Deretan kasus kenakalan bocah SMK yang aniaya gurunya
Ada salah satu murid menganiaya gurunya lantaran tak terima ditegur.
Seorang guru wajib untuk dihormati selayaknya orang tua oleh muridnya. Sebab, mereka adalah orang yang mendidik dan mengajarkan segala hal di sekolah.
Namun, akhir-akhir ini banyak kasus murid menganiaya gurunya. Seperti yang dilakukan siswa SMK di Makassar yang menghajar gurunya hingga babak belur. Siswa tersebut menganiaya gurunya karena tak terima ditegur.
Padahal teguran tersebut bertujuan baik. Selain di Makassar ada beberapa kasus serupa. Berikut deretan kasus bocah SMK yang aniaya gurunya.
-
Apa yang dilakukan siswa kepada guru? Seorang siswa Madrasah Aliyah (MA) YASUA, Desa Pilangwetan, RT 02 RW 03, Kecamatan Kebonagung, tega membacok gurunya sendiri.
-
Bagaimana siswa membacok guru? Peristiwa itu terjadi pada Senin (25/9) pukul 09.30 WIB. Saat itu sang guru sedang mengawasi PTS (Penilaian tengah semester). Akibat insiden itu, guru mengalami luka serius dan mendapat perawatan di RS Wongsonegoro, Semarang.
-
Di mana kejadian lucu dalam cerita tentang guru yang mengabsen murid? Cerita Lucu soal Anak Pintar Cerita Lucu soal Keceplosan Guru mengabsen murid di sekolah.
-
Apa perbuatan bejat yang dilakukan guru tersebut? Perbuatan pelecehan itu dilakukan pelaku pada saat jam pelajaran di lingkungan sekolah. Dia mengimingi-imingi korban dengan uang"Korban dicabuli pada saat jam pelajaran dengan diiming-iming uang. Aksi itu ada yang dilakukan pelaku di pustaka, dan ada juga di kelas. Kejadian sudah berulang-ulang," jelasnya.
-
Apa bentuk kekerasan yang terjadi di satuan pendidikan? KPAI menilai segala bentuk kekerasan anak pada satuan pendidikan mengakibatkan kesakitan fisik/psikis, trauma berkepanjangan, hingga kematian. Bahkan lebih ekstrem, anak memilih mengakhiri hidupnya.
-
Siapa yang diduga melakukan pelecehan di sekolah? Korban diduga telah melakukan pelecehan terhadap para siswi di sekolah.
Tak terima ditegur, murid SMK dan orang tuanya keroyok guru
Dasrul (52), guru mata pelajaran gambar teknik SMKN 2 di Kelurahan Manuruki, Kecamatan Tamalate, Makassar, melaporkan muridnya MAS (15) dan ayahnya Adnan Achmad (43) ke polisi, Rabu (10/8). Anak dan ayah tersebut dilaporkan atas tuduhan penganiayaan dan pengeroyokan.
Dasrul mengatakan, pengeroyokan bermula ketika dia menegur MAS lantaran tidak membawa alat praktik gambar seperti yang ditugaskan kepada lainnya.
"Anak itu tidak terima saat ditegur. Kemudian dia keluar masuk ruangan kelas dan hendak ke kantin. Saya tegur lagi, anak ini melotot, keluarkan kata kotor dan menendang pintu. Saya refleks menampar. Anak itu keluar ruangan dan menelepon orangtuanya. Bukti anak ini sedikit nakal dari yang lain karena dia bawa ponsel padahal itu tidak diperkenankan di sekolah," ujar Dasrul, di Mapolsek Tamalate, Rabu (10/8).
Tak berapa lama kemudian, siswa kelas 2 jurusan arsitek tersebut datang bersama ayahnya. Saat itu Dasrul akan ke ruang kepala sekolah untuk mengurus sesuatu. Namun, tiba-tiba datang MAS dan berteriak. Ayah dan anak itu kemudian langsung meninju bagian wajah sang guru.
Sehingga bogem mentah dua kali melayang ke bagian hidung Dasrul membuat darah banyak keluar. Setelah mengeroyok, keduanya kabur setelah dihampiri oleh para murid lainnya.
Adnan mengaku spontan memukul Dasrul, tapi dia membantah jika anaknya ikut memukul.
"Saya spontan memukul. Siapa yang tidak kesal kalau anaknya dipukul," ucap Adnan.
Kapolsek Tamalate, Kompol Azis Yunus membenarkan kejadian ini. Kata dia, beruntung anggota Binmas berada tidak jauh dari sekolah sehingga tidak sempat terjadi aksi massa terhadap anak dan ayahnya itu oleh murid lainnya.
"Soal dua versi berbeda antara korban dan pelaku, kita lihat saja nanti proses hukumnya," kata Azis.
Kesal diminta sabar, siswa SMK di Solo menganiaya guru
Raditya Yoga Ditama (18), siswa kelas XII SMK Muhammadiyah 1 Solo, Jawa Tengah, dilaporkan ke Polsekta Serengan, Solo, oleh Muhammad Fathoni, yang juga gurunya sendiri, Jumat (6/12). Menurut pengakuan Fathoni, Raditya telah dengan sengaja menganiaya dirinya dengan menggunakan sebilah pisau kecil, Kamis kemarin. Akibat perbuatan tersebut lengan kanan Fathoni harus mendapatkan 36 jahitan.
Kepada wartawan guru olahraga tersebut mengaku terpaksa melaporkan siswanya itu. Sebab, Raditya tak menyesal apalagi meminta maaf atas perbuatan yang telah dilakukannya itu.
"Sepertinya tidak ada rasa penyesalan. Dari keluarganya juga tak ada upaya penyelesaian, atau permintaan maaf," ujar Fathoni.
Selain alasan tersebut, pihaknya juga bermaksud memberikan pelajaran kepada pelaku, serta kepada siswa lainnya. Warga Sumber, Banjarsari itu menilai Raditya sebagai siswa yang sangat bandel dan sering melecehkan guru kelas. Tak hanya dirinya, guru lainnya pun kerap dilecehkannya.
Saat dikonfirmasi wartawan, Kapolsekta Serengan, Kompol Edy Sulistyanto berjanji akan segera memproses laporan tersebut.
"Kita akan segera memprosesnya, meskipun mungkin nanti ujung-ujungnya ada perdamaian," katanya.
Raditya tega melakukan kekerasan, dengan menantang Fathoni berduel karena merasa kesal terhadap sikap gurunya itu saat di kelas. Usai pulang sekolah Raditya yang sudah siap dengan pisau cutter mengadang sang guru.
Di halaman sekolah yang ada di kampung Joyotakan tersebut, Raditya mengibaskan pisau hingga melukai lengan kanan korban. Beruntung beberapa guru lainnya melihat aksi Raditya, dan segera melerai.
Menurut keterangan guru lainnya, Ismadi, sebelum kejadian, di sekolahnya tengah berlangsung Ulangan Umum Akhir Semester (UAS). Sekitar pukul 09.30 WIB atau jam kedua ujian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
"Pak Fatoni sedang menjadi pengawas ruang di lantai III ruang 14. Raditya yang juga ikut ujian di situ, meminta Fathoni segera membagikan soal. Namun karena harus sesuai urutan tempat duduk, Fatoni meminta dia untuk bersabar. Namun Raditya justru tersinggung dan menantang berkelahi Pak Fathoni," paparnya.
Menurut ismadi, saat kejadian dirinya bersama guru dan Satpam sekolah sempat melerai dan merebut pisau dari Raditya. Namun dari beberapa sabetan hanya sekali yang mengenai Fathoni. Usai dilerai Raditya dengan cepat melarikan diri. Pihak sekolah pun segera membawa Fathoni yang mengalami luka robek di lengan kanan ke Rumah Sakit Islam Kustati untuk mendapatkan perawatan.
Dendam sering dimarahi, pelajar SMK di Tangerang bacok guru
AFP seorang pelajar SMK Yayasan Darussalam di Kecamatan Panongan, Kabupaten Tangerang nekat melakukan percobaan pembunuhan kepada dua gurunya. AFP berbuat demikian karena dendam sering dimarahi.
Peristiwa tersebut terjadi pada Rabu (7/10) sekitar pukul 00.45 WIB di Rumah Yayasan Darussalam, Jalan Samirun Kampung Bubulak RT 01 RW 03 Mekarbakti, Panongan, Kabupaten Tangerang.
"Korbannya, Sri Astuti (45) perempuan Guru/PNS. Dia mengalami dua luka bacokan golok pada kepala bagian samping kiri dan atas. Sedangkan korban kedua Muryanah (23), perempuan, guru Honorer di Yayasan Darussalam. Dia menderita luka lima bacokan golok pada bagian kepala belakang dan jari tangan kiri nyaris putus," jelas Kapolsek Panongan, AKP Kosasih kepada merdeka.com.
Menurut Kapolsek, awalnya diduga rumah yayasan tersebut telah dirampok. Namun, ketika petugas Polsek Panongan melakukan olah TKP, dari pengamatan dan analisa saat itu tidak sama sekali ditemukan petunjuk bahwa telah terjadi peristiwa perampokan.
"Di lokasi dalam keadaan normal tidak berantakan, tidak seperti layaknya suatu pencurian," terangnya.
Ada pun hasil jejak kaki, diduga pelaku masuk melalui pintu atas dengan memanjat pohon yang berhimpit dengan rumah, dan turun melalui tangga yang menuju ruang tamu.
Berdasarkan keterangan yang didapat, sebelumnya pelaku membuka kamar tidur korban Muryanah yang sedang dalam keadaan kosong. Lalu pelaku mengetuk pintu kamar korban Sri Astuti. Karena takut, maka korban Sri Astuti dan korban Muryanah diam saja di kamar. Namun dengan sekuat tenaga, pelaku mendobrak kamar.
"Setelah pintu kamar terbuka, pelaku tanpa basa basi terus membacok korban Muryanah secara membabi buta," terangnya.
Sri Astuti yang mencoba berusaha menolong anaknya itu, justru kena juga sabetan golok pelaku sebanyak dua kali dan mengenai kepala.
"Berdasarkan keterangan pelaku, dia kesal dendam sebab Muryanah acap kali memarahinya bila terlambat masuk dan tidak mengikuti pelajaran dengan baik," tuturnya.
Saat melakukan aksinya, AFP menggunakan penutup wajah untuk menghindari agar jangan sampai ada yang mengenalinya. Setelah menyerang guru dan ibunya, AFP langsung kabur menuju rumahnya.
Polisi membekuk tersangka di rumahnya. Dari lokasi kejadian, polisi mengamankan barang bukti sebilah golok dapur. Selama pemeriksaan oleh kepolisian, AFP didampingi personel Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polresta Tangerang lantaran usia AFP yang masih di bawah umur.
Akibat tindakan itu, pihak sekolah telah membuat keputusan akan mengeluarkan AFP dari sekolah.
Â
(mdk/cob)