Di depan taruna Akpol, Suhardi bicara soal ancaman radikalisme
Radikalisme dan terorisme sudah menjadi ancaman global di belahan dunia. Indonesia pun harus menghadapinya. Kemajuan teknologi informasi dengan adanya media sosial membuat penyebaran paham radikal semakin masif.
Radikalisme dan terorisme sudah menjadi ancaman global di belahan dunia. Indonesia pun harus menghadapinya. Kemajuan teknologi informasi dengan adanya media sosial membuat penyebaran paham radikal semakin masif.
Pernyataan itu diungkapkan Kepala BNPT Komjen Suhardi Alius, saat memberikan Studium Generale (kuliah umum) dengan tema 'Bahaya Radikalisme dan Terorisme di Kalangan Remaja dan Kampus' di Gedung Graha Cendekia, Akademi Kepolisian (Akpol), Semarang, Rabu (14/2).
-
Bagaimana cara BNPT membantu para penyintas terorisme agar tetap berdaya? Selain itu, BNPT juga sering mengadakan agenda gathering yang ditujukan untuk menumbuhkan semangat hidup dan mengembalikan kepercayaan diri bagi para korban terorisme agar tetap berdaya.
-
Bagaimana peran Ditjen Polpum Kemendagri dalam menangani radikalisme dan terorisme? Ketua Tim Kerjasama Intelijen Timotius dalam laporannya mengatakan, Ditjen Polpum terus berperan aktif mendukung upaya penanganan radikalisme dan terorisme. Hal ini dilakukan sejalan dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 7 Tahun 2021 tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme Tahun 2020-2024.
-
Bagaimana cara mencegah tindakan terorisme? Cara mencegah terorisme yang pertama adalah memperkenalkan ilmu pengetahuan dengan baik dan benar. Pengetahuan tentang ilmu yang baik dan benar ini harus ditekankan kepada siapa saja, terutama generasi muda.
-
Dimana BNPT menemukan landasan hukum untuk memberikan kompensasi kepada korban terorisme? Ibnu menjelaskan, landasan pemerintah melakukan pembayaran kompensasi atau ganti rugi tertuang dalam PP No. 35 Tahun 2020 tentang pemberian kompensasi, restitusi, dan bantuan kepada saksi dan korban.
-
Kenapa Ditjen Polpum Kemendagri menggelar FGD tentang penanganan radikalisme dan terorisme? Direktorat Jenderal (Ditjen) Politik dan Pemerintahan Umum (Polpum) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) menggelar Focus Group Discussion (FGD) dalam rangka Fasilitasi Penanganan Radikalisme dan Terorisme di Aula Cendrawasih, Kantor Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Provinsi Jawa Tengah, Rabu (23/8).
-
Apa yang dirayakan di Hari Peringatan dan Penghargaan Korban Terorisme? Tujuan diadakannya peringatan ini untuk menghormati serta mendukung para korban terorisme serta melindungi hak asasi manusia.
Menurutnya, untuk menghadapi tantangan itu generasi muda, mahasiswa, terutama taruna Akpol, harus memiliki rasa nasionalisme dan keteladanan yang tinggi, agar mampu menjawab tantangan itu. Suhardi mengaku beberapa waktu lalu juga mengisi kuliah umum di depan 4500 mahasiswa ITB di Bandung.
"Sekarang 1.200 taruna Akpol. Mereka adalah calon penerus bangsa dan aparat yang akan melayani dan mengayomi masyarakat. Karena itu perspektif pencegahan radikalisme dan terorisme harus kita samakan sebagai eksistensi. Merekalah yang nanti akan berada di garda terdepan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat," kata Suhardi dalam keterangannya.
Pada kesempatan itu, mantan Kabareskrim Polri ini juga memberikan tips bagaimana mengidentifikasi radikalisme dari tahap awal sampai tahap terjadinya aksi radikalisme itu. Salah satunya, adalah contoh returnees (WNI yang kembali dari Suriah setelah bergabung dengan ISIS).
"Mereka (returnees) ini yang kita hadapi. Ingat mindset mereka sudah sangat berubah. Meski masih anak-anak tapi mereka sangat keras sehingga cara menghadapinya tidak bisa main-main," terang Suhardi.
Selain itu, Suhardi juga membagikan pengalamannya sebagai anggota Polri, tidak hanya pengalaman akademik, tapi juga pengalaman lapangan. Menurutnya, apa yang didapat para taruna Akpol di akademi ini hanya sekian persen, sementara belantara kehidupan nantinya setelah lulus terbentang luas.
"Kita harapkan dengan penambahan wawasan kebangsaan ini, para taruna nantinya bisa menjadi aparat yang baik dan amanah," tutur mantan Sestama Lemhanas ini.
Suhardi menambahkan bahwa tugas polisi adalah menangani 'limbah' di masyarakat. Ada orang berideologi radikal dan bikin aneh-aneh jadi urusan polisi. Begitu juga politik, bila ada apa-apa polisi yang harus turun, juga ekonomi, penyimpangan lainnya, semua harus ditangani polisi.
Suhardi khawatir bila para taruna ini tidak dibekali dan disiapkan tentang pemahaman penanggulangan terorisme, nasionalisme, dan keteladanan, justru mereka akan malah larut dalam 'limbah' yang ditangani. Contohnya salah satu mantan teroris Sofyan Tsauri adalah mantan anak buahnya saat menjadi Kapolres Depok. Ia terpapar saat mendapat tugas ke Aceh.
"Idealisme, nasionalisme, dan keteladanan itu harus terus dipegang teguh. Idealisme seperti yang didapat di pendidikan karena tantangan kita depan akan sangat berat," tutur Suhardi.
Mantan Kapolda Jabar ini berharap paparannya bisa memberikan pencerahan yang jelas tentang bahaya radikalisme dan terorisme sehingga bibit yang mungkin memiliki penyimpangan bisa diluruskan secara dini. Selain itu, juga bisa memberikan resilience (daya tangkal) bagi masyarakat, khususnya generasi muda terhadap nilai luar yang tidak sepaham dengan bangsa Indonesia.
Selain itu, Suhardi juga memaparkan cara mengidentifikasi cara-cara masuknya paham radikal dan terorisme di kampus yang mempengaruhi mahasiswa. Juga diberikan pemahaman perkembangan global dan bagaimana cara menanggulangi paham radikal dan terorisme tersebut.
Ia berharap generasi muda dan mahasiswa, terutama taruna Akpol sebagai agen perubahan mampu memberikan pemahaman yang baik ditengah-tengah masyarakat. "Dengan demikian masyarakat bisa memfilter dan memilah-milah informasi yang mana yang baik dan buruk," tandasnya.
Baca juga:
Dibawa ke Jakarta, penyerang gereja bakal diperiksa secara intensif
Polisi yang lumpuhkan penyerang gereja di Sleman dapat penghargaan
Penyerang gereja di Sleman dibawa Densus 88 ke Jakarta
Polri diminta beberkan penyebab kematian terduga teroris di Indramayu
Penyerang Gereja Santa Lidwina tak selesai kuliah di Palu