Cerita sulitnya KNKT cari black box Adam Air di laut sedalam 2.000 M
Namun KNKT yakin memecah misteri kecelakaan AirAsia QZ8501 lebih mudah ketimbang Adam Air.
Sejak mengawal proses investigasi kecelakaan di Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Mardjono Siswosuwarno punya banyak pengalaman yang masing-masing punya keunikan tersendiri setiap kasusnya. Tetapi, dari sekian banyak pengalaman itu, dia menganggap kasus jatuhnya pesawat Adam Air di perairan Majene Sulawesi Barat sebagai kasus paling sulit.
"Paling sulit itu Adam Air, buat kami penyelidik," ujar Mardjono saat berbincang di kantor KNKT, Jumat (16/1).
Kasus Adam Air tergolong sulit lantaran hampir delapan bulan tidak ada informasi yang dapat dipakai untuk menyelidiki penyebab kecelakaan tersebut. Mardjono mengungkapkan, tim bahkan terus merasa khawatir misteri kecelakaan Adam Air tidak bisa terungkap lantaran pesawat itu jatuh di kedalaman 2.000 meter kawasan perairan Majene, Sulawesi Barat.
Karena setelah delapan bulan sejak terjadinya kecelakaan, black box Adam Air baru dapat ditemukan. Tetapi, kekhawatiran masih terus membayangi tim karena black box tidak dapat diambil secara manual.
"Jangan-jangan black boxnya tidak bisa diangkat, ternyata bisa," kata dia.
Mardjono bercerita waktu itu proses pengangkatan black box hanya bisa dilakukan menggunakan Remotely Operated Vehicle (ROV). Alat tersebut dilengkapi kamera dan lengan robot yang dapat dikendalikan dari jarak jauh.
"Besarnya satu meter. Diturunkan ke bawah. Supaya tepat terunnya itu dari kapal, kapalnya enggak boleh hanyut ataupun gerak kiri, kanan, maju, mundur, kapal ini diatur otomatis pakai Global Positioning System (GPS) satelit," kata dia.
Saat itu, Mardjono mengatakan, tim pun masih menghadapi kesulitan lantaran pandangan di bawah air begitu gelap. Tim harus berhati-hati dalam proses pengangkatan black box tersebut.
"Dia (ROV) punya tangan untuk mengambil, kalau perlu digunting lalu dimasukkan ke keranjang," kata dia.
Saat ini, Mardjono dipercaya memimpin tim investigasi kecelakaan AirAsia QZ8501. Dia memprediksi proses pemecahan misteri jatuhnya pesawat itu tidak akan butuh waktu lama.
"Apalagi black boxnya sudah ditemukan," pungkasnya.
Baca juga:
Ungkap penyebab AirAsia jatuh, KNKT analisa puing & patahan pesawat
KNKT akan investigasi kecelakaan AirAsia hingga ke pihak Airbus
Suara percakapan terakhir pilot AirAsia: Allahu Akbar!
Ini CVR kotak hitam AirAsia yang berhasil ditemukan Tim SAR
TNI AL janji tetap lanjutkan pencarian pesawat & jenazah AirAsia
KNKT: Data FDR dan CVR AirAsia telah diunduh, kualitasnya bagus
-
Kapan AirAsia QZ8501 jatuh? Pada 28 Desember 2014, pesawat AirAsia QZ8501 lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Singapura.
-
Apa yang menjadi penyebab jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501? Selain kesalahan dalam manajemen penerbangan, kurangnya pemahaman awak pesawat terhadap sistem kontrol penerbangan juga menjadi penyebab jatuhnya pesawat.
-
Bagaimana kondisi cuaca saat AirAsia QZ8501 jatuh? Kondisi cuaca yang buruk, termasuk awan tebal dan hujan deras, menjadi faktor yang sangat memengaruhi kejadian tersebut.
-
Kenapa AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata? AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata pada 28 Desember 2014 karena penyebab utamanya adalah kesalahan dalam manajemen penerbangan.
-
Dimana pesawat AirAsia QZ8501 jatuh? Pada 30 Desember 2014, badan pesawat dan puing-puing lainnya ditemukan di dasar laut Selat Karimata.
-
Apa yang terjadi pada pesawat British Airways nomor 5390? Pada 10 Juni 1990, penerbangan British Airways nomor 5390 mengalami kejadian luar biasa yang hampir berujung fatal. Pesawat BAC 1-11 itu lepas landas dari Birmingham, Inggris, menuju Malaga, Spanyol, dengan 81 penumpang di atasnya. Namun, hanya 13 menit setelah lepas landas, sebuah kejadian yang menggemparkan terjadi.