BMKG Prediksi Es di Puncak Jaya Wijaya Hilang pada 2025
Mencairnya es di Puncak Jaya Wijaya itu merupakan dampak perubahan iklim.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkap prediksi es di Puncak Jaya Wijaya, Papua akan mencair hingga hilang pada 2025. Mencairnya es di Puncak Jaya Wijaya itu merupakan dampak perubahan iklim.
"Penyusutan gunung es Puncak Jaya Wijaya yang diteliti oleh BMKG, diprediksi tahun 2025 es itu sudah punah, sudah tidak ada di Puncak Jaya wijaya lagi," ujar Dwikorita dalam rapat dengan Komisi V DPR RI, Senin (21/3).
-
Bagaimana BMKG mengimbau masyarakat untuk mengurangi dampak suhu panas? Demi mengurangi dampak suhu panas, BMKG mengimbau masyarakat untuk mengonsumsi air mineral secara cukup dan teratur supaya terhindar dari dehidrasi, terutama saat melaksanakan ibadah kurban yang dilakukan di luar ruangan.
-
Mengapa Indonesia menagih janji pendanaan negara maju untuk mengatasi perubahan iklim di Sidang Umum ke-44 AIPA? Pada 15th Conference of Parties (COP15) of the UNFCCC di Denmark tahun 2009, Putu mengungkap bahwa negara maju berkomitmen tujuan kolektif memobilisasi 100 miliar dolar per tahun mulai 2020 untuk aksi iklim bagi negara berkembang, yaitu aksi mitigasi terhadap perubahan iklim dan transparansi pelaksanaan. "Sehingga ini memang belum kita mampu mewujudkan. Dan harapannya jika ini tuntutan Indonesia harapannya juga menjadi tuntutan kawasan ASEAN kepada negara-negara yang maju," Putu Supadma Rudana.
-
Bagaimana Indonesia mendorong pemerintah agar mengatasi perubahan iklim di Sidang Umum ke-44 AIPA? “Dalam aspek itu, peran dan visi parlemen sangat penting dan besar untuk tidak hentinya selalu mendorong pemerintah agar melakukan segala upaya tidak hanya bisnis as usual, tapi juga out of the box, melampaui daripada konsep-konsep biasa,” ujar Wakil Ketua BKSAP DPR RI ini.
-
Kenapa BPBD Banyumas melakukan apel kesiapsiagaan untuk menghadapi bencana hidrometeorologi? Selain itu pihaknya juga akan menggelar apel kesiapsiagaan sebagai titik awal dari gerakan untuk meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi bencana hidrometeorologi di berbagai wilayah Banyumas."Apel tersebut juga sebagai upaya pencegahan ancaman maupun pengurangan risiko bencana pada musim hujan dengan cara membersihkan gorong-gorong, saluran air, dan sebagainya," jelas Budi.
-
Apa yang diwaspadai oleh BMKG di Jogja terkait siklon tropis 99W? “Waspada potensi angin kencang. Diharapkan untuk memangkas pohon yang berpotensi tumbang atau rapuh,” ujar Kepala Stasiun Meteorologi BMKG Yogyakarta, Warjono, mengutip ANTARA pada Senin (16/10).
-
Kapan BMKG mengimbau pemudik untuk mewaspadai cuaca ekstrem di Jateng? Pada Minggu (7/4), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau pemudik khususnya yang mengendarai sepeda motor agar mewadahi potensi cuaca ekstrem dengan intensitas sedang-lebat yang disertai petir dan angin kencang di sejumlah wilayag Jateng.
Saat ini, kondisi area es di Puncak Jaya Wijaya hanya tinggal 1 persen. Dari 200 Km³ (kubik) menjadi 2 Km³. Selain ditandakan pencairan es di Puncak Jaya Wijaya, perubahan iklim terlihat dari temperatur yang semakin melompat. Seperti di Jakarta dalam 100 tahun suhu udara meningkat 1 derajat Celcius.
"Padahal kesepakatan global itu dibatasi 1, derajat celcius nanti di tahun 2030. Ini data di tahun 2010. Jadi betapa melampauinya. Maaf ini data tahun 2016," ungkap Dwikorita.
"Jadi ini mendahului tahun 2030, jadi sudah hampir mencapai 1,5," imbuhnya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan tim BMKG di Puncak Jaya, pada Juni 2010 ketebalan es di sana mencapai 31,49 meter. Tebal es berkurang ~526 meter dari 2010 sampai dengan 2015, dengan rata-rata ~1,05 meter per tahun.
Namun diketahui dari penelitian berikutnya tebal es menjadi berkurang ~5,7 meter dari November 2015 sampai dengan November 2016. Saat itu merupakan tahun dengan El Nino kuat.
Pada Februari 2021, susut es di Puncak Jaya telah mencapai 23,46 meter. Sehingga BMKG memprediksi tutupan es di sana akan hilang di 2025.
Selain itu, kata Dwikorita, banjir di Jakarta menunjukkan kenaikan frekuensi pada dekade terakhir. Hal ini dampak terjadinya perubahan iklim.
"Dan juga banjir Jakarta menunjukan data terakhir menunjukan frekuensi banjir meningkat pada dekade terakhir bersesuaian dengan intensitas curah hujan harian yang tinggi tahunan," jelas Dwikorita.
(mdk/ray)