Dianggap vulgar, Trans TV akan koreksi goyang oplosan YKS
Trans TV meminta masyarakat menilai jangan dari sudut negatif.
Goyang oplosan dalam acara Yuk Keep Smile (YKS) di Trans TV dinilai hanya menampilkan hura-hura dan tak mendidik. Program tayangan yang mengudara pada pukul 19.30 WIB itu juga menampilkan goyangan-goyangan erotis dan memamerkan bagian tubuh dengan dandanan yang seksi.
Produser YKS Trans TV, Sandy, mengaku belum menerima surat teguran. Namun pihaknya berjanji akan mengevaluasi gerakan tersebut.
"Kita coba telaah kita akan koreksi goyangannya," ujar Sandy saat dihubungi merdeka.com, Senin (30/12).
Sandy menambahkan, goyang oplosan pada dasarnya tidak mengandung unsur vulgar. Dia meminta masyarakat menilai jangan dari sudut negatif. Mengenai jam tayang, lanjut Sandy, dirinya akan mencoba berkoordinasi dengan atasannya.
"Kan tergantung sudut pandangnya seperti apa," katanya.
Program YKS di stasiun Trans TV sendiri terkenal dengan goyangan Caisar tetapi lambat laun goyangan baru muncul dan kreatif. Setelah goyangan cesar, ada kereta malam, icikiwir, dan yang lagi populer saat ini goyang dangdut terbaru yaitu goyangan oplosan.
Goyangan oplosan yang dikomandani Soimah itu makin populer dengan jogetannya yang terkesan sensual dan menggoda. Goyangan itu menunjukkan di mana penyanyi menghadap ke samping dengan memiringkan tubuhnya ke belakang, dan di saat itulah terlihat jelas lekukan tubuhnya.
Tak hanya sampai di situ, sang penyanyi pun di dalamnya melakukan goyangan pinggul dengan gerakan naik turun. Bahkan tak jarang pula, dalam joget oplosan ini melibatkan remaja-remaja ABG, sejumlah SPG dengan dandanan mini dan seksi, serta gaya yang sensual.
Tentu jika tidak ada batasan-batasan, goyang oplosan YKS tersebut akan berdampak terhadap anak-anak dan remaja. Yang mana, pengaruh tayangan tersebut secara tidak langsung dan mungkin tidak kita sadari dapat menggerus budaya serta peradaban anak-anak sebagai aset bangsa.
"Itu memiliki pengaruh terhadap dunia anak-anak. Apalagi jam tayangnya di jam belajar," ujar Ketua Satgas Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) M Ihsan.
Pengamat pendidikan anak-anak Kak Seto juga memberi pendapat senada. "Saya juga dari awal protes keras dengan acara itu. Tidak edukatif, sampai ada anak-anak kecil juga ikut di acara itu," kata pria yang akrab disapa Kak Seto itu pada merdeka.com, Senin (30/12).