BIN klaim sudah tahu, kenapa rusuh Tolikara tetap terjadi?
Kepala BIN Sutiyoso mengaku BIN sudah mendeteksi adanya kemungkinan gesekan di Tolikara akan terjadi.
Toleransi antar umar beragama di Indonesia tercoreng dengan adanya tragedi Tolikara, Papua, Jumat (17/7) lalu. Tak cuma penyerangan terhadap umat muslim yang tengah melaksanakan salat Idul Fitri, massa yang saat itu sulit dikendalikan juga melakukan pembakaran kios pasar hingga merembet ke musala.
Perhatian pun banyak ditujukan kepada Badan Intelijen Negara (BIN). Banyak yang beranggapan insiden itu harusnya bisa dicegah dan tak perlu terjadi jika BIN tak kecolongan.
Kepala BIN Sutiyoso pun angkat bicara. Purnawirawan jenderal TNI bintang tiga ini tak mau jika lembaga yang dipimpinnya disebut kecolongan dalam kasus Tolikara.
Bang Yos mengaku BIN sudah mendeteksi adanya kemungkinan gesekan di Tolikara akan terjadi. Namun soal eksekusi di lapangan, BIN menyerahkan seluruhnya kepada aparat yang berwenang.
"Sudah kita deteksi sehingga ketahuan. Ingat, BIN mendeteksi, yang melaksanakan di lapangan aparat," tulis Sutiyoso saat dihubungi melalui pesan pendek kepada merdeka.com, Selasa (21/7).
Dia juga menyatakan informasi yang dimiliki BIN sudah diberikan ke aparat terkait. Mereka juga sudah melakukan rapat koordinasi.
Menurutnya, hasil rapat koordinasi semua pihak sepakat salat Idul Fitri akan dilaksanakan dan aparat keamanan akan melakukan pengamanan.
"Kalau akhirnya terjadi tembakan ke perusuh itu yang akan diusut Polri. Apa sudah sesuai prosedur," katanya.
Kemarin, di Istana Negara, Jakarta, Sutiyoso kembali membantah jika BIN disebut kecolongan. "Salah alamat. Enggak ngerti tupoksinya BIN. Tugasnya BIN itu memberikan informasi," kata Sutiyoso, kemarin.
Menurutnya, BIN telah memberikan informasi jika bakal terjadi peristiwa di Tolikara sejak 11 Juli. Kemudian direspon oleh aparat dan polres dengan langsung menggelar rapat muspida, melibatkan bupati dan tokoh agama.
"Semuanya sudah dilibatkan termasuk juga melibatkan Presiden GIDI, itu respon yang baik. Pada hari H-nya tanggal 17 dia jaga. Kalau enggak ada informasi dari kita dari mana dia dapat informasi gitu dari kita, dia jaga," jelas Sutiyoso.
Sutiyoso menilai ada yang memanfaatkan peristiwa tersebut untuk 'menyerang' Presiden Jokowi dan dirinya sebagai kepala BIN.
"Jadi Anda jangan salah ya, orang itu memanfaatkan peristiwa ini untuk menyerang Pak Jokowi, nyerang pemerintahan, nyerang saya sebagai KaBIN, nyerang Kapolri itu sudah biasa," katanya.
Dikonfirmasi mengenai pengakuan Sutiyoso yang sudah mendeteksi jika Tolikara bakal rusuh saat Lebaran, Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti enggan berkomentar.
"Kalau itu langsung ke BIN," imbuh Badrodin saat dihubungi merdeka.com, Rabu (22/7).
Rencananya DPR bakal memanggil Jenderal Pol Badrodin Haiti untuk dimintai keterangan soal tragedi tersebut. DPR ingin agar persoalan tersebut menjadi prioritas utama bagi Polri.
"Kita ingin berdiskusi dengan Kapolri dan pimpinan Polri yang lain agar penanganan ini jadi prioritas terutama menyangkut Sara karena di tengah kondisi ekonomi yang turun, banyak hal bisa terjadi dan bisa jadi pemicu terjadi kerusuhan," kata Wakil Ketua DPR Fadli Zon di Gedung DPR, Jakarta, kemarin.
Namun, Jenderal Pol Badrodin Haiti mengaku belum mendapatkan panggilan resmi dari DPR.
"Belum. Belum ada," kata Badrodin.
Hadir atau tidaknya dirinya, Badrodin mengaku hal itu tergantung pada isi panggilan. "Tergantung pemanggilannya apa," katanya.