KKP Catat PNBP Perikanan Tangkap Capai Rp533 Miliar, Masih Jauh dari Target Rp1,8 Triliun
Peningkatan PNBP perikanan tangkap dikarenakan standar operasional prosedur (SOP) yang dijalankan sangat efektif, untuk memberi layanan terbaik.
Kementerian Perikanan dan Kelautan (KKP) mencatat Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) perikanan tangkap pada semester I tahun 2024 mencapai Rp533 miliar. Capaian ini meningkat tajam dibandingkan periode yang sama tahun 2023 yang hanya Rp42,90 miliar.
Direktur Kapal Perikanan dan alat penangkapan Ikan KKP, Mochamad Idnillah mengaku capaian tersebut masih jauh dari target PNBP perikanan tangkap tahun 2024 yang sebesar Rp1,85 triliun.
"PNBP perikanan tagkap sudah tercapai per 26 Juli Rp533 miliar memang masih cukup jauh dar target yakni Rp1,8 triliun pada tahun 2024," kata Idnillah dalam konferensi pers, Jakarta, Jumat (26/7).
Adnillah menjelaskan, peningkatan PNBP perikanan tangkap dikarenakan standar operasional prosedur (SOP) yang dijalankan sangat efektif, untuk memberi layanan terbaik kepada pelaku usaha dan pendataan juga sudah dilayani dengan baik.
"Alhamdulilah, PNBP perikanan tangkap sudah beranjak naik karena SOP yang dijalankan sudah sangat efektif," imbuh dia.
Di sisi lain, produksi perikanan tangkap tercatat mencapai 3,34 juta ton atau 111,33 persen dari target kami semester I. Peningkatan ini didorong dengan adanya perbaikan sistem catatan di masing-masing pelabuhan dan SOP bersama dengan Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan.
Pihaknya mencatat adanya peningkatan produksi di 12 pelabuhan perikanan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat dan 66 Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD).
"Kami sampaikan juga terkait demgan produksi perikanan tangkap sudah mencapai 111 persen untuk semester 1, hal ini terutama terkait dengan Perbaikan sistem catatan di masing-masing di pelabuhan dan ini juga sangat terkait demgan SOP bersamaan dengan Dirjen Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan, sehingga mengoptimalkan dari pencatatan hasil tangkapan yang didapatkan oleh nelayan," papar Adnillah.
Sebagai informasi, KKP mencatat ekspor produk perikanan pada semester I tahun 2024 mencapai USD2,71 miliar atau Rp44 triliun (kurs Rp16.304). Jika dibandingkan dengan capaian diperiode yang sama tahun 2023 mengalami oeningkatan 1 persen atau sekitar USD2,69 miliar.
"Dari taget (2024) yang dicanangkan USD7,2 miliar, capaiaan semester 1 mencapai USD2,71 miliar," kata Direktur Jenderal Penguatan Data Saing Produk Kelautan dan Perikanan, Budi Sulistyo dalam konferensi pers, Jakarta, Jumat (26/7).
Budi menjelaskan, negara tujuan ekpor Indonesia masih didominasi oleh Amerika Serikat (AS) sebanyak 32,8 persen, China 20 persen, ASEAN 13 persen, Jepang 10,5 persen dan Uni Eropa 7,1 persen.
Adapun komoditas yang masih menjadi unggulan pada semester I-2024 meliputi udang sebanyak USD755, 79 juta atau 27,8 persen, tuna-tongkol-cakalang USD456,4 juta atau 16,8 persen.
Komoditas lainnya ada cumi-sotong-gurita sebanyak USD396,94 juta atau 14,6 persen, kepiting rajungan USD275, 15 juta atau 10,1 persen, dan rumput laut mencapai USD162, 38 juta atau 6 persen.
"Hingga saat ini komoditas udang masih menjadi komoditas ekspor utama Indonesia," imbuh Budi.
Di sisi lain, nilai impor produk perikanan Indonesia semester I-2024 mencapai USD219,54 juta atau sekitar 8,09 persen terhadap ekspor. Capaian ini mengalami penurunann sebesar 35,15 perseb dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
"Ini mengukuhkan Indonesia sebagai negara net eksportir produk perikanan," jelas dia.