BNPT sebut ideologi radikal bibit terorisme baru
"Sembilan angkatan di Poso, lima angkatan di Sulsel," kata Ketua BNPT Ansyaad Mbai.
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyatakan jaringan teroris Al Qaedah Indonesi (Indonesi adalah pengucapan Indonesia dalam bahasa Arab) diperkirakan masih sekitar 50 orang. Mereka terdiri dari sembilan angkatan di Poso dan lima angkatan di Sulawesi Selatan.
"Sembilan angkatan di Poso, lima angkatan di Sulsel. Ya itu kira-kira sendiri, saya juga enggak tahu. Ya sekitar 50 itu masih, itu bukan DPO kan kita belum tahu namanya," ujar Ketua BNPT Ansyaad Mbai di Gedung DPR, Jakarta, Senin (1/10).
Ansyaad pun mengaku pelaku teroris di Solo termasuk jaringan Al Qaedah Indonesi, bukan hanya Santoso, anggota JAT yang melakukan aksi perampokan bank BCA di Palu. Sebab, Jaringan Al Qaedah masuk ke Solo juga dalam menyebarkan ideologi radikal.
"Itu yang ditangkap di Solo juga, ya di mana-mana. Itu yang mereka tanamkan paham-paham radikal itu, menamakan negara ini thogut, negara sana kafir," kata dia.
Ansyaad pun mengaku mengetahui alasan Solo dipilih sebagai tempat kondusif bagi teroris untuk melancarkan aksinya. Namun, dia mengatakan masih banyak mentor spiritual yang menyebarkan paham radikal bagi bibit terorisme baru.
"Wah saya juga enggak tahu kenapa Solo yang dijadikan tempat, tapi yang jelas di situ masih banyak mentor spiritual yang mengajarkan mereka begitu,"jelas dia.
Sementara itu, jumlah DPO dari jaringan Al Qaedah Indonesi yang masih dalam pengejaran. Ansyaad pun mengaku penanganannya berada di Densus dan Mabes Polri.
"Waduh itu saya enggak hafal, itu tanya densus, tanya mabes polri. DPO dari polisi hanya DPO yang dari polisi,"jelas dia.