Cerita Sukmawati soal Partai Masyumi di era Soekarno
Cerita Sukmawati soal Partai Masyumi di era Soekarno. Intoleransi sudah ada sejak zaman Presiden Soekarno, semakin masif ketika Pancasila ditetapkan sebagai ideologi dasar negara.
Putri proklamator Soekarno, Sukmawati Soekarnoputri menceritakan pengalaman hidupnya saat dia masih berumur enam tahun. Sukmawati mengatakan, pada saat itu ada salah satu partai politik (parpol) Islam yang menjadi pelopor intoleransi dalam kerukunan hidup beragama.
"Intoleransi saya menilai memang dari awalnya kelompok Islam yang intoleransi ada parpol Masyumi, dan pernah dibubarkan karena tokoh-tokohnya ikut dalam pemberontakan bersenjata. Kemudian dibubarkan," kata Sukmawati dalam diskusi Pancasila Dalam Tantangan Toleransi Kehidupan Umat Beragama Di Indonesia, Aula Margasiswa, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (18/1).
Sukmawati menjelaskan bahwa tindakan-tindakan intoleran di Indonesia sudah ada sejak zaman Presiden Soekarno masih berkuasa. Bahkan semakin mencuat saat presiden pertama Indonesia tersebut menetapkan Pancasila sebagai dasar negara.
"Mulai ada terlihat kembali intoleransi itu ketika Pancasila dijadikan dasar negara. Yang menentang itu ada pimpinan Masyumi. Itulah yang diceritakan kepada saya," ujar Sukmawati.
Saat itu, Sukmawati mengatakan bahwa pihak yang paling alot menentang Pancasila adalah pimpinan Masyumi.
Dalam acara yang digagas Persatuan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) tersebut, Sukmawati juga menceritakan pengalamannya saat mendapatkan perlakuan yang intoleran.
"Di tahun 1957 sekolahan saya digranat. Jadi ketika itu Presiden mau hadir lihat bazar yang dibuat di sekolahan, begitu Presiden datang digranat, banyak yang tewas dan luka-luka," ungkap Sukmawati.
Sukmawati berharap kejadian-kejadian tersebut tidak akan pernah terulang lagi di masa kini.
"Kok parpol Islam yang Masyumi ini intoleran. Ini catatan-catatan yang semoga tidak terjadi lagi di generasi selanjutnya," tekannya.