Butuh Ketegasan untuk Tekan Penyebaran Virus Corona
Data terakhir, Minggu (5/4),terdapat 2.273 kasus positif, 198 meninggal dunia, 164 sembuh.
Kasus positif virus corona atau Covid-19 di Indonesia pertama kali terdeteksi pada 2 Maret 2020. Satu bulan berjalan, kasus positif terus meningkat begitu juga dengan angka kematian.
Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk menekan sebaran virus yang menyerang saluran pernapasan tersebut. Seperti melakukan pembatasan aktivitas dengan memberlakukan kerja dan sekolah dari rumah. Kemudian meminta diterapkannya jaga jarak fisik atau physical distancing saat berada di luar atau dalam rumah.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Bagaimana virus Covid-19 pertama kali masuk ke Indonesia? Kasus ini terungkap setelah NT melakukan kontak dekat dengan warga negara Jepang yang juga positif Covid-19 saat diperiksa di Malaysia pada malam Valentine, 14 Februari 2020.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Kapan kasus Covid-19 pertama di Indonesia diumumkan? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Apa itu virus? Virus adalah mikroorganisme yang sangat kecil dan tidak memiliki sel. Virus merupakan parasit intraseluler obligat yang hanya dapat hidup dan berkembang biak di dalam sel organisme biologis.
-
Kapan virus menginfeksi sel inang? Virus dapat bertindak sebagai agen penyakit dan agen pewaris sifat. Dalam kehidupan sehari-hari, virus tidak lagi terdengar asing bagi kita. Bermacam-macam virus dapat menimbulkan berbagai penyakit pada tubuh manusia yang tidak diinginkan. Jika tubuh kita dalam kondisi menurun (lemah), maka kita dapat dengan mudah terserang penyakit atau virus. Virus dapat bertindak sebagai agen penyakit dan agen pewaris sifat. Sebagai agen penyakit, virus memasuki sel dan menyebabkan perubahan-perubahan yang membahayakan bagi sel, yang akhirnya dapat merusak atau bahkan menyebabkan kematian pada sel yang diinfeksinya. Sebagai agen pewaris sifat, virus memasuki sel dan tinggal di dalam sel tersebut secara permanen.
Bahkan terkini, pemerintah juga menerapkan sistem pembatasan sosial berskala besar atau PSBB. Tidak lupa, imbauan menerapkan protokol pencegahan Covid-19 dengan rajin mencuci tangan selalu disampaikan.
Nyatanya, hingga kini angka kasus positif corona terus meningkat. Data terakhir, Minggu (5/4),terdapat 2.273 kasus positif, 198 meninggal dunia, 164 sembuh.
Pakar Ikatan Kesehatan Masyarakat Indonesia, Hermawan Saputra, menilai peningkatan kasus karena kebijakan yang diambil pemerintah selama ini tidak diiringi dengan sanksi tegas. Sehingga upaya membatasi aktivitas masyarakat di ruang publik tidak optimal.
"Kalau PSSB ini tidak diikuti law and enforcement, agak sulit menekan kasus Covid-19," kata dia saat dihubungi merdeka.com, Minggu (5/4).
Ia menilai, pemerintah lebih mengedepankan pertimbangan ekonomi ketimbang kesehatan masyarakat dalam menangani Covid-19. Hal itu terlihat dari kebijakan Presiden Jokowi yang memilih mengimbau masyarakat untuk mengurangi aktivitas di luar rumah daripada mengambil langkah karantina wilayah.
Bahkan, di tengah kasus kematian semakin meningkat, pemerintah masih mengizinkan masyarakat untuk mudik ke kampung halamannya masing-masing. Padahal, mudik membuka ruang besar bagi penularan Covid-19.
"Mudik saja pemerintah tidak membatasi, tidak melarang, kan aneh. Suasana seperti ini kedaruratan kesehatan," ujarnya.
Hermawan memprediksi, langkah kurang tegas pemerintah ini bakal memicu ledakan kasus Covid-19. Ia memperkirakan, dua atau tiga bulan ke depan kasus kematian karena Covid-19 jauh lebih besar daripada kasus yang akhirnya sembuh.
Namun, bila pemerintah segera mengevaluasi diri dan melaksanakan PSSB dengan tegas maka puncak kasus Covid-19 berada di akhir April dan awal Mei.
"Tapi kalau tidak ada intervensi ini bisa molor sampai Juli. Ah saya tidak tega mau nyebut angka per angka (perkiraan kasus kematian karena Covid-19)," ucap dia mengakhiri.
Butuh Komitmen Masyarakat
Sementara Juru Bicara penanganan virus Corona atau Covid-19, Achmad Yurianto, mengatakan kunci untuk meminimalisir penyebaran virus Corona ini juga dibutuhkan komitmen dari masyarakat.
"Kunci penyelesaian masalah (Covid-19l ini ada di tengah-tengah masyarakat Jaga jarak sosial di dalam berkomunikasi," ujar Yuri di Graha BNPB, Jakarta, Minggu (5/4).
Yuri menyebut, masyarakat harus komitmen dalam hal menjaga jarak sosial. Menurutnya, menjaga jarak sosial bukan lagi sebuah imbauan, melainkan perintah
"Menjaga jarak sosial ini sudah bukan suatu imbauan lagi, tetapi sudah dimaknai sebagai suatu perintah yang harus kita laksanakan bersama," kata dia.
Selain dengan menjaga jarak sosial, Yuri juga terus menyarankan masyarakat untuk menjalani pola hidup sehat. Yuri menganjurkan seluruh masyarakat untuk menggunakan masker.
"Cuci tangan dengan sabun, menggunakan masker saat keluar rumah, hilangkan kebiasaan menyentuh wajah, mulut, menyentuh hidung, mata pada saat tangan kita tidak bersih. Oleh karena itu, sekali lagi, masker untuk semua," kata dia.
(mdk/lia)