Cerita Pelatih Pasukan Elite TNI Didik Kopassus, Salah Bisa Berujung Maut
Pelatih pasukan elite TNI, Kopassus, memberikan pelatihan yang membuat siswanya menjadi kuat dan disiplin. Inilah cara-caranya:
Di balik hebatnya pasukan elite TNI seperti Kopassus ada sosok pelatih komando yang hebat. Lewat pelatih pasukan elite inilah lahir prajurit-prajurit handal.
Untuk menjadi pelatih Kopassus tidaklah mudah. Ada risiko bahaya dan bahkan bisa berujung maut jika tidak selalu mendisiplikan prajurit saat dalam proses latihan.
-
Apa yang menjadi cikal bakal Kopassus TNI AD? Soegito lulus Akademi Militer dan bergabung dengan Korps Baret Merah yang saat itu bernama Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Pasukan elite ini menjadi cikal bakal Kopassus TNI AD. Berbagai penugasan tempur pernah dijalani oleh Soegito. Termasuk terjun ke Dili saat Indonesia menyerbu Timor Timur.
-
Di mana prajurit TNI AD ini berasal? Diungkapkan oleh pria asli Kaimana, Papua Barat ini bahwa sebelum memutuskan menikah, Ia sudah menjalin asmara atau berpacaran selama 3 tahun.
-
Di mana TNI dibentuk? Dahulu TNI dibentuk dan dikembangkan dari sebuah organisasi bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR).
-
Siapa sosok penemu ransum TNI? Pencipta ransum TNI ternyata bukanlah seorang tentara, melainkan seorang dokter.
-
Siapa yang kagum dengan kekuatan TNI? Gamal Abdul Nasser Adalah Sahabat Dekat Presiden Sukarno Keduanya menjadi pelopor gerakan Non Blok. Karena dekat, Nasser bicara terus terang pada Presiden Sukarno.
-
Kapan HUT Korps Marinir TNI AL diperingati? Setiap tanggal 15 November diperingati sebagai Hari Ulang Tahun Korps Marinir TNI AL.
Dalam buku "Kopassus Untuk Indonesia" karya Iwan Santosa dan E.A Natanegara, Pelatih Komando harus memberikan dasar-dasar teori dan teknik dengan baik sebelum siswa diterjunkan dalam latihan praktek.
Para pelatih Komando ini telah lulus seleksi dan pendidikan Komando. Punya pengalaman di Satuan Operasional dan di daerah operasi, serta sudah mengikuti Kursus Pelatih (Sustih) Komando. Jadi mereka tahu betul bagaimana cara latihan Komando.
Lalu, bagaimana cara pelatih Komando menerapkan disiplin pada siswanya agar terbentuk pasukan elite TNI yang tangguh seperti Kopassus?
Tak Beri Toleransi pada Kesalahan
Dalam buku "Kopassus Untuk Indonesia", seorang pelatih seniot Kapten Encun menceritakan kisahnya saat melatih. Ia telah melatih Komando sejak 1984, dan hingga saat ini ia menjabat sebagai Dansus Dakibu.
Kapten Encun menceritakan 95 persen karir tentaranya ada di Pusdikpassus. Ia pernah mendapat sanksi penahanan pangkat sersan satunya akibat kelalaian yang mengakibatkan kecelakaan, sehingga meninggalnya dua siswa di Situ Lembang.
Meskipun begitu, Kapten Encun tetap menerima hukuman tanpa sakit hati. "Walau itu adalah sebuah kecelakaan murni pada sebuah latihan penyebrangan, namun selaku pimpinan latihan saya harus bertanggungjawab atas jatuhnya korban. Hingga hari ini saya ikhlas menerima sanksi penahanan pangkat tersebut tanpa sedikitpun rasa sakit hati," kata Kapten Encun.
Kegigihan Kapten Encun juga diceritakan anak didiknya. Menurutnya, Kapten Encun adalah pelatih yang usil.
"Zaman saya latihan Komando, Pak Encun itu pelatih usil. Pada waktu latihan lari, badan belum sempat berdiri dari posisi tiarap. Eeeeh sudah ada aba-aba tiarap lagi... Begitu terus! Tetapi, setelah sekarang saya menjadi rekan kerja saya lihat Pak Encun adalah seorang pelatih yang matang. Tidak memberikan toleransi pada kesalahan yang membahayakan jiwa, namun juga bisa bersikap sebagai bapak yang dipercaya dan dihormati," kata orang bekas siswanya.
Menerapkan Disiplin Pelatihan yang Tegas
Tak hanya Kapten Encun, Pelda Suwito juga punya cerita saat menjadi pelatih Komando atau Suwito Kancil. Ia masuk tentara tahun 1980 dan menjadi pelatih Parasut tahun 1987. Ia dikenal oleh siswa Parasut dan Komando karena keahliannya melatih.
Materi yang dikuasai Pelda Suwito mencakup materi Kepemimpinan. Ia sangat ahli dalam Kursus Kepemimpinan Dasar (Suspimsar) baik dengan siswa-siswa dari kalangan sipil dan militer.
Ketika mengajar, ia tetap menerapkan disiplin pelatihan yang keras dan tegas, tanpa melihat latar belakang siswa yang dilatihnya. Sudah menjadi prinsipnya bahwa para calon pemimpin, calon komandan, calon jenderal harus ditempa dengan keras tanpa memberikan toleransi kemudahan terhadap latihan-latihan taktis dan bersifat penting.
"Kalau tidak keras, tidak tegas, lemah, peragu, lantas mau jadi apa mereka? Nanti mereka tidak bisa menjadi pemimpin yang tangguh," kata Pelwa Suwito.
Melatih Keterampilan, Wawasan dan Humanis
Prajurit Kopassus akan merasakan sekolah Sandi Yudha. Akan ada tahapan pendidikan Sandha, yaitu Tahap Basis kemudian Tahap Praktek latihan. Latihan Sandha merupakan keterampilan yang wajib untuk melengkapi kemampuan seorang prajurit Para Komando. Keahlian ini seperti Penyelidikan, Pengamanan, Penggalangan, tahap action atau eksekusi tergantung dari perintah yang diterima.
Letkol Richard T.H. Tampubolom, Komandan Sekolah Sandi Yudha mengatakan bahwa Pelatihan Sandi Yudha selain menekankan keterampilan intelijen, haru berwawasan dan humanis, juga setia pada tugas yang diberikan.
"Ini berarti Prajurit Sanda hanya melaksanakan apa yang diperintahkan, dan semaksimal mungkin menghindari bias waktu menjalankan tugas," kata dia.
Richard juga menjelaskan bahwa Prajurit Sandha harus dekat dengan rakyat dan mampu merebut simpati rakyat, karena informasi mengalir seiring dengan ke mana aliran simpati masyarakat.
Untuk menciptakan hal tersebut, di dalam pelatihan dilakukan transfer knowledge secara intensif dengan metode Pembinaan dan Pengasuhan (Bimsuh). Norma dan prinsip pendidikan Sandi Yudha juga harus diikuti dengan sempurna oleh para siswa.