Cara Meredam Laju Penularan Omicron di Indonesia
Penularan Covid-19 di Indonesia kini didominasi varian Omicron transmisi lokal. Data 22 Januari 2022, 90,1 persen dari total 1.626 kasus konfirmasi nasional merupakan transmisi lokal.
Penularan Covid-19 di Indonesia kini didominasi varian Omicron transmisi lokal. Data 22 Januari 2022, 90,1 persen dari total 1.626 kasus konfirmasi nasional merupakan transmisi lokal.
Epidemiolog dari Centre for Environmental and Population Health Griffith University Australia, Dicky Budiman memberikan masukan kepada pemerintah terkait cara meredam laju penularan Omicron di Tanah Air. Upaya awal dapat dimulai dengan memastikan pegawai yang bekerja di kantor tidak memiliki gejala seperti terpapar Omicron, misalnya demam, batuk, pilek, dan nyeri tenggorokan. Mereka juga tidak memiliki riwayat kontak dengan penderita Covid-19.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Kenapa Covid Pirola mendapat perhatian khusus? Namun, para pemerhati kesehatan dan ahli virus memberi perhatian lebih terhadap subvarian ini lantaran kemampuan Pirola dalam melakukan breakthrough infections lebih tinggi dibandingkan varian lainnya. Ketika sebuah varian atau subvarian virus COVID memiliki kemampuan breakthrough infections yang tinggi maka akan menyebabkan kasus re-infeksi semakin tinggi.
-
Apa gejala Covid Pirola? Mengenai gejala yang ditimbulkan akibat infeksi Pirola, diketahui belum ada gejala yang spesifik seperti disampaikan ahli virologi dari Johns Hopkins University, Andrew Pekosz, dilansir dari Liputan 6.Namun, tetap saja ada tanda-tanda yang patut untuk Anda waspadai terkait persebaran covid Pirola. Apabila terkena COVID-19 gejala umum yang terjadi biasanya demam, batuk, sakit tenggorokan, pilek, bersih, lelah, sakit kepala, nyeri otot serta kemampuan indera penciuman berubah, maka gejala covid Pirola adalah sakit tenggorokan, pilek atau hidung tersumbat, batuk dengan atau tanpa dahak, dan sakit kepala.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Bagaimana cara mencegah Covid Pirola? CDC menyarankan masyarakat untuk melindungi diri dari virus ini karena masih belum jelas tentang seberapa pesat varian ini dapat menyebar. Untuk itu, sebagai tindakan pencegahan masyarakat diminta untuk melakukan hal berikut:• Dapatkan vaksin Covid-19.• Jalani tes Covid.• Cari pengobatan jika Anda mengidap Covid-19 dan berisiko tinggi sakit parah• Jika Anda memilih untuk memakai masker, kenakan masker berkualitas tinggi yang pas di hidung dan mulut.• Tingkatkan ventilasi udara.• Selalu mencuci tangan usai beraktivitas.
Setelah itu, skrining suhu di kantor tetap dilakukan selain memastikan pemanfaatan PeduliLindungi di tempat-tempat umum atau kantor. Tes berkala pada petugas pelayan publik juga sangat penting untuk dilakukan.
"Adanya pembatasan kapasitas dalam satu ruangan atau gedung dan durasi bekerja juga menjadi penting dilakukan," jelas Dicky, Kamis (27/1).
Menurutnya, pola kombinasi Work From Home (WFH) dan Work From Office (WFO) perkantoran terbukti efektif untuk meredam laju penularan Omicron. Demikian juga dengan penutupan sementara kegiatan di sekolah dan perguruan tinggi.
Selain itu, perlu pembatasan mobilitas dan interaksi. Masyarakat yang melakukan perjalanan harus sudah divaksinasi Covid-19 dosis lengkap atau booster. Pembatasan ini sangat penting diterapkan selama periode Februari dan Maret 2022.
"Upaya pencegahan lainnya adalah dengan memakai masker berkualitas tinggi (N95/KN95) karena Omicron sangat efektif menular melalui udara," katanya.
Perhatikan Sirkulasi Udara
Penting juga dilakukan perbaikan kualitas kuantitas sirkulasi dan ventilasi di gedung perkantoran. Sehingga udara mengalir dengan efektif dan terjadi pertukaran udara. Upaya lainnya juga bisa ditambah dengan penggunaan AC berpenyaring (HEPA Filter) atau UVC.
Omicron memiliki kemampuan bertahan lebih lama di permukaan benda atau lingkungan dibanding varian lainnya. Karena itu, menjaga kebersihan (disinfeksi) rumah, ruangan kerja atau kantor dan tempat-tempat umum sangat penting untuk dilakukan.
Dicky mengatakan, Omicron sangat efektif dalam menginfeksi sehingga kemungkinan jumlah kasusnya akan jauh lebih banyak dari varian Delta. Saat ini, kemampuan Indonesia dalam mendeteksi dini kasus Omicron masih sangat terbatas.
Kondisi ini yang membuat temuan kasus Omicron di Indonesia masih sedikit. Ditambah lagi, mayoritas penderita Omicron bergejala ringan dan tanpa gejala, serta masyarakat lebih memilih mengobati sendiri saat sakit ringan atau sedang.
"Akan tetapi, harus diingat bahwa meski mayoritas penderita bergejala ringan atau sedang, hal ini tidak menjadi jaminan bahwa pasien akan terhindar dari keparahan dan fatalitas (masuk ICU atau kematian). Kondisi ini akan diperbesar potensinya jika pasien tidak memiliki imunitas yang memadai, baik karena belum divaksin atau belum divaksin 2 dosis atau menurun imunitasnya," ujarnya.
Indonesia Masih Hambat Penularan Omicron
Sebelumnya, Ketua Satuan Tugas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Prof Zubairi Djoerban menilai, sulit bagi Indonesia untuk menghalau Omicron. Namun, Indonesia bisa membatasi penularan Omicron.
Cara untuk mencegah meluasnya Omicron ialah membatasi aktivitas di luar rumah, menggunakan masker dengan benar jika terpaksa keluar rumah, dan tidak berkumpul dalam waktu cukup lama di ruangan tertutup.
"Jadi jangan lama-lama (berada dalam ruangan tertutup)," katanya, Selasa (11/1).
Menurut Prof Zubairi, kegiatan reunian, takziah, salat berjamaah di masjid, ibadah bersama di gereja, berisiko menimbulkan klaster Omicron. Demikian juga dengan nonton di bioskop, makan di restoran, dan rapat di kantor.
Dia mengingatkan, banyaknya klaster Covid-19 pada perkantoran maupun pabrik pada periode gelombang kedua pandemi. Selain membatasi aktivitas di luar rumah, vaksinasi Covid-19 hingga dosis lengkap bisa mencegah meluasnya penularan Omicron.
Prof Zubairi mengakui vaksinasi tidak bisa melindungi 100 persen dari penularan Omicron. Namun, vaksinasi dapat mengurangi keparahan penyakit jika terjangkit Omicron.
"Nah kalau yang sudah dua kali, segera, mulai besok sudah ada vaksinasi booster. Segera minta vaksin booster," ucapnya.
Prof Zubairi mengatakan, Indonesia masih memiliki kesempatan untuk menghambat penularan Omicron. Sebab, penularan Omicron di Tanah Air masih rendah.
Berbeda dengan negara lain seperti Amerika, Turki, Prancis, Jerman, Inggris, Vietnam, Thailand, maupun Filipina yang sudah melaporkan banyak kasus Omicron.
"Jadi mumpung kita kesempatannya lebih baik harus semua upaya dikerjakan. Mulai dari tadi jangan berkerumun, vaksinasi, booster, jangan bepergian, bepergian keluar negri apalagi batalkan saja," tandasnya.
Puncak Gelombang 3 pada Februari
Kementerian Kesehatan memprediksi, Indonesia menghadapi puncak gelombang ketiga pandemi Covid-19 pada pekan kedua dan ketiga Februari 2022. Pada puncaknya, penambahan kasus positif harian bisa mencapai 40.000 sampai 55.000.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memastikan pemerintah sudah menyiapkan fasilitas kesehatan untuk mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19 varian Omicron. Saat ini, sudah ada 80.000 tempat tidur di rumah sakit rujukan Covid-19. Rencananya, pemerintah akan menambah tempat tidur di rumah sakit menjadi 150.000.
"Kita masih bisa meningkatkan jumlah tempat tidur rumah sakitnya ke angka 150.000," kata Budi, Selasa (11/1) malam.
Budi menyebut, pemerintah juga sudah menyiapkan obat Covid-19 Molnupiravir produksi Merck sebanyak 400.000 tablet dan protokol kesehatan baru untuk perawatan pasien di rumah sakit. Sejalan dengan itu, pemerintah sudah mendistribusikan lebih dari 16.000 oksigen generator ke seluruh fasilitas kesehatan dan memasang lebih dari 36 oksigen konsentrator di rumah sakit.
Menurut Budi, kemungkinan kasus Omicron akan meningkat cepat dan banyak. Berdasarkan penelitian, sebanyak 30 sampai 40 persen pasien Covid-19 masuk rumah sakit.
Dilihat dari karakteristiknya, Omicron memiliki tingkat penularan sangat cepat. Namun, gejala yang ditimbulkan relatif lebih ringan.
"Tapi kita harus tetap waspada dan hati-hati. Kita harus siaga dan tidak perlu panik karena kasus yang masuk rumah sakit jauh lebih rendah dibandingkan dengan sebelumnya," ucapnya.
Mantan Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini mengatakan sebetulnya cara menghadapi Omicron sama seperti varian lainnya. Pertama, menjalankan protokol kesehatan dengan ketat, terutama menggunakan masker.
Kedua, memperketat surveilans. Jika warga merasakan kondisi tubuhnya tidak sehat, harus segera melakukan tes Polymerase Chain Reaction (PCR). Ketiga, segera mengikuti vaksinasi Covid-19.
"Terutama orang tua kita, para lansia yang belum divaksin, harus segera divaksin. Mereka adalah orang-orang yang harus kita lindungi karena merupakan faktor yang paling lemah untuk masuk ke rumah sakit," katanya mengakhiri.
(mdk/lia)