Denny JA Terima Penghargaan, Ungkap Cerita Terkait Survei Pilpres
Denny JA menegaskan pentingnya data untuk menyusun strategi.
Denny JA Terima Penghargaan, Ungkap Cerita Terkait Survei Pilpres
Pendiri lembaga survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA meraih penghargaan The Legend Award dari Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (Leprid), karena keberhasilan memprediksi secara jitu lima Pilpres berturut-turut.
- Rahasia di Balik Nama Panggung Denny Caknan, Asal Usul dan Keberuntungan yang Dibawa
- Analisis Denny Indrayana Potensi MK Diskualifikasi Gibran, Ini Tanggapan TKN
- Survei Terbaru LSI Denny JA: Prabowo-Gibran 53,5%, Anies-Cak Imin 21,7%, Ganjar-Mahfud 19,2%
- Survei LSI Denny JA Ungkap Prabowo-Gibran Hanya Butuh 4% untuk Menang Pilpres 1 Putaran
"Ini bukan hanya kemenangan LSI Denny JA, ini kemenangan gagasan yang lebih besar. Yaitu kemenangan strategi politik berbasis data. Kemenangan kampanye berbasis riset. Dan kemenangan politik praktis yang dikawinkan dengan ilmu pengetahuan," kata Denny, Jakarta, Senin (19/2).
Menurut Denny, dia hanya mungkin mampu melakukan hal yang luar biasa yakni ikut memenangkan calon presiden lima kali berturut-turut (2004, 2009, 2014, 2019, 2024) karena data yang akurat.
Data hasil dari survei opini publik yang benar secara ilmiah membantunya menyusun strategi yang efektif dan akurat, memenangkan hati dan pikiran masyarakat.
Denny JA memberikan contoh pentingnya data untuk menyusun strategi. Jika ibaratkan pemilu presiden itu sebuah film layar lebar, ujar Denny, ada satu episode penting di sana yaitu masuknya Gibran Rakabuming Raka sebagai Cawapres Prabowo.
Di bulan Agustus 2023, lanjut Denny, jauh hari sebelum putusan MK yang akhirnya membolehkan Gibran menjadi Cawapres, LSI Denny JA sudah mengumumkan hasil survei.
Hasilnya Prabowo yang dipasangkan dengan Gibran dapat menang, mengalahkan pasangan manapun. Ada tiga kantong besar suara yang potensial dibawa Gibran.
Pertama, Pemilih yang puas pada kinerja Jokowi, banyaknya 80 persen populasi. Kedua, Pemilih milenial ke bawah sebesar 50 persen. Dan pemilih Jawa Tengah sebesar 14 persen.
Walau pemilih Jateng lebih kecil, tapi wilayah tersebut strategis karena membelah suara Ganjar di sana.
"Data ini yang saya bawa ke Prabowo dan ke Jokowi. Saya yakinkan bahwa Gibran potensial membawa kemenangan jika dipasangkan dengan Prabowo," bebernya.
Masalahnya, lanjut Denny, saat itu UU Pemilu melarang Cawapres di bawah usia 40 tahun. Tetapi, terangnya, UU bisa di-review karena batas usia itu tidak ada di konstitusi.
Sambung Denny, kritik dan hujatan pun mengalir termasuk dari kubu lawan paslon. Yang terjadi, tuturnya, elektabilitas lawan justru merosot. Elektabilitas prabowo-Gibran justru menjulang.
Setelah Gibran masuk menjadi Cawapres secara resmi, peta elektabilitas berubah drastis. Prabowo-Gibran melonjak ke atas 40 persen.
"Ini hanyalah contoh pentingnya politik yang dikawinkan dengan data. Menjadi presiden di hari ini, jika ingin menang Pemilu memang harus beradaptasi," ucap Denny.
Denny mengakui, peran lembaga surveinya lebih di belakang, dan untuk isu strategis. LSI Denny JA divisi konsultan juga memang memainkan billboard, dan door to door di berbagai wilayah, serta kampanye medsos.
"Tapi saya perlu berikan disclaimer. Yang paling menentukan kemenangan adalah trio tunggal ini: Prabowo, Gibran dan Jokowi effect. Kemudian tim kampanye di bawah Pak Rosan. Dan tim khusus di bawah Pak Bahlil," pungkasnya.