Cerita gendang Djimbe asal Blitar di Piala Dunia 2010
Produk gendang Djimbe asal Blitar sudah lama diekspor ke mancanegara.
Tak banyak orang yang tahu, bahwa Piala Dunia 2010 yang digelar di Afrika Selatan dua tahun yang lalu menggunakan alat kesenian budaya dari Indonesia. Ya, gendang Djimbe asal Blitar turut menyemarakkan pesta bola empat tahunan.
Gendang Djimbe berukuran 70 cm didatangkan dari Desa Santren, Kecamatan Kepajen Kidul, Kota Blitar, Jawa Timur. Desa Santren dikenal sebagai kawasan pengrajin kendang. Yang produknya sudah diekspor ke berbagai negara.
"Gendang Djimbe diekspor ke berbagai negara. Salah satunya ke Afrika Selatan dan dipakai saat pembukaan Piala Dunia 2010," kata Wawan (42), salah seorang pegawai pengrajin gendang saat bernincang dengan merdeka.com di Blitar, Jawa Timur, Minggu (15/7).
Home Industri milik Haji Thohari (65) yang dibangun sejak 1990 itu mempekerjakan sekitar 30 orang memproduksi berbagai jenis gendang.
Adapun macam kendang yang diproduksi H Thohari seperti Gendang Sentil, Gendang Jawa, Gendang Ketipung, Gendang Djimbe dan macam kendang lainnya.
"Gendang-gendang ini dibuat berdasarkan pesanan, ukuran dan jumlah. Pada umumnya, pesanan datang dari China, Afrika Selatan dan negara-negara Timur Tengah," jelas Wawan sambil menunjukkan macam jenis kendang.
Wawan bekerja di tempat H Thohari sudah cukup lama, kurang lebih 6 tahun. Pria ini berasal dari Suku Sunda, Kabupaten Tasikmalaya.
Menurut Wawaan, pada perhelatan Piala Dunia tahun 2010 lalu, order kendang dipesan tiga bulan sebelum produksi. Sedangkan dari berbagai macam kendang tersebut di atas, gendang Djimbe adalah jenis kendang yang paling banyak diminati konsumen.
"Mungkin karena bentuk gendang Djimbe yang kokoh, besar, tinggi serta bunyi yang nyaring, menjadikan gendang Djimbe disukai dan digunakan sebagai alat tabuh pada Piala Dunia," ungkap Wawan.
Kayu yang digunakan untuk membuat gendang ini adalah jenis kayu Mahoni. Dikarenakan pohon ini memiliki kualitas yang bagus, tahan lama, dan mudah diukir.
Proses pembuatan sebuah gendang dimulai dari pemotongan kayu Mahoni, dibubut, dipelitur atau diberi warna, diukir, dikeringkan, diberi kulit.
"Masing-masing proses pembuatan sebuah gendang dilakukan oleh orang yang berkompeten di bidangnya masing-masing. Kulit yang digunakan untuk gendang-gendang ini dari kulit kambing karena bunyinya nyaring," kata Wawan.
"Untuk harganya bervariasi, tergantung ukuran dan model yang dipesan oleh konsumen. Ada yang mulai dari Rp 10.000, Rp 20.000 hingga Rp 250 ribu, nggak terlalu mahal lah," pungkasnya.