Cerita istri Slamet Rahmat korban ledakan gudang kembang api
Saat ini jenazahnya telah dikembalikan ke pihak keluarga. Penyerahan dilakukan oleh kepolisian kepada istri dan langsung diberangkatkan ke Garut untuk dimakamkan.
Tim forensik dan Pusat Kedokteran Kesehatan RS Polri berhasil mengidentifikasi 3 jenazah korban ledakan pabrik kembang api di Kosambi, Kabupaten Tangerang. Salah satu dari korban tersebut bernama Slamet Rahmat (40), ia tinggal di Garut dan merantau ke Tangerang untuk berkerja di PT. Panca Buana Cahaya Sukses tersebut.
Saat ini jenazahnya telah dikembalikan ke pihak keluarga. Penyerahan dilakukan oleh kepolisian kepada istri dan langsung diberangkatkan ke Garut untuk dimakamkan.
Di lokasi penyerahan jenazah, istri Slamet Rahmat menceritakan beberapa kisah almarhum suaminya ketika masih bekerja di pabrik tersebut. Istrinya bernama Danis Setyaningsih (25) mengatakan Slamet berkerja dari tahun 2008 di dua perusahaan dengan pemilik yang sama.
"Udah lama, dari 2008. Cuma di Panca Buana Global Karisma di pabrik stiker. Nah terus tutup, pindah yang kesini. Tapi masih bos yang sama. Tetep ikut Pak Indra Liyono. Jadi dari pabrik stiker, sekarang mah disana (pabrik kembang api) bagian packing," kata Danis di Instalasi Kedokteran Forensik RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Sabtu (28/10).
Danis menjelaskan, di perusahaan tersebut suaminya digaji sebesar RP. 3.200.000 sesuai dengan upah minimum provinsi (UMP) wilayah Tangerang.
"Suami saya mah udah ikut bulanan ya, Ikut umr sih. Cuma saya nggak liat slip gajinya. Soalnya kan saya di kampung ya, paling transfer aja buat kebutuhan sehari-hari," katanya.
Danis menambahkan, suaminya biasa berangkat pagi dan pulang larut malam. Kemudian karena merantau, kata dia, suaminya pun jarang pulang, kadang Slamet bisa pulang ke Garut hanya 2 bulan sekali disebabkan tak dapat izin dari pihak perusahaan.
"berangkat jam 8, biasanya pulang maghrib. Tapi akhir-akhir sekarang ini pulang malem terus. Jam 10 atau 10.30 malem," tuturnya.
Dari pernikahannya dengan Slamet, ia dikaruniai buah hati bernama Asra yang masih balita. Kini, ia mengkhilaskan kepergian almarhum suaminya. Namun Danis meminta kebijakan dari perusahaan pabrik yang menghanguskan 48 orang tersebut.
"Ya kalo bisa tanggung jawab lah pak. Nggak ada yang mau musibah gini. Kalo bisa ya perhatian, kan saya juga ada anak kecil. Harus tanggung jawab lah sampe tuntas," tutup Danis.