Cuaca buruk, Lion Air rute Tanjung Pinang terpaksa mendarat di Batam
Setelah berputar-putar di atas Tanjung Pinang, akhirnya pilot memutuskan mendaratkan pesawat di Batam.
Pesawat Lion Air JT-620 dari Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng tujuan Tanjung Pinang terpaksa mendarat di Bandara Hang Nadim Batam karena jarak pandang bandar tujuan terbatas.
"Ya, tadi Bandara Raja Ali Fisabilillah Tanjung Pinang sempat tutup karena jarak pandang sekitar pukul 10.00 WIB di bawah satu kilometer. Akhirnya pesawat Lion Air mendarat di Batam," kata Kepala Bagian Umum Bandara Internasional Hang Nadim Batam, Suwarso di Batam, Jumat (15/7).
-
Bagaimana cara Lion Air merawat pesawatnya? Corporate Communications Strategic of Lion Air Group, Danang Mandala Prihantoro mengungkapkan, Batam Aero Technic (BAT) menjalankan proses MRO secara transparansi dan kepatuhan terhadap standar internasional. Setiap pesawat diperlakukan (penanganan) penuh perhatian dan ketelitian, mengikuti regulasi yang ketat industri penerbangan.
-
Kenapa pesawat Lion Air masuk bengkel? Pesawat memasuki bengkel atau hanggar untuk menjalani proses Maintenance, Repair, and Overhaul (MRO) karena alasan krusial yang berkaitan dengan keamanan, kinerja, dan keandalan pesawat.
-
Apa saja jenis perawatan yang dilakukan pada pesawat Lion Air? Berbagai jenis pemeriksaan perawatan dan perbaikan pesawat terbang yang dilakukan di bengkel atau di bandar udara (line maintenance) Pemeriksaan harian yang dilakukan sebelum dan sesudah pesawat terbang beroperasi, seperti sebelum keberangkatan (preflight check/ inspection), transit check dan daily inspection.
-
Kapan pesawat Lion Air masuk bengkel untuk perawatan? Jadwal ini mencakup interval waktu, jam terbang, atau jumlah pergerakan (lepas landas dan mendarat) yang harus dipenuhi oleh pesawat udara sebelum masuk bengkel.
-
Kenapa AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata? AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata pada 28 Desember 2014 karena penyebab utamanya adalah kesalahan dalam manajemen penerbangan.
-
Kapan AirAsia QZ8501 jatuh? Pada 28 Desember 2014, pesawat AirAsia QZ8501 lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Singapura.
Pesawat mengangkut 194 orang penumpang ini seharusnya mendarat di Tanjung Pinang pukul 10.00 WIB. Namun saat hendak mendarat kondisi di bandara tujuan tidak memungkinkan.
"Setelah berputar-putar di atas Tanjung Pinang, akhirnya pilot memutuskan mendaratkan pesawat di Batam sambil menunggu cuaca membaik. Pesawat mendarat pukul 10.50 WIB.
Setelah beberapa lama menunggu, pesawat akhirnya diterbangkan kembali sekitar pukul 12.00 WIB dari Batam menuju Bandara Raja Ali Fisabilillah Tanjung Pinang bersama seluruh penumpang.
"Pada saat mendapat informasi jarak pandang sudah membaik pesawat diizinkan terbang kembali. Selama menunggu, seluruh penumpang tetap berada di dalam pesawat," terang Suwarno seperti dikutip Antara.
Dalam beberapa hari terakhir wilayah Kepri selalu diselimuti cuaca buruk disertai hujan dan angin kencang yang mengakibatkan jarak pandang terbatas.
Sebelumnya, pada 11 Juli 2016, pesawat Lion Air Jakarta-Tanjung Pinang juga sempat mendarat di Batam karena jarak pandang di Tanjung pinang hanya 200 meter saat terjadi hujan lebat.
Dan pada 13 Juli 2016, tiga penerbangan tujuan Bandara Internasional Hang Nadim Batam, tidak bisa mendarat karena cuaca di Hang Nadim diguyur hujan lebat.
Garuda Indonesia mendarat di Tanjung Pinang, sementara Lion Air dan Batik Air mendarat di Pekanbaru.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Hang Nadim Batam melalui laman resminya memperkirakan hujan masih akan terjadi pada seluruh wilayah Kepri.
Hal tersebut dipengaruhi terjadinya tekanan rendah (low pressure area) di sekitar Laut China Selatan, mengakibatkan terbentuknya daerah belokan angin (shearline) di sekitar wilayah Kepulauan Riau, yang berpotensi memupuk banyak masa udara.
(mdk/cob)