Dinkes Depok sebut kampanye HIV AIDS hanya untuk kaum LGBT
Pernyataan itu terkait beredarnya brosur sosialisasi HIV AIDS. Apalagi sosialisasi itu juga membagikan kondom & pelumas
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Puskesmas Cipayung, Kota Depok, menyarankan kampanye HIV AIDS hanya diberikan kepada kaum LGBT. Mereka merasa bahwa komunitas itu merupakan populasi rawan terinfeksi penyakit itu.
"Harusnya leaflet itu ditujukan untuk populasi kunci, yakni lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT). Leaflet tersebut dari Komisi Penanggulangan AIDS dan dibagikan komunitas Kaki saat acara," kata Kepala UPT Puskesmas Cipayung, Nur Afiyah, Rabu (4/5).
Pernyataan itu terkait beredarnya brosur sosialisasi HIV AIDS. Apalagi sosialisasi itu juga membagikan kondom dan pelumas. Nur mengakui bahwa pihaknya kecolongan.
"Kami kecolongan, dan sudah meminta informasi kepada komunitas yang menyebarkan leaflet tersebut," kata Kepala UPT Puskesmas Cipayung Nur Afiyah, Rabu (4/5).
Dalam brosur itu bergambar tiga laki-laki berpelukan atau laki sama laki (LSL). Bahkan sampai ada empat buah kondom dan satu pelumas. Menurut dia, penyebaran terjadi saat kegiatan visiting mobile pemeriksaan HIV AIDS di kantor kelurahan Bojong Pondok Terong beberapa hari lalu. Brosur itu dibagikan komunitas Kaki yang peduli penyakit HIV AIDS.
Nur menyesalkan leaflet tersebut jatuh ke tangan warga biasa, karena sangat sensitif. Bagi mereka tidak mengerti maka akan berasumsi sebuah ajakan. Padahal itu bagus dalam edukasi mencegah agar tidak tertular penyakit HIV AIDS.
Pihaknya juga sudah meminta konfirmasi komunitas Kaki. Namun, komunitas itu beralasan tidak tahu menahu. Ke depannya Nur berjanji akan lebih mengawasi pembagian brosur tentang kesehatan apapun ke warga. "Leaflet itu sebenarnya sudah ditarik karena terlalu vulgar, saya juga tidak mengerti kenapa bisa sampai ke warga," tuturnya.
Sementara itu, anggota Komisi D DPRD Depok Pradana Mulyoyunanda menilai seharusnya pembagian brosur tidak dilakukan. Sebab, bertolak belakang dengan ciri khas Depok sebagai kota religius.
"Depok terkenal sebagai kota religius, tapi ada yang menyebarkan kondom dan pelumas. Ini tidak bisa dibiarkan, Dinkes Depok harus bertanggung jawab dan menyelesaikan masalah ini," ungkap Pradana.