Dalam Tiga Bulan, DBD di Sumsel Capai 1.542 Kasus
Kasus terbanyak terjadi di Kabupaten Muara Enim (157 kasus), Musi Banyuasin (151 kasus), Banyuasin (147 kasus), Kota Lubuklinggau (102 kasus), Lahat (92 kasus), dan Ogan Komering Ulu Timur (79 kasus).
Demam Berdarah Dengue di Provinsi Sumatera Selatan mencapai 1.542 kasus dan tiga di antaranya. Jumlah tersebut periode Januari-Maret 2020 .
Kasi Pengendalian Penyakit Menular (P2M) Dinas Kesehatan Sumsel, Muyono, mengatakan sudah tembus lebih dari 1.500 kasus, penambahan pasien setiap bulan menunjukkan tren penurunan.
-
Apa yang dimaksud dengan DBD? Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi penyakit yang sering disalahpahami oleh masyarakat. Banyak yang beranggapan bahwa seseorang yang pernah terkena DBD tidak akan terinfeksi lagi karena sudah kebal terhadap virus dengue.
-
Kapan kasus DBD biasanya meningkat? Tren peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) selalu terjadi di musim hujan, dan penyakit ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat Indonesia.
-
Di mana DBD menjadi masalah utama? Penyakit ini menjadi salah satu masalah kesehatan utama di berbagai negara tropis dan subtropis, terutama di Asia Tenggara, Amerika Selatan, dan Afrika.
-
Kapan gejala DBD muncul? Setelah terinfeksi, seseorang dapat mengalami gejala DBD dalam beberapa hari.
-
Bagaimana cara DBD ditularkan? Penyakit ini menjadi salah satu masalah kesehatan utama di berbagai negara tropis dan subtropis, terutama di Asia Tenggara, Amerika Selatan, dan Afrika.
-
Apa saja gejala DBD pada anak? Gejala penyakit DBD atau demam berdarah dengue pada anak antara lain adalah sebagai berikut: Demam tinggi. Anak akan mengalami demam tinggi hingga mencapai 40°C selama 2-7 hari. Demam ini bisa memiliki pola pelana kuda, yaitu demam naik turun dengan fase kritis di saat suhu menurun.
"Pada Januari ada 623 kasus, Februari 554 kasus, Maret 365 kasus. Jadi setiap bulan terus menurun," ujar Muyono. Demikian dikutip dari Antara, Rabu (8/4).
Kasus DBD yang mencapai 1.542 pada Januari - Maret 2020 juga tercatat menurun jika dibandingkan periode yang sama pada 2019 dengan 1.683 kasus.
Sementara kasus DBD sejak 1 Januari - 6 April 2020 mencapai 1.561 kasus. Kasus paling banyak berada di Kota Palembang dengan 316 kasus dan Prabumulih 207 kasus.
Kasus terbanyak terjadi di Kabupaten Muara Enim (157 kasus), Musi Banyuasin (151 kasus), Banyuasin (147 kasus), Kota Lubuklinggau (102 kasus), Lahat (92 kasus), dan Ogan Komering Ulu Timur (79 kasus).
Kemudian Ogan Ilir (68 kasus), Ogan Komering Ilir (65), Pagaralam (42), Musi Rawas (37 kasus), Penukal Abab Lematang Ilir (37 kasus), Muratara (24 kasus), Ogan Komering Ulu Selatan (21 kasus), Ogan Komering Ulu (4 kasus) dan Empat Lawang (4 kasus).
Sementara tiga kasus meninggal berasal dari Kabupaten Banyuasin, Muratara dan Musi Rawas. Ketiganya adalah anak-anak, karena mereka terlambat dibawa ke rumah sakit.
"Kami berharap kasusnya terus turun, karena di Sumsel puncak DBD biasanya bulan Januari, sehingga kami tetap waspada," tambah Muyono.
Ia menegaskan bahwa penanganan terhadap kasus DBD tetap maksimal, meski seluruh unit pelayanan kesehatan di Sumsel sedang sibuk menangani wabah COVID-19.
Selain itu, upaya-upaya pencegahan masih terus disosialisasikan kepada masyarakat terkait Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta langkah 3 M (menguras, mengubur dan menutup).
Baca juga:
Pemerintah Minta Masyarakat Antisipasi Demam Berdarah Selain Corona
Bocah Positif Corona Meninggal Karena Syok DSS, Ini Penjelasan IDI
Kisah Bocah Kelas 4 SD Meninggal Usai Terinfeksi Covid-19 dan DBD
Bocah 11 Tahun Asal Pamekasan Meninggal karena Corona juga Memiliki Penyakit DBD
Kasus Pertama di RI, Anak 11 Tahun Meninggal Komplikasi Covid-19 dan DBD
Di Tengah Wabah Corona, 254 Jiwa Meninggal Karena DBD