Cegah Omicron Terus Naik, Perlu Pengendalian Mobilitas Masyarakat Jelang Ramadan
Pakar mikrobiologi Universitas Indonesia (UI) Prof. dr. Amin Soebandrio, Ph.D mengatakan pengalaman tahun lalu pemerintah berhasil mengendalikan mobilitas masyarakat selama bulan Ramadan. Namun saat Idul Fitri, terjadi peningkatan mobilitas sehingga kasus Covid-19 di Indonesia mengalami puncaknya di Juni-Juli 2021.
Pemerintah perlu memantau pergerakan masyarakat terutama menjelang Ramadan dan Lebaran. Harapannya, kerumunan yang terjadi tidak membuat kasus positif akibat varian Omicron terus melonjak.
"Bulan puasa, ada aktivitas yang menyebabkan masyarakat berkumpul mulai dari salat tarawih, sampai nanti saat Hari Raya," ujar Pakar mikrobiologi Universitas Indonesia (UI) Prof. dr. Amin Soebandrio, Ph.D mengatakan, di sebuah webinar. Demikian dikutip dari Antara, Kamis (24/2).
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Kenapa Covid Pirola mendapat perhatian khusus? Namun, para pemerhati kesehatan dan ahli virus memberi perhatian lebih terhadap subvarian ini lantaran kemampuan Pirola dalam melakukan breakthrough infections lebih tinggi dibandingkan varian lainnya. Ketika sebuah varian atau subvarian virus COVID memiliki kemampuan breakthrough infections yang tinggi maka akan menyebabkan kasus re-infeksi semakin tinggi.
-
Bagaimana cara mencegah Covid Pirola? CDC menyarankan masyarakat untuk melindungi diri dari virus ini karena masih belum jelas tentang seberapa pesat varian ini dapat menyebar. Untuk itu, sebagai tindakan pencegahan masyarakat diminta untuk melakukan hal berikut:• Dapatkan vaksin Covid-19.• Jalani tes Covid.• Cari pengobatan jika Anda mengidap Covid-19 dan berisiko tinggi sakit parah• Jika Anda memilih untuk memakai masker, kenakan masker berkualitas tinggi yang pas di hidung dan mulut.• Tingkatkan ventilasi udara.• Selalu mencuci tangan usai beraktivitas.
-
Apa gejala Covid Pirola? Mengenai gejala yang ditimbulkan akibat infeksi Pirola, diketahui belum ada gejala yang spesifik seperti disampaikan ahli virologi dari Johns Hopkins University, Andrew Pekosz, dilansir dari Liputan 6.Namun, tetap saja ada tanda-tanda yang patut untuk Anda waspadai terkait persebaran covid Pirola. Apabila terkena COVID-19 gejala umum yang terjadi biasanya demam, batuk, sakit tenggorokan, pilek, bersih, lelah, sakit kepala, nyeri otot serta kemampuan indera penciuman berubah, maka gejala covid Pirola adalah sakit tenggorokan, pilek atau hidung tersumbat, batuk dengan atau tanpa dahak, dan sakit kepala.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
Berkaca dari pengalaman tahun lalu, kata Amin, pemerintah telah berhasil mengendalikan mobilitas masyarakat selama bulan Ramadan. Namun saat Idul Fitri, terjadi peningkatan mobilitas sehingga kasus Covid-19 di Indonesia mengalami puncaknya pada Juni-Juli 2021.
"Kita belajar dari pengalaman itu. Tidak hanya pemerintah, masyarakat juga. Kalau semua bisa disiplin, menerapkan 5M, di sisi lain pemerintah juga konsisten 3T, itu akan sangat luar biasa," kata Amin.
Varian Omicron, lanjut Amin, sebenarnya muncul pertama kali di Afrika Selatan pada November 2021 dan bukan turunan dari varian Delta yang muncul pada gelombang kedua.
"Kalau melihat negara-negara lain, prediksi puncak kasus Covid-19 khususnya varian Omicron, muncul dalam dua sampai tiga bulan sejak kasus pertama terdeteksi. Kemungkinan pola yang sama juga terjadi di Indonesia," jelas Amin.
Amin mengatakan, varian Omicron memang menyebabkan penularan COVID-19 menjadi lebih cepat. Pasalnya, varian tersebut memiliki jumlah mutasi yang lebih banyak dibandingkan varian-varian yang muncul sebelumnya. Mutasi tersebut dapat membuat Omicron bisa lebih beradaptasi dengan lingkungannya.
Meski demikian, Amin mengatakan mutasi tidak selalu dapat menguntungkan virus. Pada varian Omicron, mutasi umumnya tidak menimbulkan morbiditas atau gejala klinis yang berat.
"Pada dasarnya, risiko infeksi memiliki rumus, yaitu keganasan virus dikalikan dengan dosis virus, kemudian dibagi dengan kekebalan. Kekebalan terbentuk dari vaksinasi maupun infeksi alami ketika seseorang terpapar virus," ujar Amin.
Berdasarkan studi yang dilakukan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UI, Kementerian Kesehatan, dan LBM Eijkman, lebih dari 70 persen populasi masyarakat Indonesia telah memiliki antibodi walaupun belum pernah dinyatakan positif Covid-19 maupun tervaksinasi. Sementara itu, dari populasi yang telah terkena Covid-19 dan tervaksinasi, 90 persen di antaranya telah memiliki antibodi.
Sehingga, menurut Amin, selain memantau pergerakan masyarakat, vaksinasi juga menjadi hal yang sangat penting untuk mengendalikan Covid-19.
"Inilah pentingnya menuntaskan vaksinasi. Kita harapkan dengan upaya itu, kita bisa betul-betul menurunkan jumlah kasus tanpa ada puncak-puncak lainnya," pungkasnya.
Baca juga:
Angka Testing Varian Omicron Lebih Tinggi Dibanding Delta
Penelitian: Omicron 75 Persen Lebih Kecil Sebabkan Kematian daripada Delta11
60 Warga Aceh Probable Omicron, Prokes Harus Diperketat
Pemkot Solo Catat 589 Nakes Terpapar Covid-19
Kemenkes Terus Pantau Perkembangan Karakteristik Varian Omicron di Luar Jawa-Bali
Orang Tua Diminta Waspada, IDAI Wanti-wanti Bahaya Omicron untuk Anak