Derita-derita PRT disiksa majikan, dipaksa mandi sampai disetrika
Meski berstatus pembantu, tidak sedikit para majikan menganggap mereka laiknya budak.
Kekerasan terhadap pembantu rumah tangga (PRT) masih santer terdengar di beberapa wilayah Indonesia. Meski berstatus pembantu, tidak sedikit para majikan menganggap mereka laiknya budak. Sehingga salah sedikit, PRT langsung dihukum pelbagai cara keji.
Baru-baru ini, seorang PRT bernama Maria Imelda (21), tengah mengalami penyiksaan dari majikannya. Siksaan diterima korban begitu keji. Dia dipaksa mandi 12 kali per hari. Peristiwa itu terjadi di Desa Sungai Selari, Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Penyiksaan itu dirasakan Maria pada Senin (25/4) malam lalu.
Perempuan asal Nusa Tenggara Timur itu bekerja kepada pasangan suami istri, Herman alias Tong Lee dan Wati alias Bian. Keduanya menyuruh korban untuk mandi karena alasan konyol. Mereka merasa rumahnya kotor atas kehadiran Maria. Sehingga keduanya meminta perempuan itu untuk selalu bersih.
"Saya dipaksa mandi bekali-kali oleh majikan perempuan, padahal saya sudah mandi. Dia takut rumahnya kotor, hanya karena tangan saya sewaktu membersihkan ruang tengah dalam keadaan gatal, dia langsung memaksa saya mandi," kata Maria, seperti diberitakan Antara.
Bila enggan menjalankan perintah majikannya, Maria langsung disiram air keras pembersih lantai. Kejadian itu membuat dia terpaksa jalani perawatan di ruang Unit Gawat Darurat (UGD) Puskesmas Sungai Pakning.
Akibat penyiksaan, kondisi kedua belah telapak kaki korban dibalut perban akibat siraman air keras pembersih lantai. Maria menambahkan, selain dipaksa mandi, majikan laki-laki juga tega mencekik lehernya sambil menyeret dirinya ke kamar mandi. Kejadian itu bahkan membuat dia mengalami memar dan lebam sampai terguling di dalam kamar mandi. Sedangkan istrinya, Wati, juga ikut menyiksa dengan menyiram kakinya dengan air pembersih lantai.
"Saya sudah menjerit dan menangis minta tolong, tapi kedua majikan saya tidak peduli malah semakin kuat menyiksa, ini bukan kali pertama saya disiksa. Saya sudah berkali-kali disiksa di rumah itu, bahkan anehnya terkadang saya disuruh mandi sampai 12 kali dalam satu hari mereka beralasan takut rumahnya kotor," ungkapnya.
Lebih miris lagi, selama bekerja kepada kedua suami istri itu, Maria tidak dibayarkan gajinya. Padahal keduanya menjanjikan kepada Maria Rp 2,5 juta per bulan. Selain itu, Maria juga diminta untuk bekerja hingga larut malam.
Cerita penganiayaan terhadap pembantu juga datang dari wilayah Ukui, Jalan Lintas Timur, kabupaten Pelalawan. Ini dirasakan Fe (17), pembantu rumah tangga (PRT) di salah satu toko di daerah itu kerap disiksa RN (45), sang majikan.
Kapolres Pelalawan AKBP Ade Johan Hasudungan Sinaga, menjelaskan, korban mengaku sering mengalami penganiayaan. Sang majikan sering seenaknya membentak Fe lantaran dinilai bekerja lambat.
Bahkan saking emosinya, RN tak segan main tangan guna memuaskan kemarahannya. "Saat itu, tiba-tiba korban di hampiri dan ditegur oleh RN, karena dinilai lambat bekerja. Korban dimaki-maki dengan kata-kata kotor, langsung dipukul di bagian bahu sebelah dan kanan hingga memar," kata Ade Johan kepada merdeka.com, beberapa waktu lalu.
Mendapat pukulan dari majikan, Fe hanya bisa diam sambil menahan sakit seraya merintih kesakitan. Setelah majikan pergi, korban tidak kuat menahan sakit, akhirnya kabur dan mendatangi Mapolres Pelalawan untuk melapor kejadian penganiayaan diterimanya.
Untuk menindaklanjuti laporan korban, kata Ade, polisi akan segera memanggil RN. "Korban sudah dimintai keterangannya, sedangkan terlapor akan segera dipanggil untuk diperiksa," pungkas Ade Johan.
Di daerah ibu kota Jakarta juga masih banyak kasus kekerasan kepada PRT. Lebih kurang sebulan lalu, kejadia menimpa Mahona. Wajah gadis 15 tahun ini disetrika majikannya. Kejadian ini membuat dia langsung mendatangi Polres Jakarta Utara dengan wajah penuh luka tertutup selendang.
Wanita asal Indramayu, ini bekerja sebagai pembantu di rumah seorang bidan bernama Nani Casnia (35), di Jalan Bandar Ujung, RT4/6 Rawa Badak Selatan, Koja, Jakarta Utara. Peristiwa wajah disetrika lantaran Nani kesal Mahona salah membeli sayur.
"Waktu itu saya disuruh beli sayur lodeh, tapi saya lupa malah beli sayur sop," ujar Mahona di Polres Jakarta Utara.
Ia melanjutkan, bahwa Nani sempat mengaku pembantunya terkena penyakit herpes, dan telah memberi salep untuk meringankan penyakitnya. Diakuinya, Nani merupakan sosok sangat tertutup dan jarang bersosialisasi dengan warga lingkungan sekitar.
"Nih Bu, lihat emang sedang kena penyakit kulit dia (Mahona). Herpes ini bu. Makanya saya kasih salep, saya ajak ke dokter, dianya enggak mau," dalih Nani mengaku kepada tetangganya ditirukan oleh Suminah.
Kasubag Humas Polres Jakarta Utara, Kompol Sungkono mengatakan berdasarkan barang bukti dan keterangan saksi Nani langsung ditetapkan sebagai tersangka. Sungkono menyatakan bahwa tersangka adalah PNS tenaga medis di RSPAD Gatot Subroto. Tersangka ditahan di Mapolres Jakarta Utara untuk melengkapi berkas pemeriksaan.
"Korban lagi di BAP. Majikannya NC juga sudah ditetapkan sebagai tersangka," tegas Sungkono.
Anggota Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Suku Dinas Sosial Jakarta Utara Fauziah menuturkan bahwa korban diperiksa kejiwaannya oleh psikiater agar tidak trauma.
"Korban di bawah pengawasan kita dan direncanakan untuk diperiksa kejiwaannya oleh psikiater. Agar tidak trauma. Belum diperbolehkan bekerja karena masih dalam pemeriksaan," tutur Fauziah kepada merdeka.com di Polres Jakarta Utara, Rabu (16/3).