Cacat ditabrak Mobil ATM Bank Riau, Bagas malu sekolah
Operasi yang ditanggung pihak Bank Riau Kepri hanya sekali saja.
Bagas Tri Hermawan (7), korban tabrakan oleh mobil ATM berjalan milik Bank Riau Kepri ditahun 2011 lalu, membuat Bagas hidup dalam rasa sakit dan malu serta penuh pengharapan sebagaimana yang dijanjikan pihak Bank Riau sebelumnya untuk mengobatinya sampai operasi terakhir.
Namun, operasi yang ditanggung pihak Bank Riau Kepri hanya sekali saja, namun pada operasi kedua Bagas, orang tuanya terpaksa meminjam uang dari saudaranya, yang sampai saat ini belum sanggup untuk diganti.
"Operasi harusnya dilakukan 4 kali, tapi baru dua kali. Ya seperti inilah kondisi tangan anak saya, setiap malam terasa gatal, saya larang si Bagas agar tidak menggaruknya," kata Agus Hermawan, ayah Bagas kepada merdeka.com, Rabu (10/12).
Bahkan, Bagas yang saat ini duduk di bangku kelas 1 Sekolah Dasar (SD) ini kerap mendapat ejekan dengan kata-kata banci dan cacat.
"Terpaksa kami mohon kepada pihak sekolah agar Bagas menggunakan baju lengan panjang, agar mau sekolah lagi, Bagas minta berhenti sekolah karena minder diejekin temannya," keluh Agus.
Keseharian di SD 089 Pekanbaru itu, Bagas tidak memiliki teman bermain, banyak temannya yang enggan bermain dengannya. Untuk menutupi bekas luka itu, dia menggunakan baju lengan panjang.
"Karena kawannya takut, anak saya pakai baju lengan panjang, tapi tetap saja kawannya tak mau main dengan Bagas, malahan sempat dibilang banci karena pakai baju lengan panjang," kata Agus lagi.
Agus menjelaskan, selama 3 tahun sejak kejadian hingga hari ini, dia sudah puluhan kali menghadap kepada pihak Bank Riau Kepri mempertanyakan nasib anaknya, khususnya untuk pengobatan. Namun selama itu pula, mereka diabaikan layaknya orang yang tidak dibutuhkan.
"Yang ditanggung hanya operasi pertama, tapi selanjutnya tidak lagi. Meski sudah menghadap berpuluh-puluh kali pun, sampai sekarang tidak direspon," katanya.
Bahkan saat itu, Agus sempat berniat meninggalkan anaknya di kantor Pusat Bank Riau Kepri yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman Pekanbaru, agar mereka dapat menanganinya dengan selayaknya.
"Sempat saya tinggalkan karena kesal, maksudnya biar diobati, agar jangan mereka pikir saya hanya memanfaatkan dana bantuan. Niat saya hanya ingin anak saya sehat, gak ingin tangannya sempurna seperti sediakala, hanya ingin diobati saja," pinta Agus.
Kini, Agus hanya bisa menyimpan sejuta harapan untuk kesembuhan anaknya. Dia yakin, dengan kondisi anaknya saat ini, tidak akan ada harapan untuk kembali seperti semula.
"Harapan saya yang terbaik, agar anak ini diobati sampai tuntas, meski saya yakin tidak akan normal seperti dulu lagi," kata dia.
Menurut dokter Rumah Sakit kepada Agus, sang anak mestinya harus menjalani 4 tahapan operasi lanjutan, di mana sebelumnya 2 operasi sudah dilakukan di 2 Rumah sakit berbeda, yakni RS Eka Hospital yang ditanggung oleh Bank Riau Kepri, dan RS Santa Maria yang ditanggung sendiri oleh Agus dengan cara berhutang.
"Operasi itu kata dokter untuk mengganti kulit tangan dan pengangkatan daging rusak, perbaikan syaraf agar bisa normal, pokoknya itulah, saya tak tahu apa istilahnya. Sekarang saya sudah tidak ada uang lagi," pungkas Agus.