Diam di Rumah Selama Pandemi, Warga Banyuwangi Tanam Vanili di Pekarangan
Lama usia panen vanili rata rata mencapai 12 bulan dengan produktivitas 10 kilogram per pohon. Bila sudah panen, pohon vanili bisa diremajakan kembali dengan dipotong bagian batang yang kurang produktif.
Warga di Kabupaten Banyuwangi berupaya tetap kreatif dan produktif meski hanya menghabiskan waktu di rumah selama menghadapi pencegahan virus corona (Covid-19). Salah satunya dengan memanfaatkan lahan kosong di pekarangan rumahnya untuk bercocok tanam vanili dengan hasil menggiurkan, hingga jutaan rupiah.
Mustofa, warga Lingkungan Papring, Kecamatan Kalipuro, sejak beberapa bulan terakhir coba menanam vanili di pekarangan rumahnya. Mustofa tergiur dengan harga jual vanili kering yang bisa mencapai Rp 12 juta per kilogramnya. Tidak heran bila vanili dijuluki sebagai 'emas hijau'.
-
Apa yang dibangun di Banyuwangi? Pabrik kereta api terbesar se-Asia Tenggara, PT Steadler INKA Indonesia (SII) di Banyuwangi mulai beroperasi.
-
Bagaimana cara Banyuwangi memanfaatkan insentif tersebut? “Sesuai arahan Bapak Wakil Presiden, kami pergunakan insentif ini secara optimal untuk memperkuat program dan strategi penghapusan kemiskinan di daerah. Kami juga akan intensifkan sinergi dan kolaborasi antara pemkab dan dunia usaha. Dana ini juga akan kami optimalkan untuk kegiatan yang manfaatnya langsung diterima oleh masyarakat,” kata Ipuk.
-
Kenapa Banyuwangi mendapatkan insentif lagi? Ini merupakan kali kedua mereka mendapatkan insentif karena dinilai sukses menekan laju inflasi serta mendongkrak kesejahteraan masyarakat.
-
Apa yang diserahkan oleh Presiden Jokowi di Banyuwangi? Total sertifikat tanah yang diserahkan mencapai 10.323 sertipikat dengan jumlah penerima sebanyak 8.633 kepala keluarga (KK).
-
Di mana Bandara Banyuwangi berlokasi? Bandara Banyuwangi menjadi bandara pertama di Indonesia yang berkonsep ramah lingkungan.
-
Apa penghargaan yang diraih Banyuwangi? Diserahkan Presiden RI Joko Widodo kepada Bupati Ipuk Fiestiandani di Istana Negara, Kamis (31/8/2023), Banyuwangi berhasil mempertahankan predikat Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Terbaik 2022 se-Jawa dan Bali.
"Kalau harga kering per kg Rp 12 juta, cuma karena imbas corona ini, lagi turun Rp 3 juta. Kalau basah Rp 300 ribu," ujar Mustofa saat dihubungi, Rabu (6/5).
Mustofa tidak hanya sendiri, dia berhasil mengajak 11 orang di desanya untuk turut menanam vanili di pekarangan rumahnya. Apalagi saat ini banyak warga yang memiliki waktu luang di rumah masing-masing selama menghadapi wabah Covid-19.
"Memang belum terbentuk kelompok, tapi sudah ada 11 orang yang saya ajak tertarik untuk menanam di pekarangan rumahnya. Ada yang nanam 600 sampai 1000 pohon. Dari 11 orang itu ada 3 yang masih pemuda," ujarnya.
Warga Banyuwangi Tanam Vanili di Pekarangan ©2020 Merdeka.com
Mustofa memiliki cara untuk menanam vanili agar mengurangi resiko gagal panen. Dia memanfaatkan serabut kelapa yang ada di sana sebagai media tanam, sehingga akar akan berkembang tidak hanya di tanah namun juga di serabut kelapa. Serabut kelapa tersebut ada juga yang ditaruh ke dalam timba sebagai media tanam.
Sebagai tegakkan tanaman vanili, Mustofa menambahkan pipa, ditambah serabut kelapa di bagian luar dan dibungkus para para kawat. Pipa tersebut menjadi jaringan instalasi untuk mengalirkan nutrisi organik pada vanili.
"Metode ini untuk mengurangi penyakit pembusukan pada batang vanili. Untuk kebutuhan air, konsep ini lebih irit air. Dalam satu hari saya hanya membutuhkan 50-100 liter untuk 100 tanaman. Penyiramannya cukup tiga hari sekali," katanya.
Air yang disiramkan ke serabut kelapa sebagai media tanam, telah diberi formula organik dari dedaunan yang pahit. Dia juga menggunakan fermentasi rebung sebagai perangsang pertumbuhan.
"Perawatan, tidak terlalu rumit. Penyakitnya busuk batang, bawah pakai serabut kelapa dan tegakkan pakai serabut kelapa, karena tanaman ini karakternya seperti anggrek. Saya pakai mikroba, bikin sendiri dari daun daunan, segala daun yang pahit. Itu diambil airnya, diolah," ujarnya.
Saat ini Mustofa memanfaatkan lahan 4 x 22 meter yang menampung 100 tegakkan vanili di pekarangan rumahnya. Masing-masing tegakkan berisi 3-4 pohon vanili dengan jarak tanam antar tegakkan 1,5 meter.
"Ada juga yang luas 4X6 meter saya isi 30 tegakkan pas di halaman rumah, dengan jarak 1,5 meter. Itu saya gunakan media timba untuk menanam," jelasnya.
Vanili©Liputan6.com
Mustofa sendiri menghabiskan biaya untuk pembelian bibit, instalasi paranet dan semua media tanam Rp 9 juta. Harga tersebut bisa ditekan bila penanaman vanili dilakukan di bawah rindang pohon, sebab tidak membutuhkan 100 persen cahaya matahari langsung.
"Yang mahal atapnya, kita pakai besi, paranet. Jadi matahari nggak langsung 100 persen terkena. Kalau di bawah pohon pohon bisa tanpa paranet," ujarnya.
Lama usia panen vanili rata rata mencapai 12 bulan dengan produktivitas 10 kilogram per pohon. Bila sudah panen, pohon vanili bisa diremajakan kembali dengan dipotong bagian batang yang kurang produktif.
"Dan kalau sudah panen, dipotong bisa tumbuh lagi, seperti pohon buah naga. Jadi tidak harus tanam dari awal lagi," katanya.
Usia tanam vanili milik Mustofa sendiri sudah 5 bulan. Meski baru 5 bulan, dia sudah bisa membuat pembibitan sendiri dan menjualnya ke beberapa daerah.
"Saya juga pembibit juga. Kemarin kirim ke Palangkaraya 1000 bibit, meski belum panen saya sudah bisa jual bibitnya. Harga setinggi 20 Cm Rp 8000," ujarnya.
Warga Papring lain yang menanam vanili di halaman rumahnya yakni Rasid. Dia juga menggunakan kaleng bekas cat sebagai media tanam untuk memanfaatkan lahan terbatas.
Seperti milik Mustofa, dia membuat 50 ember plastik bekas yang diberi media serabut kelapa, kotoran sapi yang telah difermentasi, kawat, serta piva PVC dengan ketinggian 180 cm.
"Era 80 sampai 90-an seluruh petani Papring Kalipuro menanam vanili. Hingga tahun 2007 harganya anjlok sampai Rp 3000 rupiah, akhirnya beralih ke tanaman lain," katanya.
Untuk pemasaran, Mustofa dan Rasid saat ini tidak khawatir karena prospek vanili sudah cukup bagus karena sudah ada serapan industri. Bahkan para pengepul telah memburu vanili itu sejak dalam kondisi basah.
"Tak sulit memasarkan. Harga jualnya juga tinggi," jelasnya.
(mdk/hhw)