Derita Gina, bocah menderita Hydrocephalus membutuhkan bantuan
Cairan di kepala Gina sudah 70 persen. Kini dia masih menunggu antrean operasi.
Suasana Rumah Sakit standar Internasional di Sanglah, Bali, nampak begitu lenggang, Senin (30/11) siang. Sejumlah perawat magang juga terlihat santai bercengkrama, ada pula yang senyum-senyum sendiri sambil bermain handphone.
Namun tiba-tiba melintas di teras ruang Asoka di RSUP Sanglah, Denpasar ini, seorang ibu dengan penuh peluh dan bibir yang kering, sedang mengipas-ngipaskan kain ke anaknya. Sesekali ibu ini mengusap peluh si anak yang duduk terkulai di kursi roda.
Adalah Gina, putri dari Nuryeni yang sudah berumur 11 tahun ini, terkulai lemas tak berdaya di kursi roda dengan kondisi kepala membesar. Sudah hampir sebulan Gina dirawat di RSUP Sanglah, setelah sebelumnya mendapat perawatan di Sukabumi Jawa Barat.
Ditemui di kamar perawatan nomor 1, Nuryeni (33) didampingi suaminya Wawan (38) menceritakan, bagaimana proses kelahiran anak semata wayangnya itu. Katanya, Gina sudah memiliki gejala hydrocephalus setelah dilahirkan, di mana saat itu kepalanya terasa lembut jika ditekan.
Baru setelah usianya beranjak 3 bulan, kepala Gina mulai terlihat membesar, tidak seperti kepala bayi normal pada umumnya.
"Iya mas, setelah melahirkan, saya mulai merasa ada yang aneh pada kepala bayi saya. Saat ditekan, terasa lembut seperti ada cairan di dalamnya," kata Ibu Gina di RSUP Sanglah, Denpasar Bali. Senin (30/11).
Meski sudah mengetahui jika Gina mengalami hydrocephalus, pasangan suami istri ini tidak bisa berbuat apa-apa untuk membiayai pengobatan anaknya. Akhirnya dibiarkan begitu saja, hingga Gina berumur 2 tahun baru mendapat bantuan perawatan.
Saat itu Gina dibawa ke salah satu RS di Bandung, Jawa Barat, untuk menjalani operasi. Namun, tanpa alasan yang jelas dari pihak rumah sakit operasi tersebut dibatalkan.
"Dulu pernah dirawat di RS di Bandung, rencananya mau dioperasi, tetapi dari dokternya bilang kalau anak saya ini tidak bisa dioperasi," Kenang Wawan.
Setelah dibuat putus asa oleh keputusan dokter di RS tersebut, Nuryeni mencoba membawa anaknya ini ke salah satu dokter saraf. Namun, lagi-lagi hasil sama. Bahkan, dokter saraf tersebut mengatakan kalau hydrocephalus yang diderita Gina tidak bisa disembuhkan.
"Selama ini kami pasrah aja mas, soalnya udah beberapa kali dirawat hasilnya tetap sama. Kalau, kepala Gina tidak bisa dioperasi," keluhnya.
Namun dirinya tetap yakin kalau Tuhan ciptakan penyakit tentu pula ada obatnya. Lanjutnya, bahwa hasil pemeriksaan dokter, cairan di kepala Gina sudah mencapai 70 persen. Namun, Gina tidak pernah rewel. Bahkan bisa ditinggal pergi jika ibunya sedang memasak di dapur.
"Kadang-kadang ia kejang, tapi tidak terlalu sering. Kalau saya lagi ada kerjaan, ia betah duduk di depan TV, apalagi kalau ada film kartun Upin-Ipin," katanya sembari mengatakan kalau selama ini mereka tinggal di sebuah kamar mungil indekos di Jalan Malioboro, Gang X.
Selain karena rasa putus asa, Nuryeni juga kesulitan untuk membiayai perawatan anaknya. Di mana, suaminya tidak memiliki penghasilan tetap karena hanya berkerja serabutan. Namun, setelah mendapat sokongan moril dan meteri dari Yayasan Nur Rabbani Al Walanny, Gina akhirnya bisa mendapat perawatan di RSUP Sanglah, Denpasar.
"Kalau tidak ada halangan lagi, sebentar lagi akan jalani operasi. Jadwal seharusnya hari Jumat (27/11) lalu, tetapi kata petugas di ruang operasi masih antre akhirnya ditunda," ujarnya.
Meski sudah mendapat donatur dan dibantu BPJS untuk pembiayaan operasi, Nuryeni dan Wawan masih mengharapkan uluran tangan dermawan yang ingin membantu membiayai perawatan Gina setelah dioperasi.
"Ia mas, kami pusing memikirkan biaya perawatan setalah dioperasi nanti. Soalnya, setelah dioperasi harus dirawat delapan bulan lagi baru bisa sembuh. Semoga saja, ada orang yang bersedia membantu kami ke depannya," katanya penuh harap.