit Garnasih.
Ridwan Kamil yang didapuk sebagai Duta Sukarno seharusnya mengambil kesempatan ini untuk mengenalkan kembali kepada warganya tentang sosok Inggit Garnasih.
"Februari seharusnya dijadikan momentum oleh emil untuk mengangkat kisah nyata Inggit Garnasih tentang pengorbanan, perjuangan, cinta kasih yang tulus," terangnya.
"Jangan sampai rasa keingintahuan generasi milenial tentang sosok Dilan malah lebih besar dari pada keingintahuan mereka akan sosok Inggit Garnasih, atau pejuang lainnya. Kalau itu terjadi maka itu menjadi kesalahan besar pemimpin yang tak serius dalam mengenalkan kembali sejarah bangsanya," pungkasnya.
Sebelumnya, pada Minggu (24/2) lalu, Gubernur Ridwan Kamil turut melangsungkan peletakan batu pertama Dilan's Corner di kawasan GOR Saparua, Kota Bandung. Tempat dibuat untuk mendongkrak semangat literasi masyarakat.
"Karena ini juga terinspirasi dari Dilan yang dikonversikan ke film. Mudah-mudahan film Dilan dapat diikuti kesuksesan dari literasi, kira-kira begitu," ujar Ridwan Kamil di sela peletakan batu pertama Dilan's Corner, pada Minggu (24/2) lalu.
Pria yang akrab disapa Emil itu memastikan, pembangunan Pojok Dilan yang merupakan proyek pemerintah ini akan tuntas di akhir tahun 2019 ini. Adapun yang akan disediakan di lokasi, yakni meja untuk baca buku termasuk perpustakaan dan ditambahkan memorablilia Dilan.
Dia merasa harus mendorong budaya literasi, mengingat Indonesia masih berada pada rangking 60 dari 65 negara. Sementara untuk menjadi yang pandai, menulis dan membaca dinilai sangat penting.
"Kalau baca buku aja malas, makanya hoaksnya banyak. Supaya kita menjadi bangsa yang mendalami tulisan," ucapnya seraya mengatakan ingin kian memanfaatkan Taman Saparua.
Baca juga:
Jokowi Resmikan Bandara Tasikmalaya
Menteri Susi Tantang Ridwan Kamil Batasi Penggunaan Kantong Plastik
Pidato Politik Jokowi Dihadiri Menteri-Ketum Parpol, Kang Emil Pembuka Testimoni
Ridwan Kamil Resmikan Sudut Film Dilan di Bandung
Gara-Gara Film Dilan 1991, Ridwan Kamil Teringat Masa Pacaran