BIN: Menurut Teroris Waktu Tepat Amaliyah saat Jelang Ramadan, Targetnya Kafir
Selain itu, lanjut Wawan, adanya pemahaman makna jihad yang sempit. Bahwa jihad dengan melakukan aksi kekerasan berupa bom bunuh diri atau amaliyah akan mati syahid dan masuk surga.
Deputi VII Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Hari Purwanto berbicara aksi teroris yang muncul dalam sepekan terakhir. Menurutnya, terorisme terjadi karena rendahnya terhadap nilai-nilai agama hingga salah menafsirkan.
"Terkait kasus teror sepekan terakhir pemicunya adalah rendahnya pemahaman terhadap nilai-nilai agama sehingga salah dalam menafsirkannya, akhirnya mudah dipengaruhi dan didoktrin," katanya kepada wartawan, Kamis (1/4).
-
Dimana serangan teroris terjadi? Serangan tersebut terjadi di gedung teater Crocus City Hall yang berlokasi di Krasnogorsk, sebuah kota yang terletak di barat ibu kota Rusia, Moskow.
-
Siapa yang melaporkan Dewan Pengawas KPK ke Mabes Polri? Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) buka suara perihal Nurul Ghufron yang melaporkan Dewan Pengawas (Dewas) KPK ke Bareskrim Mabes Polri dengan dugaan pencemaran nama baik.
-
Di mana kejadian teror suara ketuk pintu ini terjadi? Belum lama ini, sebuah kejadian yang tak biasa terjadi di Kecamatan Cikande, Kabupaten Serang, Banten.
-
Bagaimana peran Ditjen Polpum Kemendagri dalam menangani radikalisme dan terorisme? Ketua Tim Kerjasama Intelijen Timotius dalam laporannya mengatakan, Ditjen Polpum terus berperan aktif mendukung upaya penanganan radikalisme dan terorisme. Hal ini dilakukan sejalan dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 7 Tahun 2021 tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme Tahun 2020-2024.
-
Kenapa Mpok Alpa bingung dengan teror tersebut? Cek cctv tapi yang anehnya CCTV gue mati, pas lempengan itu dicek nggak ada, aneh mati. Pas gua cek mati, " kata Mpok Alpa.
-
Kapan Polri mengatur pangkat polisi? Hal itu sesuai dengan peraturan Kapolri Nomor 3 Tahun 2016 tentang Administrasi Kepangkatan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Selain itu, lanjut Wawan, adanya pemahaman makna jihad yang sempit. Bahwa jihad dengan melakukan aksi kekerasan berupa bom bunuh diri atau amaliyah akan mati syahid dan masuk surga.
"Menurut mereka waktu yang tepat untuk amaliyah adalah menjelang ramadan dan targetnya kelompok yang dinilainya kafir. Hal ini bisa dilihat dari wasiat yang mereka tinggalkan untuk keluarga dan orang terdekatnya. Ini yang harus kita luruskan melalui literasi publik bersama seluruh elemen masyarakat," tuturnya.
Lebih lanjut, kata dia, pemicu terjadinya aksi teroris lainnya adalah keliru pemahaman tentang agama dan ideologi. Serta keliru dalam mencerna persoalan dan ada masalah ekonomi.
" Jika terjadi penindakan oleh aparat lantas timbul sakit hati dan ingin balas, apalagi jika mereka beranggapan ada ketidakadilan dalam masyarakat," jelasnya.
Wawan mengimbau masyarakat agar waspada dan tidak mudah menerima ajaran dan doktrin yang keliru tentang nilai-nilai agama. Orang tua juga perlu mengawasi anaknya.
"Jika ada perilaku yang aneh segera dibimbing dan diingatkan supaya terhindar dari pengaruh ajaran yang mengarah ke aksi terorisme. Tidak ada agama yang mengajarkan teror," katanya.
Baca juga:
Mabes Polri Perketat Pemeriksaan Tamu Buntut Penyerangan Teroris
Senjata Dipakai ZA Jenis Airgun Kaliber 4,5 Milimeter, Asal Usul Diselidiki Polisi
Panglima TNI Minta Prajurit Bantu Polisi Amankan Objek Vital Usai Teror Mabes Polri
Kutuk Aksi Terorisme, Ridwan Kamil Minta Masyarakat Waspada
Kuliah 3 Semester di Gunadarma Nilai IPK ZA Capai 3,2
Polisi Sebut Senjata Digunakan ZA Meneror di Mabes Polri Bukan Rakitan
Polisi Duga ZA Selipkan Senjata di Pinggang saat Lewati Penjagaan Mabes Polri