Cerita Kepala Sekolah di Papua Selamat dari Serangan KKB
Dua orang guru di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Papua, menjadi korban penembakan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Sabinus Waker. Penembakan terjadi pada Kamis (8/4) terhadap Oktavianus Rayo (40) dan Yonatan Renden (28) pada Jumat (9/4).
Dua orang guru di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Papua, menjadi korban penembakan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Sabinus Waker. Penembakan terjadi pada Kamis (8/4) terhadap Oktavianus Rayo (40) dan Yonatan Renden (28) pada Jumat (9/4).
Kepala Sekolah SMPN 1 Beoga, Kabupaten Puncak, Papua Junaedi Arung Sulele menyaksikan langsung penembakan yang terjadi pada sekitar pukul 15.00 Wit.
-
Apa yang dilakukan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo di Papua? Pak Kapolri beliau jam 5 sudah berada di Papua, dengan Panglima TNI. Jadi beliau tidak bisa hadir, karena beliau tidak bisa hadir tentunya kita tidak mengikutsertakan para pejabat lainnya. Sehingga murni kita adalah PP Polri pada acara hari ini ya.
-
Di mana penganiayaan terhadap anggota KKB terjadi? Di Puncak Jaya, khususnya di daerah Ilaga, Gome, dimana TKP itu terjadi (penyiksaan). Kita akan usut tuntas masalah ini. Apapun yang terjadi disana akan menjadi bahan untuk proses hukum nanti,” kata Izak saat jumpa pers di Jakarta, Senin (25/4).
-
Kenapa prajurit TNI menganiaya anggota KKB? Penyiksaan itu dilakukan prajurit TNI diduga kesal atas sikap Denius Kogoya yang ingin menebar teror membakar puskesmas kala itu.
-
Apa yang dilakukan prajurit TNI kepada anggota KKB? Peristiwa penyiksaan yang dilakukan sejumlah prajurit TNI terhadap seorang warga Papua diduga merupakan anggota Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) viral di media sosial.
-
Apa yang jadi dugaan kasus KPK? Pemeriksaan atas dugaan pemotongan dan penerimaan uang, dalam hal ini dana insentif ASN Bupati Sidoarji Ahmad Muhdlor Ali diperiksa KPK terkait kasus dugaan pemotongan dan penerimaan uang, dalam hal ini dana insentif ASN di lingkungan BPPD Pemkab Sidoarjo.
-
Apa yang ditemukan oleh KPK di kantor PT Hutama Karya? Penyidik, kata Ali, mendapatkan sejumlah dokumen terkait pengadaan yang diduga berhubungan dengan korupsi PT HK. "Temuan dokumen tersebut diantaranya berisi item-item pengadaan yang didug dilakukan secara melawan hukum," kata Ali.
"Sebelum ada kejadian, hingga kami semua turun, situasi sudah kembali kondusif sehingga kami memutuskan untuk kembali ke Beoga," kata Junaedi kepada wartawan, Sabtu (10/4).
"Puji Tuhan saya masih lolos, saat penembakan saya tidak lihat orang. Ketika bunyi tembakan saya lari ke arah kanan, saudara Yonatan Renden ke kiri, korban sudah kena 2 kali tembakan di dada, tapi masih sempat lari kemudian roboh," sambungnya.
Dia bahkan sempat bersembunyi di rumah warga saat kejadian. Setelah ada petugan TNI-Polri yang datang untuk mengevakuasi korban, dia baru berani keluar dan meminta perlidungan.
"Tidak banyak pendatang di wilayah Beoga, hanya para guru saja. Serta informasi yang menyatakan Junaidi diculik tidak sepenuhnya benar. Saat terjadi penembakan, Junaidi bersembunyi di rumah warga. Ketika aparat TNI-Polri yang mengevakuasi jenazah lewat di dekat persembunyiannya, Junaidi keluar dan ikut mengamankan diri di Koramil," tegasnya.
Namun, untuk kejadian pertama yang menimpa Oktavianus pada Kamis (8/4) kemarin. Dirinya mengaku sedang tidak berada di lokasi kejadian.
"Kalau korban pertama, saya tidak di TKP, lokasi saya jauh dari situ. Lokasi korban pertama itu di SMPN 1 Beoga, korban itu guru SD Klemabeth, tetapi karena istrinya mengajar di SMP, mereka tinggal di perumahan guru SMPN 1 Beoga. Saat penembakan korban pertama saudara Oktovianus Rayo dia dikepung KKB," jelasnya.
"Informasi yang saya terima yang dibakar adalah perumahan guru dan 1 gedung sekolah SMA," tambahnya.
Korban Guru Kontrak
Dia menyebut, kedua korban penembakan tersebut yaitu Oktavianus dan Yonathan merupakan guru kontrak bersama dengan 11 guru kontrak lainnya.
"Selama ini kami guru pendatang dekat dengan masyarakat asli Kabupaten Puncak," sebutnya.
"Kedua korban itu merupakan guru kontrak, Oktavianus sudah 10 tahun menjadi Guru kontrak, sedangkan Yonathan 2 tahun, kedua korban ini sudah berkeluarga. Saudara Oktavianus bersama tinggal di Beoga, sedangkan Yonatan anak istrinya di Toraja. Total ada 11 orang guru pendatang, sebagian mengungsi di Koramil," sambungnya.
Situasi Masih Siaga
Pasca penembakan tersebut, situasi di lokasi kejadian masih dalam keadaan siaga. Serta aparat TNI-Polri masih terus berjaga di wilayah tersebut.
"Selama ini situasi aman-aman saja, aparat keamanan dari Koramil, Polsek dan Satgas TNI-Polri selama ini memang sudah berjaga di Beoga. Pasca penembakan, situasi di atas saat ini masih siaga. Aparat TNI-POLRI berjaga disekitar Kampung Beoga," ungkapnya.
Dengan adanya insiden ini, Junaedi mengucapkan rasa duka yang mendalam terhadap keluarga kedua korban yakni Oktavianus dan Yonathan.
"Mereka guru terbaik, mereka dari masyarakat sipil tidak ada hubungannya dengan aparat TNI-Polri. Tidak bnyak orang yang mau bertahan hidup di pedalaman, hidup bersama keluarga bertahan di sana di hutan," ujarnya.
Kedua korban, kata Junaedi, merupakan guru pendatang dari Toraja. Kondisi Beoga yang sulit dijangkau kendaraan menyebabkan tidak banyak orang maupun pendatang yang mau bertahan di sana.
"Bapak Oktavianus dan Yonathan ini mendidik anak Papua dengan setulus hati, mendidik anak-anak pedalaman Papua. Sekali lagi, kami orang Toraja percaya dengan aparat dan kami taat hukum. Kami mohon aparat menjaga masyarakat tanpa terkecuali, apalagi guru yang mendidik anak Papua, kami sangat sesalkan kejadian ini," tutupnya.
(mdk/rnd)