Cerita Sinci Pembela HAM Korban 98 di Pecinan Semarang
Warnanya putih, paling mencolok di antara yang lainnya. Berada tepat di samping Presiden Indonesia keempat KH Abdurrahman Wahid. Dialah Sinci Ita Martadinata Haryono. Perempuan dari etnis Tionghoa yang menjadi korban kekerasan Mei 1998. Sinci berarti papan arwah.
Warnanya putih, paling mencolok di antara yang lainnya. Berada tepat di samping Presiden Indonesia keempat KH Abdurrahman Wahid. Dialah Sinci Ita Martadinata Haryono. Perempuan dari etnis Tionghoa yang menjadi korban kekerasan Mei 1998. Sinci berarti papan arwah.
Warga Tionghoa meletakkan sinci Ita gedung Perkumpulan Sosial Boen Hian Tong atau Rasa Dharma, Gang Pinggir, Kawasan Pecinan Semarang, Jawa Tengah. Ita mendapat kehormatan lantaran perjuangannya selama masih hidup, membela hak asasi manusia korban pemerkosaan 1998.
-
Kapan Wanda Hamidah terlibat dalam kerusuhan Mei 1998? Wanda juga termasuk mahasiswi yang ikutan terjun ke lapangan saat Kerusuhan Mei 1998.
-
Apa yang terjadi pada tanggal 11 Mei 1997? Pada 11 Mei 1997, Deep Blue, yang dikembangkan oleh IBM, berhasil memenangkan pertandingan melawan Garry Kasparov, dan mencatatkan sejarah sebagai komputer pertama yang mengalahkan juara dunia catur.
-
Di mana tragedi ini terjadi? Hari ini, 13 November pada tahun 1998 silam, terjadi demonstrasi besar-besaran di kawasan Semanggi, Jakarta.
-
Kenapa Tragedi Semanggi 1 terjadi? Aksi ini dilakukan sebagai bentuk penolakan terhadap agenda dan pelaksanaan Sidang Istimewa MPR yang menunjuk B.J Habibie sebagai presiden menggantikan penguasa Orde Baru.
-
Kapan tragedi ini terjadi? Tragedi Semanggi I terjadi pada 11-13 November 1998. Kejadian ini menyebabkan tewasnya 17 warga sipil.
-
Dimana tragedi ini terjadi? Tragedi Bintaro 1987 terjadi karena kecelakaan kereta api yang mengakibatkan banyak korban jiwa. Kronologi kejadian dimulai saat dua kereta api bertabrakan di Stasiun Pondok Ranji, Bintaro pada 19 Oktober 1987.
Sekretaris Gedung Rasa Dharma Semarang, Indriyani Hadisumarto mengatakan menuturkan, prosesi ritual peletakan sinci dimulai dengan mengenakan pita hitam sebagai simbol berduka. Saat memakai pita hitam ini perkumpulan Rasa Dharma membentuk sebuah barisan, kemudian mereka berjalan ke arah Tian untuk membakar dupa.
Setelah menyelesaikan tahapan prosesi ini, berlanjut altar Boen Hian Tong untuk penyerahan dan meletakkan sinci Ita di altar utama Gedung Boen Hian Tong, (Rasa Dharma) Semarang.
Ritual yang dilakukan ini adalah cara etnis Tionghoa untuk mengingat sebuah tragedi yang kelam di Indonesia. Meskipun pahit, tapi hal ini tidak bisa dilupakan begitu saja.
"Kami berupaya mengingat dan mengingatkan," kata Indriyani kepada merdeka.com belum lama ini.
Usai melakukan ritual prosesi, selanjutnya melakukan sajian makanan rujak pare sebagai simbol kepahitan yang dialami oleh etnis Tionghoa pada Mei 1998. Kemudian menyantap nasi ulam Bhinneka Tunggal Ika yang memiliki campuran rasa, untuk menyatukan keberagaman.
"Intinya dengan ikut merasakan semoga kepahitan tragedi itu bisa terus terkikis. Meskipun tidak akan dilupakan," ujarnya.
23 tahun silam, Ita yang masih berusia 17 tahun tergabung dalam aktivis Buddhis getol memperjuangkan berbagai laporan kasus perkosaan yang muncul sebagai dampak dari kerusuhan Mei 1998.
"Kami punya inisiasi meletakan sinci di altar dengan nama korban. Supaya bisa terus mendoakannya dan arwah-arwah lain yang belum tenang," jelasnya.
Perempuan kelahiran Oktober 1980 itu bertugas membantu advokasi penculikan pada 1999 beberapa mahasiswa. Tepat pada 11 Mei awal memunculkan sejumlah kasus perkosaan perempuan di Jakarta, Surabaya dan Medan.
Ita dikenal sebagai anak aktif dan pintar. Dia menjadi korban perkosaan saat masih kelas 3 SMA Paskalis Jakarta. Ita juga sempat bergabung dengan Tim Relawan untuk Kemanusiaan (TRUK) yang mengadvokasi perempuan etnis Tionghoa yang diperkosa. Dia akhirnya ditemukan tewas diduga dibunuh.
Sementara itu mantan pegiat Komnas Perempuan Ita F Nadia mengaku kasus pembunuhan Ita merupakan dampak kebijakan politik tertentu yang menyertai peristiwa 98. Dia menilai hal ini merupakan proses pembungkaman kepada para korban agar tidak bersaksi di tingkat internasional. Orang-orang yang mengusut kasus pemerkosaan mendapatkan teror.
"Ita itu adalah martir dari korban 98. Dia dibunuh sebelum bersaksi di level internasional ini," kata Ita F Nadia.
Baca juga:
Aktivis 98: Saya Dipukuli, Disetrum dan Disuruh Mengulum Katak
Ikat Kepala 'Reformasi Damai' & Memoar Aksi Mei 1998 di Purwokerto
Memori Mei 1998: Melawan Hegemoni Soeharto dari Desa Cendono
Setelah 23 Tahun, Reformasi Belum Selesai
Penjual Kopi Dadakan dan Mobil Misterius saat Pergerakan Mahasiswa Bandung 1998
Cerita Haji Embay Cegah Kerusuhan Mei 98 Meluas ke Banten Bagian Barat