Cerita Heroik Penumpang Kapal Tenggelam di Buton, Selamatkan Diri dengan Renang Sejauh 100 Meter
Daya tampung ojek perahu yang tenggelam idealnya ditumpangi 14-15 orang. Tetapi pada saat kejadian peristiwa diisi 40 lebih orang penumpang.
Kapal penyeberangan di Mawasangka Timur Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi Tenggara, pada Minggu (23/7) malam dan menewaskan 15 orang.
Cerita Heroik Penumpang Kapal Tenggelam di Buton, Selamatkan Diri Renang Sejauh 100 Meter
Kapal Tenggelam, 15 Tewas
Lebih dari 33 penumpang kapal penyeberangan antar desa ditemukan selamat. Muhammad Arif menceritakan bagaimana perjuangannya menyelamatkan diri. Saat itu, suasana begitu panik saat badan kapal perlahan tenggelam. Arif masih mengingat jelas peristiwa di malam itu. Setelah kapal tenggelam, dia langsung menggandeng tangan sepupunya. Mereka berenang sekuat tenaga mencari daratan tempat menyelamatkan diri.
- Aksi Heroik Pengemudi Mobil Bubarkan Tawuran di Gunungputri Malah Disangka Tabrak Lari
- Aksi Heroik Siswa SMA di Gorontalo Panjat Tiang Demi Merah Putih Berkibar
- Cerita Heroik Serka (Pur) Asmujiono, Anak Buah Prabowo Kibarkan Merah Putih di Puncak Everest
- Aksi Heroik Pegawai Sound Panjat Tiang Perbaiki Pengait Bendera, Peserta Upacara Riuh Tepuk Tangan
"Saat kejadian tersebut, saya menggandeng sepupu saya berenang sejauh 100 meter untuk menuju ke daratan dan Alhamdulillah kami bisa selamat."
Kata Arif di Mawasangka Timur Kabupaten Buton Tengah, Selasa (25/7). Dikutip dari Antara.
@merdeka.cm
Detik-Detik Kapal Tenggelam
Arif menjelaskan. Saat di kapal, dia berdiri di posisi paling depan. Tiba-tiba kapal oleng. Tanpa pikir panjang, Arif meloncat dan menjauh dari kapal yang akan tenggelam. Usai melompat, dirinya baru tersadar. Ada sepupunnya yang masih duduk di bangku SMP memanggil. Sepupunya mengeluh tak berani melompat karena tidak bisa berenang.
Mendengar suara sepupunya, Arif langsung berenang ke arah suara dan menolong sepupunya tersebut. Sadar bebannya akan semakin berat, Arif meminta sepupunya mengikuti instruksi.
"Jangan kau pegang badanku, tetapi saya saja yang pegang bajumu. Karena kalau kamu pegang badanku, sama-sama kita akan tenggelam," cerita Arif.
Ketika perahu tempel itu mulai miring dan air laut mulai masuk ke perahu, penumpang yang ada di dalamnya semakin panik. Mereka sibuk menyelamatkan diri. Beberapa saat kemudian, perahu terbalik. Arif tak ingat persis kenapa peristiwa itu memakan korban yang cukup banyak. Akibat peristiwa itu, Arif kehilangan enam sanak saudara. "Ada banyak faktor, mungkin tertimpa perahu yang tenggelam. Mau lompat ke mana karena posisi perahu katinting itu langsung terbalik," kata Arif.
Berharap Peristiwa Serupa Tak Terulang
Kepala Desa Lagili Kecamatan Mawasangka Timur Kabupaten Buton Tengah, Tamsir, sangat berduka dan sedih yang sangat mendalam dengan kejadian tersebut. Ini menjadi pukulan dan pelajaran agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi. "Kami akan secepatnya kumpulkan para pelaku ojek laut penyeberangan untuk diberikan edukasi soal keselamatan penyeberangan supaya kejadian ini tidak terulang lagi," katanya.
Sebenarnya, kata dia, daya tampung ojek perahu (katinting) idealnya ditumpangi 14-15 orang. Tetapi pada saat kejadian peristiwa itu diisi 40 lebih orang penumpang. Ke depan, katanya, akan ada aturan untuk para pelaku ojek perahu. Termasuk soal jumlah penumpang supaya masyarakat pengguna jasa ojek perahu bisa lebih nyaman dan keselamatan yang paling utama.Jarak Tempuh Antar Desa Hanya 10 Menit
Jarak tempuh penyebarangan laut dari Mawasangka Timur ke Mawasangka Tengah hanya 1 kilometer dan bisa ditempuh dengan ojek laut sekitar 10 menit. Menurut Kades, ada jalan darat dari Mawasangka Timur ke Mawasangka Tengah tetapi jarak tempuhnya lebih jauh dan lebih lama. "Kalau harus memutar dengan kecepatan 60 kilometer per jam memerlukan waktu satu jam lebih," katanya.