Dedi Mulyadi Duga Ada Pengepul Benur di Tasikmalaya, Mengekspor Tanpa Bayar Pajak
September sampai Desember, dijelaskan Dedi, biasanya nelayan mulai memanen bayi lobster. Dalam kondisi cuaca yang bagus, nelayan biasanya bisa mendapatkan 1000 ekor bayi lobster permalam. Namun karena kondisi cuaca saat ini yang sering hujan, menjadikan para nelayan kesulitan mencari bayi lobster.
Para nelayan di Kabupaten Tasikmalaya sekarang sedang mengalami kerugian yang cukup besar. Hal tersebut dikarenakan terjadinya penurunan harga bayi lobster atau benur yang diduga akibat ulah oknum pengepul yang mengekspor tanpa membayar pajak.
Biasanya, para nelayan bisa menjual benur hasil tangkapannya mulai dari Rp 8.000 sampai Rp 12.000 per ekor. Namun kini, karena ulah oknum tersebut harga benur menjadi Rp 3.000 per ekornya.
-
Lobster Biru apa yang ditemukan oleh nelayan ini? Dalam pengakuannya, Haass memperkirakan bahwa lobster tersebut berusia sekitar 10 tahun. Ia juga mengatakan, "Ini penemuan yang langka. Saya pasti ingin melepaskannya kembali ke laut, dan Anda dapat melihat di salah satu video yang ditangkap oleh nelayan lain sebelumnya dan mencetak ekornya dua kali, jadi dia tidak bisa disimpan.”
-
Bagaimana nelayan ini menunjukkan kepedulian terhadap lobster biru yang langka? Dalam pengakuannya, Haass memperkirakan bahwa lobster tersebut berusia sekitar 10 tahun. Ia juga mengatakan, "Ini penemuan yang langka. Saya pasti ingin melepaskannya kembali ke laut, dan Anda dapat melihat di salah satu video yang ditangkap oleh nelayan lain sebelumnya dan mencetak ekornya dua kali, jadi dia tidak bisa disimpan.”
-
Bagaimana cara membuat lobster pedas gurih? Cuci lobster sampai bersih, belah bagian ekor ke arah punggung. Setelah itu tumis bumbu halus sampai harum. Tuangkan santan encer, aduk sampai merata. Masukkan daun salam, lengkuas, serta lobster, tunggu sampai bumbu meresap. Angkat lobsternya saja dan biarkan sisa bumbu di wajan. Kemudian bakar lobster di atas bara sambil terus diolesi bumbu yang tersisa tadi sampai kering. Angkat dan sajikan.
-
Mengapa lobster biru yang ditemukan ini dianggap langka? Menurut FTC, lobster biru terjadi hanya satu dari setiap 2 juta lobster. Mereka menekankan bahwa kemungkinan lobster biru ditangkap, dikirim, diselamatkan, dan tidak dinikmati sangat sulit, hampir tidak mungkin.
-
Kenapa Heru memilih budi daya lobster air tawar? Alasan Menurut Heru, pemeliharaan lobster lebih mudah dan sederhana. Selain itu, cuan yang dihasilkan lebih banyak.
-
Dimana habitat lobster biru yang ditemukan oleh nelayan ini? Lobster hidup di mana? Habitat udang karang (lobster) pada umumnya adalah di perairan pantai yang banyak terdapat bebatuan /terumbu karang. Terumbu karang ini di samping sebagai barrier (pelindung) dari ombak, juga sebagai tempat bersembunyi dari predator, serta sebagai daerah pencari makan (Verianta, 2016).
"Selama ini kelompok nelayan menangkap bayi lobster dilakukan secara legal sesuai Permen Kelautan dan Perikanan Nomor 12 Tahun 2020. Tapi, turunnya harga akibat ulah oknum pengepul mengelabui pihak bea membuat nelayan rugi besar. Jadinya, antara biaya operasional dengan hasil penjualan tidak sesuai," kata Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Tasikmalaya, Dedi Mulyadi, Selasa (29/9).
September sampai Desember, dijelaskan Dedi, biasanya nelayan mulai memanen bayi lobster. Dalam kondisi cuaca yang bagus, nelayan biasanya bisa mendapatkan 1000 ekor bayi lobster permalam. Namun karena kondisi cuaca saat ini yang sering hujan, menjadikan para nelayan kesulitan mencari bayi lobster.
Kondisi itu kemudian menjadikan para nelayan khawatir karena kini penghasilan mereka kian sedikit.
"Paling banyak sekarang nelayan bisa menghasilkan 100 ekor saja. Jadinya ada kekhawatiran para nelayan tidak bisa memenuhi kebutuhan keluarganya. Padahal musim panen bayi lobster ini menjadi salah satu andalan untuk memenuhi kebutuhan nelayan," jelasnya.
Atas hal tersebut, Dedi berharap agar pemerintah bisa mengatur harga penjualan bayi lobster agar pengepul nakal tidak lagi seenaknya membeli dengan harga yang tidak mempertimbangkan biaya operasional melaut.
"Jika tak ada standar harga resmi, para pengepul itu akan seenaknya saja menentukan harga murah. Yang rugi ya nelayan," kata dia.
Dari informasi yang diterimanya, pengepul nakal itu diketahui menjual bayi lobster ke pihak perusahaan untuk kemudian diekspor ke Vietnam dan Filipina.
Sementara itu, Kepala Bidang Pertanian, Pangan, dan Perikanan pada Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Tasikmalaya, Rita Setiawati menyebut bahwa selama dua pekan terakhir para nelayan di pantai selatan Tasikmalaya tak lagi semangat menangkap bayi lobster karena harganya yang murah. Para nelayan pun sempat mempertanyakan kepada pihaknya akan kepastian regulasi harga jual benur yang menguntungkan nelayan.
Selama ini, Rita mengatakan bahwa para nelayan memang berhubungan langsung dengan pengepul dan pengusaha saat hendak menjual benur hasil tangkapannya. "Jika ada regulasinya dari pemerintah tentunya akan sangat membela kesejahteraan para nelayan," sebutnya.
(mdk/fik)