Diberi perangkat IT oleh Australia, Polri jamin tak kena sadap
Bantuan dari Australia berbentuk hardware dan software yang berkaitan dengan cyber forensic.
Intelijen Australia diketahui menyadap para petinggi Indonesia. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pun langsung memerintahkan agar segala bentuk kerjasama dengan negeri kanguru itu dihentikan untuk sementara.
Salah satu lembaga yang mendapat bantuan dari Australia adalah Polri. Selain membantu dana penanggulangan terorisme, Australia juga membantu Polri berupa perangkat teknologi informasi (IT) yang digunakan oleh Bareskrim Polri.
Direktur Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus (Dittipideksus) Bareskrim, Brigjen Pol Arief Sulistyanto mengakui bantuan tersebut berbentuk hardware dan software yang berkaitan dengan cyber forensic.
Menurutnya, bantuan tersebut resmi dari Australia dan sudah diresmikan sejak 2011 silam. Bantuan peralatan tersebut juga masih berfungsi hingga sekarang untuk keperluan penyelidikan kepolisian.
"Banyak sekali peralatannya, baik hardware dan software. Tapi sudah diperiksa dan dicek semua, ini berkaitan dengan cyber forensic atau laboratorium cyber forensic saja," kata Arief di Gedung Bareskrim Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (22/2).
"Ada CCIC di Bareskrim dan kita mempunyai CCISO di lima Polda, NTB, Bali, Jakarta, Medan. CCIC (Cyber Crime Investigation Center), CCISO (Cyber Crime Investigation Satellite Office)," ujarnya.
Menurut Arief, Laboratorium Cyber Forensic berguna untuk menyelidiki barang bukti yang sifatnya digital, misalnya kasus email hijacking yang sempat ramai beberapa waktu lalu.
"Itu Laboratorium Cyber Forensic, jadi kalau ada barang bukti digital seperti hacker kemarin, email hijacking, itu ada device, server, dan sebagainya. Ada gadget dan lain-lain, itu di situ banyak informasi digital, digunakan untuk itu. Dari informasi digital itu diwujudkan dalam bentuk materiil," paparnya.
Meski peralatan itu berasal dari bantuan Australia, bukan berarti Bareskrim Polri dapat dengan mudah diretas atau disadap oleh Australia. Sebab, menurutnya software dan hardware yang berada di Bareskrim tak terkoneksi dengan satelit.
"Insya Allah tidak ada (penyadapan). Karena ini kan bukan kaitannya dengan handphone dan lain-lainnya. Ini peralatan-peralatan laboratorium dan forensik, kaitannya dengan device, kemudian untuk memunculkan sms, file yang sudah terhapus, mengambil gambar dari BlackBerry dan sebagainya. Bantuan dari Australia hanya kompi-kompi saja (komputer), internetnya ISP Indonesia, enggak tergabung satelit," kata dia.
Jenderal polisi bintang satu ini menambahkan, kerja sama Bareskrim tak hanya dengan Australia, tapi juga dengan Amerika Serikat (AS). Bantuan itu berupa pelatihan dan pemberdayaan investigasi dalam bidang cyber crime. Arief pun menegaskan tidak akan ada penyadapan yang dilakukan pihak asing kepada kepolisian di Indonesia, khususnya bidang Cyber.
"Insya Allah tidak ada, dan apa yang ramai sekarang kan gunakan komunikasi seluler. Kalau internet komunikasi hanya cyber patrol saja. Data-data semua ada di Laboratorium Forensic," pungkas Arief.