Cerita Dubes Soal Warga Rusia Tidak Takut Terpapar Covid-19 dan Enggan Divaksinasi
Survei menunjukkan, 50 persen warga Rusia tidak takut terinfeksi Covid-19 karena merasa akan tetap mendapatkan perawatan sehingga bisa sembuh.
Rusia menduduki peringkat keenam kasus Covid-19 terbanyak di dunia. Per 18 Mei 2021, kasus kumulatifnya mencapai 4,95 juta kasus positif. Presentase kasus meninggal di Rusia 2,35 persen atau 116.575 orang.
Jumlah kasus harian di Rusia masih cukup tinggi. Per 18 Mei, bertambah 8.183 kasus. Tingginya presentase kasus positif di Rusia seiring dengan tingginya jumlah test PCR. Hingga 18 Mei, pemerintah Rusia sudah melakukan test PCR sebanyak 134 juta kali.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Bagaimana virus Covid-19 pertama kali masuk ke Indonesia? Kasus ini terungkap setelah NT melakukan kontak dekat dengan warga negara Jepang yang juga positif Covid-19 saat diperiksa di Malaysia pada malam Valentine, 14 Februari 2020.
-
Kapan kasus Covid-19 pertama di Indonesia diumumkan? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Bagaimana kasus-kasus viral ini diusut polisi? Ragam Kasus Usai Viral Polisi Baru Bergerak Media sosial kerap menjadi sarana masyarakat menyuarakan kegelisahan Termasuk jika berhubungan dengan kepolisian yang tak kunjung bergerak mengusut laporan Kasus viral yang baru langsung diusut memunculkan istilah 'no viral, no justice'
Duta Besar RI untuk Rusia, Jose Antonio Morato Tavares mengungkapkan, tingginya kasus positif di Rusia juga disebabkan karena kelalaian masyarakatnya.
Menurutnya, survei menunjukkan, 50 persen warga Rusia tidak takut terinfeksi Covid-19 karena merasa akan tetap mendapatkan perawatan sehingga bisa sembuh. Angka kesembuhan di Rusia memang tinggi, mencapai 92 persen atau 4,5 juta orang dinyatakan sembuh.
"50 persen WN Rusia tidak takut terinfeksi karena di sini akses rumah sakitnya mudah. Angka kesembuhannya kan tinggi mencapai 92 persen. Di sana juga orang-orangnya tidak mau divaksin," kata Jose saat menghadiri diskusi virtual yang disiarkan langsung di YouTube BNPB, Rabu (19/5).
Jose mengatakan, pemerintah Rusia sudah berupaya menyediakan vaksin secara gratis bagi warganya. Bahkan di setiap fasilitas kesehatan dan di mal atau pusat perbelanjaan, sudah dijadikan sebagai sentra vaksinasi. Namun, WN Rusia tidak peduli dan enggan divaksinasi.
"Survei menunjukkan, 62 persen WN Rusia tidak siap divaksin. Hanya 26 persen yang siap divaksin. Masyarakatnya pede aja mereka tidak takut tertular. Jadi tempat vaksinasi di mal, di RS itu sepi-sepi saja," katanya.
Selain itu, WN Rusia juga tidak menerapkan protokol kesehatan sesuai imbauan pemerintahnya. Padahal, kasus Covid-19 di Rusia pernah menembus 30.000 kasus per hari pada Desember 2020.
Dia berpesan kepada WN Indonesia yang tinggal di Rusia untuk tetap menerapkan protokol kesehatan 5M dengan ketat. Setidaknya ada 1.285 WN Indonesia yang tinggal di Rusia. Dari jumlah tersebut, hanya 35 orang yang terpapar Covid-19 dan saat ini, semuanya sudah sembuh.
"Anak muda yang pakai masker hanya sebagian kecil saja, sayang sekali. Ini jangan ditiru," tegasnya.
"Kasus terbanyak di Rusia pada gelombang pertama itu bulan Mei 2020, mencapai 11.655 kasus per hari. Lalu gelombang kedua di bulan Desember 2020 hampir 30 ribu kasus per hari," katanya.
Jose juga berpesan kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk mengikuti program vaksinasi pemerintah. Karena kata dia, vaksin Covid-19 itu sangat berpengaruh untuk meningkatkan kekebalan tubuh. Semakin cepat suatu kelompok masyarakat divaksin, maka akan semakin cepat pula terbentuknya herd immunity. Dia berharap, masyarakat Indonesia tidak seperti WN Rusia yang tidak mau divaksin dan tidak menerapkan protokol kesehatan.
Dia sangat menyayangkan hal itu, karena kata dia pemerintah Rusia sudah melakukan berbagai upaya untuk melindungi rakyatnya dari penularan virus Corona. Seperti menyediakan pelayanan kesehatan secara gratis, pengembangan vaksin mandiri, vaksinasi masal dan gratis, pembuatan RS darurat, serta memperoduksi alat medis sendiri.
"Menkes Rusia pernah mengatakan bahwa orang yang tertular virus Corona punya masalah komplikasi berkelenjutan," ujarnya.
"Jadi saya ingin menyampaikan ke masyarakat Indonesia bahwa virus ini sudah beredar kemana-mana. Kit bisa tertular. Vaksin ini kan diambil dari bagian kecil virus yang mana bisa meeningkatkan imunitas tubuh. Lebih baik disuntikkan ke tubuh kita vaksin itu daripada virus utuhnya masuk ke tubuh kita," pesannya.
Baca juga:
Usai Lebaran, Okupansi Ruang Isolasi Covid-19 Palembang Meningkat Dekati 60 Persen
Jokowi Akan Tinjau Vaksinasi Massal di Kepri dan Beri Pengarahan Terkait Pandemi
Singapura Longgarkan Akses Keluar-Masuk, 149 Warga Terinfeksi Covid B1617 dari India
Anies: Pemeriksaan Antigen di Cikampek, 148 dari 22.910 Pemudik Positif Covid-19
BPOM Tidak Rekomendasikan Lianhua Capsules Donasi untuk COVID-19
Anies Sebut Persentase Covid-19 di Jakarta Saat Ini Fase Terendah Sejak Awal Pandemi