Cerita Dokter Spesialis Paru Kewalahan Hadapi PDP Covid-19 Tolak Gunakan Masker
Sebab, sebagai Ketua Tim Pinere (Penyakit Infeksi Emerging dan Remerging) dibawah koordinasi langsung Gubernur Jatim, keputusannya yang akan menjadi rujukan, apakah pasien berstatus PDP ini dapat dinyatakan sembuh atau justru meningkat menjadi positif.
Menjadi garda terdepan dalam merawat pasien yang terinfeksi penyakit virus corona atau covid-19 tentu bukan perkara yang mudah. Apalagi, pekerjaan ini selalu dibayangi dengan kecemasan akan penularan penyakit yang belum ada obatnya. Tentu saja, selain nasib pasien, nasib diri sendiri dan keluarga kini menjadi taruhannya.
Garda terdepan dalam melawan penyakit corona ini salah satunya dijalani oleh dokter spesialis paru konsultan infeksi, dr Soedarsono. Pria berumur 65 tahun ini kini menjadi orang paling penting dalam penanganan teknis pasien positif corona di Jawa Timur.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Kapan virus menginfeksi sel inang? Virus dapat bertindak sebagai agen penyakit dan agen pewaris sifat. Dalam kehidupan sehari-hari, virus tidak lagi terdengar asing bagi kita. Bermacam-macam virus dapat menimbulkan berbagai penyakit pada tubuh manusia yang tidak diinginkan. Jika tubuh kita dalam kondisi menurun (lemah), maka kita dapat dengan mudah terserang penyakit atau virus. Virus dapat bertindak sebagai agen penyakit dan agen pewaris sifat. Sebagai agen penyakit, virus memasuki sel dan menyebabkan perubahan-perubahan yang membahayakan bagi sel, yang akhirnya dapat merusak atau bahkan menyebabkan kematian pada sel yang diinfeksinya. Sebagai agen pewaris sifat, virus memasuki sel dan tinggal di dalam sel tersebut secara permanen.
-
Bagaimana virus Covid-19 pertama kali masuk ke Indonesia? Kasus ini terungkap setelah NT melakukan kontak dekat dengan warga negara Jepang yang juga positif Covid-19 saat diperiksa di Malaysia pada malam Valentine, 14 Februari 2020.
-
Bagaimana cara mencegah Covid Pirola? CDC menyarankan masyarakat untuk melindungi diri dari virus ini karena masih belum jelas tentang seberapa pesat varian ini dapat menyebar. Untuk itu, sebagai tindakan pencegahan masyarakat diminta untuk melakukan hal berikut:• Dapatkan vaksin Covid-19.• Jalani tes Covid.• Cari pengobatan jika Anda mengidap Covid-19 dan berisiko tinggi sakit parah• Jika Anda memilih untuk memakai masker, kenakan masker berkualitas tinggi yang pas di hidung dan mulut.• Tingkatkan ventilasi udara.• Selalu mencuci tangan usai beraktivitas.
-
Apa gejala Covid Pirola? Mengenai gejala yang ditimbulkan akibat infeksi Pirola, diketahui belum ada gejala yang spesifik seperti disampaikan ahli virologi dari Johns Hopkins University, Andrew Pekosz, dilansir dari Liputan 6.Namun, tetap saja ada tanda-tanda yang patut untuk Anda waspadai terkait persebaran covid Pirola. Apabila terkena COVID-19 gejala umum yang terjadi biasanya demam, batuk, sakit tenggorokan, pilek, bersih, lelah, sakit kepala, nyeri otot serta kemampuan indera penciuman berubah, maka gejala covid Pirola adalah sakit tenggorokan, pilek atau hidung tersumbat, batuk dengan atau tanpa dahak, dan sakit kepala.
Bukan hanya karena dirinya menjadi dokter yang merawat langsung sejumlah pasien positif di Rumah Sakit Umum dr Soetomo. Namun, nasib seluruh pasien yang baru bergejala corona dengan status PDP (Pasien Dalam Pengawasan) juga bergantung padanya.
Sebab, sebagai Ketua Tim Pinere (Penyakit Infeksi Emerging dan Remerging) dibawah koordinasi langsung Gubernur Jatim, keputusannya yang akan menjadi rujukan, apakah pasien berstatus PDP ini dapat dinyatakan sembuh atau justru meningkat menjadi positif.
Meski memiliki jabatan penting dalam penanganan wabah corona di Jatim, dr Soedarsono tetap tak melupakan tugasnya menjadi dokter yang harus merawat pasien.
Sebab, di rumah sakit tempatnya berada saat ini, ada beberapa pasien yang sudah berstatus positif corona dan PDP. Bahkan, satu diantaranya pasien positif corona yang ditanganinya kini, ada yang dalam kondisi berat.
"Ada satu pasien sudah memakai alat bantu pernapasan. Ini tergolong sudah berat ya, karena ada penyakit penyertanya. Tapi kondisinya stabil," tukasnya membuka percakapan dengan merdeka.com.
Meski sudah cukup berpengalaman dengan penyakit infeksi, bukan berarti dirinya tidak cemas dalam setiap penanganan pasien corona. Sebab, penyakit yang belum ada obatnya ini, memerlukan perlakuan khusus dibandingkan dengan penyakit infeksi lainnya.
"Disebut cemas sih enggak. Cuma kita memang harus tetap mematuhi aturan atau protokol kesehatan yang cukup ketat. Jadi kewaspadaan memang tetap dijaga setiap saat kita bertugas menangani pasien," katanya.
Tangani Pasien PDP Lebih Berat daripada Positif Covid-19
Ia menyebut dalam penanganan pasien yang sudah dinyatakan positif corona, dirinya justru tidak terlalu kuatir jika dibandingkan dengan pasien yang masih berstatus PDP. Dalam penanganan pasien positif corona, biasanya mereka sudah di tempatkan di ruang isolasi khusus dengan protokoler penangan yang sangat ketat.
"Saat melakukan penanganan pasien yang sudah positif, prosedurnya sangat ketat. Itu justru yang menjadikan kita lebih aman. Tapi beda saat kita menangani pasien berstatus PDP," ujarnya.
Ia bercerita, saat melakukan penanganan pada pasien berstatus PDP, kebanyakan pasien masih menganggap remeh penyakit yang dideritanya. Karena sikap itu lah, kerap kali pasien yang dihadapinya, tidak patuh terhadap prosedur perawatan yang telah ditetapkan.
Ia mencontohkan, meski sudah berada di ruangan isolasi, pasien PDP biasanya tidak mau memakai masker dengan benar. Padahal, secara prosedur ia wajib mengenakan masker.
"Ya tahu sendiri-lah mental orang kadang bagaimana. Mereka sudah diberitahu agar pakai masker saat di ruangan, malah tidak dipakai. Masih ada pasien-pasien yang semacam itu. Menghadapi orang-orang semacam ini, baik saya maupun tenaga medis lainnya menjadi was-was. Apalagi umur saya kan sudah tidak muda lagi, sangat rentan tertular," pungkasnya.
Pengalaman merawat pasien 'ndablek' soal kedisiplinan itu lah yang semakin memotivasi dirinya untuk terus menjaga kesehatan. Di masa tuanya ini, ia menyebut menjaga kesehatan adalah yang utama. Bahkan, ia menerapkan protokoler kesehatan yang ketat untuk dirinya sendiri.
"Kalau saya asupan makan diperhatikan, yang penting waktunya makan ya makan, waktunya tidur saya ya harus tidur. Waktu istirahat yang cukup itu juga kunci dari kesehatan. Saya juga memenuhi standar gizi, sayur, buah dan susu serta suplemen vitamin. Olah raga saya lakukan meski hanya 15 menit," jelasnya.
Lalu, bagaimana tanggapan keluarga terkait dengan 'medan perang' yang dihadapinya sebagai dokter saat ini? Ia menyebut, kecemasan dari keluarga itu selalu ada. Namun, sang istri lah yang justru menjadi 'peluit', yang akan selalu menyempritnya jika ada protokoler yang dilanggarnya.
Misalnya, setiap jam makan, ia akan di ingatkan untuk segera makan oleh sang istri. Demikian juga banyaknya perhatian yang datang dari ketiga putrinya. Mereka kerap mengingatkan sang ayah agar selalu menjaga kesehatan.
"Setiap hari saya selalu diingatkan. Biasanya kalau sudah waktunya makan saya akan diingatkan. Mereka ya sempat cemas saat saya menangani kasus corona ini. Namun pada akhirnya mereka dapat memahami bahwa tugas ini merupakan salah satu bentuk pengabdian saya pada masyarakat dan bangsa," ujarnya menutup pembicaraan.
(mdk/rhm)