BPOM: Industri Skincare Indonesia Saingi Korea
Industri produk perawatan kulit dalam negeri akan terus berkembang.
Indonesia memiliki banyak potensi yang dapat dikembangkan.
BPOM: Industri Skincare Indonesia Saingi Korea
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI Rizka Andalucia menyebut Indonesia mampu saingi asing dalam industri produk perawatan kulit atau skincare.
- BPOM Blak-blakan Bahaya Gunakan Skincare Etiket Biru Tanpa Resep Dokter
- Enam Merek Skincare Mengandung Merkuri Disita Polda Sulsel, Ada yang Berlabel BPOM
- Skincare Ternyata Jadi Komoditas Paling Banyak Dibeli Masyarakat Jelang Lebaran
- Bikin Makin Percaya Diri saat Lebaran, Ini 7 Artis yang Punya Bisnis Skincare hingga Kosmetik
"Ternyata sekarang kita sudah bisa menyaingi Korea. Industri kosmetik kita dalam negeri sudah bagus-bagus, baik itu kemasannya maupun produknya," katanya pada acara BPOM Bestie's Day di Jakarta, Jumat.
Rizka menjelaskan produk perawatan kulit merupakan produk yang dapat diperoleh secara mudah oleh masyarakat, karena produk kecantikan termasuk ke dalam produk bebas.
Ia menyebut Indonesia memiliki banyak potensi yang dapat dikembangkan di bidang pengembangan industri produk perawatan kulit, salah satunya adalah aloe vera yang berasal dari tanaman lidah buaya yang tumbuh subur di Indonesia.
"Aloe vera di Indonesia pun banyak sekali. Tumbuh liar, bahkan kadang-kadang tidak dimanfaatkan dengan baik," ujarnya.
Rizka menilai industri produk perawatan kulit dalam negeri akan terus berkembang, karena industri tersebut merupakan industri yang menjadi prioritas bagi bangsa Indonesia, yang masuk ke dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN).
"Kosmetik merupakan salah satu industri yang diunggulkan, bersama-sama dengan industri farmasi dan industri makanan yang lain," paparnya.
Meskipun industri produk perawatan kulit di Indonesia berkembang dengan baik, Rizka mengungkapkan berbagai tantangan turut bertambah mengiringinya, salah satunya adalah banyaknya masyarakat yang belum memiliki literasi yang baik terhadap produk perawatan kulit yang digunakan.
Menurutnya, di era perkembangan media sosial saat ini, masyarakat yang awam sangat mudah dipengaruhi oleh iklan-iklan yang tidak bertanggungjawab, dengan menampilkan model yang menarik, ditambah dengan harga yang dinilai tidak masuk akal.
Untuk itu, Rizka mengajak kepada seluruh pegiat kecantikan atau beauty enthusiast untuk mengedukasi masyarakat melalui konten-konten yang baik, demi mengurangi korban produk perawatan kulit ilegal, dan memajukan ekosistem industri produk perawatan kulit dalam negeri.
merdeka.com