Desakan Arteria ke Kabareskrim Kerahkan Tim Siber Bidik Netizen
Arteria tak terima lembaganya dikritik netizen terkait pembongkaran kasus.
Anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Arteria Dahlan geram bukan main. Dia tak terima lembaganya dikritik netizen terkait pembongkaran kasus.
Politikus PDI Perjuangan ini menegaskan wakil rakyat tidak alergi untuk membongkar kasus. Dia mengumbar rentetan kasus yang berhasil diungkapkan DPR. Salah satunya mengusut skandal impor emas Rp47,1 triliun
-
Siapa Pratama Arhan? Lemparannya Nyaris Jadi Goal, Simak Deretan Fakta Pratama Arhan Siapa Pratama Arhan? Lemparan dalam nyaris jadi goal Pertandingan Indonesia vs Argentina yang digelar kemarin (19/6) membawa nama Pratama Arhan jadi sorotan.
-
Apa yang dirayakan Inul Daratista? Inul menggelar sebuah perayaan besar-besaran di kampung halamannya, Gempol - Pasuruan - Jawa Timur.
-
Kapan Hari Stroke Sedunia diperingati? Setiap 29 Oktober, masyarakat dunia memperingati Hari Stroke Sedunia.
-
Kapan Alam Ara dirilis? Dirilis pada 14 Maret 1931, film ini tidak hanya merevolusi sinema India tetapi juga menandai babak baru dalam sejarah budaya populer.
-
Kapan Hari Hepatitis Sedunia diperingati? Pada tanggal 28 Juli setiap tahun, dunia memperingati Hari Hepatitis Sedunia untuk meningkatkan kesadaran global mengenai hepatitis.
-
Di mana Badr Dahlan ditahan? Jadi Mimpi Buruk Dahlan ditahan di wilayah Khan Younis bersama sejumlah warga Palestina tak berdosa lainnya.
"Saya Komisi III tidak alergi, tidak enggan untuk membongkar kasus-kasus Pak. Yang disebutkan tadi abang saya, Pak Misbakhun, emas, kami yang bongkar Pak, saya Pak,” tegas Arteria dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komite Koordinasi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan TPPU, di DPR RI, Jakarta, Rabu (29/3).
Rapat ini membahas Laporan Hasil Analisis (LHA) Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) mengenai transaksi mencurigakan Rp349 triliun di Kementerian Keuangan. Ketua Komite TPPU sekaligus Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD hadir dalam rapat.
Arteria menyinggung netizen yang mendukung Mahfud MD. Menurut Arteria, pendukung Mahfud di jagat maya menilai DPR ogah membuka tabir hitam kasus. Lulusan S2 Ilmu Hukum Ketatanegaraan, Universitas Indonesia ini menegaskan, tuduhan itu tidak benar.
“Enggak ada di kita, ini yang punya niatan buruk di dunia sana, di publik luar sana. Di netizen yang katanya netizen yang mendukung Prof, seolah-olah kita dikatakan anti," ucapnya.
Dibully Netizen Gara-Gara Tak Terima Tantangan Mahfud
Arteria mengaku dirinya dirundung netizen gara-gara tidak menerima tantangan dari Menko Polhukam Mahfud Md untuk mengancam Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan.
Tantangan Mahfud muncul usai Arteria mengingatkan ancaman pidana empat tahun bagi pihak yang membocorkan dokumen transaksi janggal Rp349 triliun di Kemenkeu.
"Saya hadir Pak (Mahfud) saya tidak akan lari dan saya dengar apa yang Bapak sampaikan tadi. Saya adalah orang yang tidak mengomentari Bapak di WA grup, di Twitter, di Instragram, di media di medsos saya puasa Pak," kata Arteria.
"Tapi saya katakan saya enggak berani menerima tantangan Prof, dibully Prof, cupu, penakut banyak bacot dan sebagainya. Saya katakan beliau saya anggap orang tua saya, guru. Saya udah diam tapi Prof ngegas, saya harus lawan?" sambungnya.
Arteria mengaku sangat menghormati Mahfud Md sebagai guru dan orang tua. Namun, dia terkejut saat Mahfud Md membenturkan dirinya dengan Budi Gunawan.
"Saya hormati Prof orang tua dan guru saya. Akhirnya saya putuskan itu dulu, betul Pak Prof membunuh anak-anak yang Prof didik sendiri kalau begini caranya Prof. Saya punya karier dari kecil Prof, saya tidak pakai fasilitas apapun, tiba-tiba Prof mencoba membenturkan saya dengan amat yang saya hormati pak Budi Gunawan," tegasnya.
Minta Bareskrim Kejar Netizen
Arteria meminta Kepala Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri Komjen Agus Andrianto yang hadir dalam rapat tersebut untuk bergerak mencari akun-akun yang menyerang dirinya dan DPR. Dia menduga akun tersebut terafiliasi dengan kelompok tertentu.
"Makanya Pak Kaba, Sibernya jalan Pak, yang main itu siapa, akunnya saya sudah tahu semua. Apakah terindikasi dengan pihak-pihak tertentu, saya mohon nanti dicek, pastinya kita support," ujarnya.
Meski begitu, Arteria mengingatkan Bareskrim Polri untuk menjunjung tinggi aturan saat mengejar netizen yang menuduh DPR enggan membongkar kasus.
"Tapi harus ada cara yang benar, aturan harus dipenuhi. Sekalipun harus dipenuhi, ada adab dan etika bernegara Pak, ya harus kita hormati," sambungnya.
Dia kemudian mempersilakan Mahfud untuk melapor ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) bila pernyataannya salah. Arteria mengaku siap dipanggil MKD.
"Terlepas caranya, kalau caranya saya keliru, Prof laporkan saya ke MKD, laporkan lah. Tapi saya juga berusaha untuk disiplin, enggak pernah saya ngomong, ngomongin Bapak ini saya enggak pernah," pungkasnya.
Arteria Dinilai Otoriter
Pengamat kebijakan publik Gigin Praginanto menilai Arteria bersikap otoriter. Hal ini terlihat dari tindakan Arteria yang enggan menerima kritikan dari masyarakat lewat media sosial.
“Karakter orang ini sama dengan partainya, otoriter,” kata Gigin melalui akun Twitter @giginpraginanto.
Dia kemudian menyarankan Arteria mengganti slogan dari 'Turn Back Crime' menjadi 'Turn Back Arteria’. Menurut Gigin, slogan Turn Back Arteria sangat cocok untuk wakil rakyat dari daerah pemilihan Jawa Timur VI itu.
“Saya lebih suka kalau tulisan di bajunya diedit. Dari 'Turn Back Crime' menjadi 'Turn Back Arteria’,” ucap Gigin.
(mdk/tin)