Campur tangan asing bikin terorisme di Indonesia tumbuh subur
Kepentingan asing juga membuat kelompok mujahidin Indonesia saling berebut pengaruh.
Kemunculan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) telah menarik jutaan penduduk di seluruh dunia untuk bergabung. Para anggotanya tak hanya berasal dari Timur Tengah dan Asia, tapi juga telah merambah Eropa, Amerika dan bahkan Indonesia. Organisasi teror ini telah menjelma menjadi raksasa yang setiap saat bisa menjadi ancaman bagi dunia.
Alhasil, jaringan terorisme menjadi lahan untuk mengeruk keuntungan sekaligus posisi tawar bagi yang memiliki kepentingan. Hal itulah yang terpatri dalam benak mantan jihadis atau kombatan yang sempat terlibat dalam jaringan Dr Azhari dan Noerdin M Top, Machmudi H alias Yusuf.
"Mestinya mereka ada. Mereka akan menjadi panutan kalau mereka ikut yah. Tapi kalau mereka yang tidak ikut akan tetap menjadi panutan. Artinya ada dua pilihan. Jadi kalau bisa ya tidak usah bergabung (ISIS)," ungkap Yusuf dalam seminar 'Peran Media Dalam Mencegah Radikalisme dan Terorisme' di Aula Kantor Kesbangpolinmas Provinsi Jateng di Jalan Ki Mangunsarkoro, Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (4/12).
Dalam seminar, Yusuf yang merupakan kombatan jaringan Noerdin M Top dan Dr Azhari ini juga menggambarkan bagaimana peran jaringan jihadis ditunggangi dengan kepentingan-kepentingan negara-negara lain yang jauh dari Indonesia. Hal tersebut, sambungnya, dimaksudkan untuk menghindarkan konflik di negara yang banyak mengandung potensi konflik.
"Seperti yang pernah terjadi di Poso, ternyata banyak kepentingan dari negara-negara lain yang tidak mau konflik tersebut melebar ke negaranya. Oleh karena itu, banyak negara yang mau memberikan donasi ke jaringan jihad di Indonesia, biaya mujahidin itu enggak sedikit. Tak hanya itu, propaganda yang digembar-gemborkan ISIS di Indonesia bahwa mereka akan menyatukan mujahidin adalah hal yang aneh, karena caranya adalah malah memerangi kelompok mujahidin lainnya " ujar Yusuf usai acara diskusi.
Yusuf menambahkan, bahwa dirinya bergabung dengan jaringan mujahidin ketika masih berusia 22 tahun. Hal itu dia ungkapkan lantaran merasa sangat penting untuk mengetahui lebih dalam soal wacana muslim yang terjadi di luar negeri.
"Saya merasa tertarik untuk ikut usai melihat konflik dunia tentang perang Iraq lawan Amerika dan konflik perang Bosnia. Hal itu kemudian mengajak saya untuk semakin berani terjun dan mempelajari tentang jihad. Namun belakangan saya dapati banyak sekali kepentingan yang masuk ke dalam gerakan jihad yang ada di Indonesia," ujarnya.
Yusuf juga berpesan kepada anak-anak muda yang masih bingung dengan gerakan-gerakan jihad yang ada di Indonesia. Sebelum masuk lebih dalam, dapat mempelajari tentang isu-isu atau landasan ideologi satu kelompok sebelum terjerumus.
Terkait persaingan antar kelompok mujahidin, Yusuf mengatakan bahwa memang banyak sekali persaingan antar kelompok mujahidin karena perbedaan paham. Bahkan, lanjutnya, antar kelompok bisa saling serang hingga berbuntut panjang.
Bagi Yusuf, hal tersebut akan semakin mencuat ketika peran media yang sudah terbilang banyak tak dapat lagi dibendung. Yusuf beranggapan, bahwa ini akan semakin berimbas besar ketika tak dilakukan kontrol khusus.
Jurnalis senior, Hendro Basuki mengatakan bahwa peran media massa masih sangat minim untuk memberikan perspektif lain dalam memandang kasus terorisme.
"Alih-alih memberikan informasi, bisa jadi malah menakut-nakuti masyarakat," ungkap Pengurus PWI Pusat Bidang Pendidikan tersebut.
Ketua Forum Komunikasi Pencegahan Teroris (FKPT) Jawa Tengah Najahan Musyafak mengatakan, selain lewat media massa, banyak media propaganda seperti buku, website, media sosial, pengajian, diskusi, serta infiltrasi kelembagaan seperti sekolah, majelis ta'lim, dan ormas kepemudaan dan mahasiswa.
"Hal itu perlu mendapat pengawasan berupa kontra radikalisasi di kalangan masyarakat dan deradikalisasi di lingkungan simpati dan jihad. Oleh karena itu, perlu adanya peran media massa untuk memberikan informasi yang bermuatan kontra radikalisasi supaya masyarakat mendapatkan informasi tambahan tentang radikalisme dan terorisme," pungkasnya.
Baca juga:
Australia cabut paspor 145 warganya karena terlibat terorisme
Doktrin militer, Panglima TNI tak takut diincar ISIS
Sekjen Organisasi Shanghai: Indonesia tertarik kerja sama antiteror
Teror ISIS di Indonesia makin nyata, Panglima TNI jadi sasaran
Menko Luhut sebut kelompok Syiah jadi target ISIS
-
Dimana serangan teroris terjadi? Serangan tersebut terjadi di gedung teater Crocus City Hall yang berlokasi di Krasnogorsk, sebuah kota yang terletak di barat ibu kota Rusia, Moskow.
-
Bagaimana cara mencegah tindakan terorisme? Cara mencegah terorisme yang pertama adalah memperkenalkan ilmu pengetahuan dengan baik dan benar. Pengetahuan tentang ilmu yang baik dan benar ini harus ditekankan kepada siapa saja, terutama generasi muda.
-
Bagaimana peran Ditjen Polpum Kemendagri dalam menangani radikalisme dan terorisme? Ketua Tim Kerjasama Intelijen Timotius dalam laporannya mengatakan, Ditjen Polpum terus berperan aktif mendukung upaya penanganan radikalisme dan terorisme. Hal ini dilakukan sejalan dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 7 Tahun 2021 tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme Tahun 2020-2024.
-
Kenapa istihadhah terjadi? Istihadhah dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk:Stress dan Tekanan: Stres dan tekanan dapat menyebabkan istihadhah.Ketidakseimbangan Hormon: Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron dapat menyebabkan istihadhah.Disfungsi Ovarium: Kondisi di mana ovarium tidak berfungsi dengan baik dapat menyebabkan istihadhah.
-
Bagaimana caranya untuk memperkuat ideologi bangsa agar terhindar dari infiltrasi ideologi yang mengarah pada aksi terorisme? “Semua sila-silanya harus masuk ke hati. Namun, selama ini yang dirasa Pancasila hanya sekadar pengetahuan kognitif, belum menjadi belief system ke hati yang paling dalam, maka tanamkan itu dan insyaallah nilai-nilai yang tidak sesuai di hati akan terhindar dengan sendirinya,” ucapnya.
-
Apa yang membuat posisi Indonesia semakin baik dalam Global Terrorism Index? Posisi Indonesia, kami laporkan, dalam Global Terrorism Index semakin baik, dalam kategori medium impacted.