Demokrat tantang Antasari sebut pihak yang diperintah SBY
Demokrat mendesak Antasari membuka pihak yang disebutnya diperintah SBY untuk melakukan kriminalisasi. Demokrat meminta Antasari tidak memfitnah. SBY diyakini tidak pernah melakukan intervensi atas proses hukum Antasari.
Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Syarief Hasan menantang mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Antasari Azhar untuk membuktikan keterlibatan Presiden ke-6 RI yang juga Ketum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam kasus pembunuhan bos Rajawali Banjaran, Nasrudin Zulkarnain.
Syarief mendesak Antasari membuka pihak yang disebutnya diperintah SBY untuk melakukan kriminalisasi. "Siapa orangnya, kapan tanggal berapa, bawa adukan ke Bareskrim gitu saja," kata Syarief di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (14/2).
-
Apa yang dilakukan Aira Yudhoyono bersama kakeknya, Susilo Bambang Yudhoyono? Mereka menikmati waktu bersama dengan penuh keasyikan, saling memperhatikan berbagai hal di sekitar mereka!
-
Kapan Partai Demokrat dideklarasikan? Selanjutnya pada tanggal 17 Oktober 2002 di Jakarta Hilton Convention Center (JHCC), Partai Demokrat dideklarasikan.
-
Mengapa Susi Pudjiastuti bertemu dengan Prabowo dan Anies Baswedan? Meski capres telah diumumkan, hingga kini bakal cawapres belum terlihat hilalnya. Justru Susi Pudjiastuti mencuri perhatian publik setelah bertemu dengan dua tokoh besar Prabowo dan Anies Baswedan.
-
Apa yang diusulkan oleh Partai Demokrat terkait penunjukan Gubernur Jakarta? Hal senada juga disampaikan Anggota Baleg Fraksi Demokrat Herman Khaeron. Dia mengatakan, pihaknya tetap mengusulkan agar Gubernur Jakarta dipilih secara langsung. "Kami berpandangan tetap, Pilgub DKI dipilih secara langsung. Bahkan wali kota juga sebaiknya dipilih langsung," kata Herman Khaeron.
-
Siapa saja yang hadir di acara Biyan bersama Annisa Yudhoyono? Annisa dan Aira berfoto bersama Dian Sastrowardoyo, yang kebetulan juga membawa putranya, Ishana.
-
Siapa yang diusung oleh partai-partai pendukung Prabowo-Gibran? Dua nama yang santer bakal meramaikan Pilkada Jakarta adalah dua mantan Gubernur Ibu Kota dan Jawa Barat yakni Anies Baswedan dan Ridwan Kamil. Anies sebagai calon inkumben tampaknya bakal diusung oleh partai-partai pendukungnya di Pilpres 2024. Begitu juga dengan Ridwan Kamil yang didukung barisan partai pendukung Prabowo-Gibran.
Tidak hanya itu, Syarif juga menantang Antasari membuktikan tuduhannya yang menyebut SBY mengutus Hari Tanoesoedibjo agar tak menahan Aulia Pohan atas kasus penarikan dana Rp 100 miliar dari Yayasan Pengembangan Perbankan Indonesia. Aulia Pohan diketahui merupakan besan dari SBY.
Syarief meminta Antasari tidak memfitnah. "Dibuka saja, jangan samar-samar tidak bagus kan menimbulkan fitnah. Fitnah itu lebih kejam dari perbuatan lho? Jadi kalau lebih bagus ungkapkan saja semuanya, jangan memberikan fakta saja. Buka-bukaan saja," imbuh Syarief.
Syarief memastikan SBY tidak pernah melakukan intervensi atas proses hukum Antasari. Dia meyakinkan bahwa SBY memiliki komitmen mengawal penegakan hukum yang profesional tanpa campur tangan pemerintah.
"Saya kan, kita kan sudah tahu semua, bahwa Pak SBY tidak pernah campur tangan soal penegakan hukum, tidak pernah. Komitmen beliau dalam sehari-hari tidak pernah intervensi apalagi pengarahan apalagi kayak gitu," tegasnya.
Sebelumnya, Antasari terus berjuang mencari keadilan. Setelah mendapat grasi pemotongan hukuman 6 tahun dari Presiden Joko Widodo, Antasari meminta polisi menyelidiki laporannya soal SMS misterius ke Nasrudin.
Hari ini Antasari mendatangi Bareskrim Polri di Gedung Sementara KKP, Gambir, Jakarta Pusat. Dia pun mendadak membongkar cerita yang sebelumnya tak pernah dibeberkan. Satu nama mantan petinggi di negeri ini disebut.
"Sejak kecil saya diajari kejujuran oleh orangtua saya. Untuk itulah saya minta kepada Susilo Bambang Yudhoyono jujur. Beliau tahu perkara ini," kata Antasari di Bareskrim, Mabes Polri, Jakarta, Selasa (14/2).
"Kalau beliau jujur dia harus cerita apa yang beliau alami dan apa yang beliau perbuat. Beliau perintahkan siapa," tambahnya.
Menurut Antasari, SBY terbuka ke publik menceritakan siapa-siapa saja orang yang diperintah untuk melakukan sesuatu. "Beliau (SBY) cerita. Saya mohon kepada beliau dan apa yang beliau perintahkan, kepada siapa, siapa melakukan apa, nah siapa perintahkan siapa ini. Saya minta SBY jujur terbuka," ungkapnya.
Tidak hanya itu, Antasari juga menuding peran SBY dalam kasus korupsi yang melibatkan Aulia Pohan. Antasari menceritakan, pada bulan Mei 2007 rumahnya didatangi pengusaha bernama Hary Tanoesoedibjo tengah malam. HT datang ke rumahnya karena membawa pesan penting dari Cikeas.
"Ada orang malam-malam ke rumah saya. Orang itu, orang itu Hary Tanoesoedibjo. Dia diutus Cikeas, siapa orang cikeas? Dia diminta untuk bilang ke saya tak menahan Aulia Pohan," beber Antasari di Bareskrim Polri, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (14/2).
Saat itu, Antasari masih menjabat sebagai ketua KPK. Kebetulan, saat itu KPK baru saja menetapkan Aulia Pohan sebagai tersangka kasus penarikan dana Rp 100 miliar dari Yayasan Pengembangan Perbankan Indonesia.
"Dia (HT) bilang 'Saya datang membawa misi menemui bapak," kata Antasari menirukan ucapan Harry Tanoe saat itu.
"Saya bilang saya enggak bisa karena ada aturannya di KPK, statusnya sudah tersangka jadi harus ditahan," ujar Antasari
"Tolonglah Pak," kata Antasari menirukan ucapan Hary Tanoe.
"Saya bilang saya memilih profesi hukum risiko, apapun saya terima setelah setelah saya ngomong hari ini," ujar Antasari.
Kata dia kehadiran HT tersebut ke rumahnya tersebut merupakan bentuk intervensi dari Pemerintah.
"Untuk apa dia menyuruh HT datang ke rumah saya malam malam sebagai ketua KPK. Nah apakah masih bisa kita sebutkan SBY tak intervensi perkara? Ini bukti untuk tidak menangani, menahan Aulia Pohan? Tapi saya ndak bisa terus katakan kepada petinggi penegak hukum katanya Antasari liar, tak bisa dikendalikan lagi. Diproses inilah yang terjadi," tegas Antasari.
(mdk/noe)