Cerita Suster Marieta Ungsikan Anak-Anak saat Material Vulkanik Gunung Lewotobi Terjang Asrama
Sejauh ini ada 10 korban jiwa akibat erupsi gunung api tersebut.
Gunung Lewotobi Laki-laki di Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur (Flotim), Nusa Tenggara Timur (NTT) kembali erupsi, Minggu (3/11) tengah malam.
Salah satu korban Rohaniawati Katolik bernama Suster Nikoline, SSps yang merupakan pemimpin Komunitas Hokeng. Almarhum meninggal akibat kebakaran di kamar tidurnya disebabkan lontaran material vulkanik.
- Sekeluarga Tewas Tertimbun Reruntuhan Rumah Saat Gunung Lewotobi Laki-Laki Meletus
- Alami Erupsi, Ini 5 Fakta Gunung Ili Lewotolok yang Kawahnya Berbentuk Bulan Sabit
- Gunung Lewotobi Laki-Laki Erupsi, BRI Peduli Turun Tangan Bantu Sembako Hingga Obat-obatan
- Semeru Erupsi Lagi, Begini Sejarah Letusan Gunung Tertinggi di Pulau Jawa
Kepala Asrama Putra St. Arnoldus Janssen Boru, Suster Marieta menceritakan kronologi kebakaran akibat erupsi Gunung Lewotobi. Menurut dia, awalnya mereka mendengar suara gemuruh yang sangat kuat dari atas puncak Gunung Api Lewotobi Laki-laki. Karena kaget, dirinya memilih bangun dari tidur.
Saat bangun, dia memilih untuk memadamkan api yang disebabkan oleh material vulkanik disemburkan dari dalam kawah Gunung Api Lewotobi Laki-laki. Sesudah api dipadamkan, barulah Suster Marieta menyelamatkan anak-anak asrama.
"Awalnya saya mau selamatkan anak-anak tapi karena saya lihat api, sehingga saya pilih padamkan api lebih dahulu. Karena saya takut kalau api merambat risiko lebih besar lagi, karena anak-anak sedang tidur," kata Suster Marieta, Senin (4/11).
Menurut dia, setelah memadamkan api yang belum besar, dia langsung memanggil anak-anak asrama untuk mengungsi ke tempat lebih aman yaitu biara setempat.
Jumlah Korban
Sebelumnya, sebanyak 10 orang dilaporkan meninggal dunia dalam peristiwa ini. Korban meninggal dunia terbanyak merupakan warga Desa Klatanlo, Kecamatan Wulanggitang yang berjarak sekitar lima kilometer dari pusat erupsi yang kini berstatus Level IV (Awas).
Dari 10 korban ini, enam di antaranya merupakan satu keluarga. Mereka tewas setelah tertimbun reruntuhan bangunan rumah mereka yang tertimpa batu besar.