Depan polisi Australia, BNPT cerita pertemuan korban dengan eks napiter
Kepala Kepolisan Federal Australia (Australian Federal Police/AFP Commissioner), Adrew Colvin bertemu dengan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Suhardi Alius. Adrew terkesan dengan cara badan ini melakukan program penanggulangan terorisme.
Kepala Kepolisan Federal Australia (Australian Federal Police/AFP Commissioner), Adrew Colvin bertemu dengan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Suhardi Alius. Adrew terkesan dengan cara badan ini melakukan program penanggulangan terorisme.
"Kepala Polisi Federal Australia menanyakan kepada kita bagaimana masalah penanggulangan terorisme yang dilaksanakan oleh BNPT sejauh ini? Kita jelaskan bahwa kita mengkombinasikan antara hard approach (pendekatan keras melalui penegakan hukum) dan soft approach (pendekatan lunak)," ujar Suhardi dalam keterangannya, Selasa (6/3).
-
Bagaimana cara BNPT membantu para penyintas terorisme agar tetap berdaya? Selain itu, BNPT juga sering mengadakan agenda gathering yang ditujukan untuk menumbuhkan semangat hidup dan mengembalikan kepercayaan diri bagi para korban terorisme agar tetap berdaya.
-
Bagaimana cara mencegah tindakan terorisme? Cara mencegah terorisme yang pertama adalah memperkenalkan ilmu pengetahuan dengan baik dan benar. Pengetahuan tentang ilmu yang baik dan benar ini harus ditekankan kepada siapa saja, terutama generasi muda.
-
Bagaimana peran Ditjen Polpum Kemendagri dalam menangani radikalisme dan terorisme? Ketua Tim Kerjasama Intelijen Timotius dalam laporannya mengatakan, Ditjen Polpum terus berperan aktif mendukung upaya penanganan radikalisme dan terorisme. Hal ini dilakukan sejalan dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 7 Tahun 2021 tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme Tahun 2020-2024.
-
Siapa yang berkomitmen untuk memperhatikan para penyintas terorisme? Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) komitmen perhatikan para penyintas.
-
Dimana BNPT menemukan landasan hukum untuk memberikan kompensasi kepada korban terorisme? Ibnu menjelaskan, landasan pemerintah melakukan pembayaran kompensasi atau ganti rugi tertuang dalam PP No. 35 Tahun 2020 tentang pemberian kompensasi, restitusi, dan bantuan kepada saksi dan korban.
-
Bagaimana caranya untuk memperkuat ideologi bangsa agar terhindar dari infiltrasi ideologi yang mengarah pada aksi terorisme? “Semua sila-silanya harus masuk ke hati. Namun, selama ini yang dirasa Pancasila hanya sekadar pengetahuan kognitif, belum menjadi belief system ke hati yang paling dalam, maka tanamkan itu dan insyaallah nilai-nilai yang tidak sesuai di hati akan terhindar dengan sendirinya,” ucapnya.
Kepada Adrew Colvin, Suhardi menyampaikan bahwa penggunaan pola hard approach tidaklah menyelesaikan masalah. Oleh karena itu dirinya lebih memaparkan bagaimana BNPT selama ini selalu menggunakan pola soft approach.
"Saya katakan bahwa yang kita utamakan selama ini adalah masalah soft approach, bagaimana menyentuh akar masalah yang selama ini menjadi masing-masing variabel penyebab terorisme itu dengan baik," ujar mantan Sekretaris Utama Lembaga Ketahanan Nasional (Sestama Lemhanas).
Untuk lebih meyakinkan terhadap delegasi AFP, dalam pertemuan tersebut mantan Kabareskrim Polri ini memutarkan film mengenai upaya BNPT selama ini yang telah membuat boarding school di Sei Mencirim, Deli Serdang, Sumatera Utara dan di Desa Tenggulun, Lamongan, Jawa Timur. Di mana di dua lokasi tersebut dibangun pesantren untuk menampung anak-anak dari mantan napi teroris atau kombatan agar mereka tidak mengikuti jejak orangtuanya yang salah dimasa lalu.
"Bagi pihak Australia (AFP) untuk yang di Desa Tenggulun ini sangat spesial sekali di mata mereka. Karena disitulah tempat 1,2 ton bom Bali dibuat kemudian dikirim ke Bali untuk diledakkan. Jadi itu sangat berkesan bagi AFP," ujar mantan Kapolda Jawa Barat ini.
Lebih mendalam Kepada AFP, alumni Akpol tahun 1985 ini menjelaskan bahwa di Desa Tenggulun tersebut ada sebanyak 38 mantan narapidana kasus terorisme dan kurang lebih ada 100 orang anak-anaknya itu yang selama ini mungkin dimarjinalkan.
"Dan sekarang tempat tersebut sudah berubah dari desa teroris menjadi desa yang damai sehingga menjadi desa yang dapat menyampaikan pesan damai anti-radikal di situ. Nah itu rupanya itu sesuatu yang sangat luar biasa bagi pihak AFP," ujarnya
Dengan penjelasan dirinya panjang lebar yang telah disampaikannya itu, menurut Suhardi, bahwa pihak AFP pun menyadari bahwa pola hard approach itu tidak menyelesaikan masalah. Delegasi AFP pun juga menyimak dengan baik mengenai langkah-langkah lain yang dilakukan BNPT seperti bagaimana mengurus eks napi teroris yang sudah sadar, anak-anaknya, bahkan sudah mengembang kepada korban-korban dari aksi terorisme.
"Kita sampaikan pula bahwa minggu lalu kita pertemukan antara korban dengan mantan napi teroris (napiter) yang sudah sadar. Di mana mereka saling memaafkan. Kepala polisi Australia juga terkesan sekali ketika kita menggunakan mantan napi teroris untuk menjadi narasumber untuk memberikan penyadaran kepada rekan-rekannya yang belum sadar. Dan ini menjadi suasana yang baru bagi AFP dan akan dipelajari betul masalah soft approach ini," jelasnya.
Dengan melihat penjelasan dari Suhardi tersebut maka Adrew Colvin pun meminta saat acara The ASEAN-Australian Counter Terrorism Conference bisa diputarkan film tersebut kepada seluruh peserta konferensi. Acara itu merupakan bagian dari ASEAN-Australian Special Summit yang akan digelar di Sidney, Australia pada 17-18 Maret 2018.
"Bahkan Kepala AFP akan mengatakan kepada penyelenggara konferensi itu nanti di Sidney agar bisa memberikan porsi waktu yang agak panjang kepada saya untuk bisa mempresentasikan semuanya kepada para peserta konferensi," ujar mantan Kadiv Humas Polri ini.
Tak ketinggalan Suhardi juga menjelaskan kalau pihaknya juga merekrut blogger dan netizen muda yang tergabung dalam duta damai bagi BNPT di dunia maya untuk menyebarkan paham-paham antiradikal.
"Tentunya ini sesuatu yang sangat baru bagi mereka dan bisa menjadi contoh. Mudah mudahan bisa menjadi contoh bagi mereka semuanya," kata mantan Wakapolda Metro Jaya ini.
Suhardi juga sempat disinggung soal kerjasama dengan pihak AFP salah satunya capacity building atau pembinaan kemampuan yang selama ini sudah aktif yakni Jakarta Center For Law Enforcement Cooperation (JCLEC).
"Pusat Pelatihan Investigasi Polri bertaraf Internasional atau JCLEC, dalam rangka peningkatan capacity buliding baik bagi anggota kita selama ini sudah berjalan. Selain itu kita juga akan melakukan sharing informasi dengan pihak Australia secara proposional," tandasnya.
Dalam pertemuan tersebut Suhardi didampingi Deputi II bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan, Brigjen Budiono Sandi, Direktur Pencegahan, Brigjen Hamli, Direktur Bilateral, Kombes Kris Erlangga Aji Wijaya, Direktur Kerjasama Regional dan Multilateral, Andhika Chrisnayudhanto, Kasubdit Kerjasama Asia, Pacifik dan Afrika, Kolonel Sus. Fanfan Infansyah dan Kasubdit Kerjasama Asia Eropa, Wandi Adrianto Syamsu.
Baca juga:
Membimbing eks teroris kembali cinta NKRI
Dicap pengkhianat setelah hijrah
Menerima tobat mantan teroris
Agar para mantan teroris setia pada NKRI
Menristek sebut 23,4 persen mahasiswa siap jihad tegakkan khilafah
Korban bom JW Marriott: Tuhan saja maha pemaaf, saya juga harus maafkan