BMKG Deteksi Tujuh Titik Panas di NTT
Sementara pada suatu lokasi di permukaan bumi akan diobservasi dua hingga empat kali per hari.
Stasiun Meteorologi El Tari Kupang Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mendeteksi tujuh titik panas (hotspot) di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 28 dan 29 Juli 2021.
"Tujuh titik panas tersebar di Kabupaten Kupang, Sumba Barat Daya, dan Sumba Timur," kata Kepala Stasiun Meteorologi El Tari Kupang Agung Sudiono Abadi dalam keterangannya di Kupang, Kamis (29/7).
-
Kenapa Betrand Peto pulang ke NTT? Betrand Peto, putra sambung Sarwendah dan Ruben Onsu, sedang pulang ke NTT untuk melayat neneknya yang baru saja meninggal.
-
Apa yang dilakukan pelaku terhadap tiga pemuda di NTT? Tiga pemuda yang menjadi korban penembakan yakni RS, DS dan YL. Mereka sempat menjalani perawatan medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kefamenanu, Kabupaten TTU.
-
Bagaimana MKMK dibentuk? Ketiga orang ini dipilih secara aklamasi oleh seluruh hakim konstitusi.
-
Kapan BBNKB dikenakan? BBNKB berlaku bila seseorang melakukan transaksi jual beli mobil bekas dan akan dikenakan biaya balik nama sehingga kendaraan tersebut memiliki nama sesuai dengan pemilik atau pembelinya.
-
Apa yang dilakukan oleh KWT Srikandi di Kelurahan Nusa Jaya? Para anggota KWT Srikandi di RT 02, RW 08 ini berhasil membudidayakan sejumlah jenis sayuran yang mudah diolah.
-
Dimana penembakan tiga pemuda di NTT terjadi? Pelaku penembakan terhadap tiga orang pemuda asal Peboko, Kelurahan Kefamenanu Utara, Kecamatan Kota Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT), ditangkap.
Secara rinci, tujuh titik panas tersebut terbagi menjadi 3 titik panas di Kabupaten Kupang, 3 titik panas di Sumba Timur, dan 1 titik di Sumba Barat Daya.
Titik panas terpantau berdasarkan analisis peta sebaran titik panas dengan pantauan Satelit Terra, Aqua, Suomi NPP, dan NOAA20 oleh Lapan.
"Tingkat kepercayaan di atas 80 persen," tambahnya.
Agung menjelaskan satelit akan mendeteksi anomali suhu panas dalam luasan satu kilometer persegi.
Sementara pada suatu lokasi di permukaan bumi akan diobservasi dua hingga empat kali per hari.
Pada wilayah yang tertutup awan, kata Agung, hotspot tidak dapat terdeteksi. Selain itu, kekeringan dan embusan angin kencang juga menjadi penyebab tidak langsung dalam sebaran suatu titik panas tersebut.
Lebih lanjut, dia mengatakan citra satelit hanya menilai anomali reflekstifitas dan suhu sekitar yang diinterpretasikan sebagai titik panas (hotspot). "Penyebab adanya anomali tersebut tidak dapat kami pastikan," ucapnya.
Baca juga:
BMKG Pantau 35 Titik Panas di Sumatera Utara
20 Hektare Lahan Tidur di Ogan Ilir Terbakar, Api Belum Padam
Kebakaran Hutan dan Padang Rumput Akibat Erupsi Gunung Ile Lewotolok Semakin Meluas
50 Gajah Selamat dari Kebakaran Hutan Suaka Margasatwa Padang Sugihan
10 Daerah Sumsel Darurat Karhutla, BPBD Minta Tambahan Heli untuk Water Bombing
Helikopter 16 Kali Water Bombing Taman Nasional di Inhu yang Terbakar