BNPT tingkatkan kemampuan hadapi aksi teror senjata kimia
"Mereka bergerak dengan kemampuan yang terus meningkat. Kita siapkan kemampuan kesatuan-kesatuan kita."
Para pelaku aksi terorisme mulai mengarah pada penggunaan senjata kimia dalam menjalankan aksi kejahatannya. Beberapa temuan dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) didapatkan adanya zat-zat kimia berbahaya yang diduga dipersiapkan untuk mendukung aksi-aksi mereka.
BNPT, dalam rangka kesiapan penanggulangan aksi terorisme, menggelar latihan bersama menghadapi kemungkinan teror penggunaan senjata kimia. Latihan dipusatkan di Lapangan Udara Abdulrachman Saleh, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang.
"Latihan ini merupakan program BNPT dalam rangka penanggulangan kejahatan aksi terorisme, terutama penanganan untuk aksi-aksi penggunaan CBRN (chemical, biological, radiological and nuclear)" kata Irjen Pol Arief Darmawan, Deputi Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan BNPT di sela latihan, Rabu (26/8).
Perkembangan aksi teroris, katanya tidak lagi dengan cara tradisional, tetapi ada kecenderungan penggunaan bahan kimia. Kasus di Depok sudah menggunakan zat berbahaya jenis clorin.
"Mereka bergerak dengan kemampuan yang terus meningkat. Kita siapkan kemampuan kesatuan-kesatuan kita," katanya.
Latihan tersebut sekaligus untuk melihat kemampuan setiap satuan dalam menghadapi aksi teror. Latihan dilakukan bersama-sama dengan 200 personel yang dilibatkan.
"Satu satuan dengan satuan yang lain harus punya kemampuan komunikasi dan kerjasama. Kesempatan ini akan memudahkan sebuah tim bisa bekerjasama," katanya.
Tidak dibantah, Malang Raya memiliki tingkat ancaman terorisme yang tinggi terkait aktivitas ISIS dan menangkap gembong teroris di Batu. Namun Arif menolak hal itu dihubungkan dengan pelatihan gabungan yang digelarnya.
"Tidak ada kaitannya dengan itu (penangkapan terduga teroris di Malang). Kita selalu waspada, Malang sudah memiliki potensi kesiapan lebih baik mulai satuan gegana dan lain-lain," katanya.
Para peserta mendapatkan teori tentang bahan kimia dan nuklir, selain juga dikenalkan dengan prosedur-prosedur penanganan. Setelah mendapat pemahanam, para peserta memberikan masukan dari latihan mereka.
"Latihan ini digunakan untuk penanganan para pelaku aksi yang tidak bisa dilakukan pendekatan. Karena kalau tidak dilakukan tindakan, justru tindakan pelaku terorisme akan lebih kejam," katanya.
Sementara dalam skenario pelatihan, seorang tersangka terorisme akan divonis di persidangan. Kelompok jaringan teroris menuntut vonis bebas, dengan menebar ancaman meledakkan Bandara Abdul Rachman Saleh.
Sebuah mobil yang terparkir di halaman parkir bandara meledak hingga membuat beberapa orang bergelimpangan. Ledakannya menimbulkan asam pekat yang diduga mengadung bahan kimia. Pelaku bermaksud membuat efek pengrusakan yang tinggi dengan korban jiwa.
Usai penanganan para korban terorisme, ternyata juga ditemukan lokasi tempat tinggal jaringan mereka. BNPT dengan satuannya menggerebek tempat tinggal mereka. Pada akhir aksi rumah pelaku diledakkan.