Djarot PDIP: Food Estate Perlu Dievaluasi, di NTT Gagal
Ketua DPP PDIP Bidang Ideologi dan Kaderisasi Djarot Saiful Hidayat menilai program food estate sudah waktunya dievaluasi.
Ketua DPP PDIP Bidang Ideologi dan Kaderisasi Djarot Saiful Hidayat menilai program food estate sudah waktunya dievaluasi.
Djarot PDIP: Food Estate Perlu Dievaluasi, di NTT Gagal
PDIP melihat, program ini tidak berjalan maksimal.
"Belum lagi kita harus mengevaluasi kebijakan dan program kementerian pertanian, yang dalam tanda kutip, gagal. Contohnya misalnya, itu food estate, di NTT. Itu gagal. Coba dilihat saja, jadi lumbung pangan itu coba dicek dan dievaluasi," uyar Djarot usai diskusi 'Petani Milenial: Inovasi dan Kreasi Menuju Pertanian Modern Berkelanjutan' di Kantor DPP PDIP, Menteng, Jakarta, Kamis (21/9).
- Cak Imin: Program Food Estate Terbukti Gagal, Tidak akan Dilanjutkan
- Dahnil Balas Kritikan Jubir Anies: Food Estate Dikerjakan Mentan dari NasDem yang Kini Jadi Tersangka
- PDIP Ungkap Ada Sahabat dan Parpol di Balik Proyek Food Estate
- PDIP Sebut Food Estate Program Jokowi Kejahatan Lingkungan, Ini Penjelasan Hasto
Dari kacamata Djarot, sesungguhnya program food estate sangat baik untuk mendukung kemandirian dan ketahanan pangan. Hanya saja, dalam implementasinya tidak berjalan baik.
"Kebijakan bagus, ide Pak Jokowi bagus, presiden untuk bikin lumbung pangan, tapi pemegang mandatnya, eksekutornya, implementasinya, ya ini yang perlu dievaluasi,”
tegas Djarot Saiful Hidayat
Ketahanan pangan menjadi salah satu pembahasan dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PDIP pada 29 September hingga 1 Oktober 2023. Dalam diskusi 'Petani Milenial: Inovasi dan Kreasi Menuju Pertanian Modern Berkelanjutan’, Djarot mengajak generasi muda menjadi pelopor inovasi teknologi khususnya di bidang pangan.
"Ketersediaan pangan, ini tidak terlepas dari sumber daya manusia utamanya kaum milenial," kata Djarot.
Jokowi merespons kritik soal program food estate.
Menurut jokowi, membangun food estate tidak semudah yang dibayangkan.
Djarot mendorong pentingnya peran milenial untuk melakukan inovasi di bidang pangan. Harapannya, kaum milenial menjadi tenaga-tenaga penggerak, petani-petani pelopor yang mampu melahirkan inovasi teknologi di dalam meningkatkan produksi pangan. Djarot sudah meminta agar mengumpulkan sebanyak lima ribu petani milenial.
"Karena apa? Karena kalau kita tidak siapkan sejak dini maka akan terjadi degenerasi, bukan regenerasi. Petani-petani di desa kita lihat sebagian besar sudah berumur," ucapnya.
Menurutnya, keinginan agar anak muda harus kreatif juga sebetulnya pernah disampaikan Presiden pertama RI, Sukarno atau Bung Karno.
"Inilah yang diinginkan Bung Karno, ketika beliau meletakkan batu pertama pembangunan IPB di Bogor untuk ke depan mampu mendidik anak muda yang inovatif, kreatif, di berbagai bidang pertanian," imbuh Djarot.
Ketua Bidang Koperasi dan UMKM DPP PDIP Mindo Sianipar melihat, keberhasilan yang diraih para petani milenial bukanlah hal yang mudah. Namun, mereka telah melewati berbagai rintangan dan tantangan.
Karena itu, keberhasilan ini harus dijadikan sebagai inspirasi bagi para milenial, terutama yang ingin bergelut di dunia pertanian, peternakan, dan perkebunan.
"Jadi, jangan juga melihat mereka ini sekarang berhasil, tetapi lihat juga jatuh bangunnya. Ini supaya teman-teman, anak-anak milenial, juga belajar," ujar Mindo.
Lebih lanjut, Mindo berharap pemerintah terus membantu para petani, termasuk petani-petani milenial, untuk terus berkembang.
"Tanpa generasi muda yang akan datang, pertanian susah. Kalau pertanian susah, hidup negara akan susah," imbuh Mindo.
Sebagai informasi, hadir dalam diskusi ini, Duta Petani Milenial Kementerian Pertanian asal Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Sandi Octa Susila, Duta Petani Milenial Kementan asal Kabupaten Magelang Rayndra Syahdan Mahmudin, pembudi daya ikan air tawar sistem bioflok Moh Aji Urohim, dan petani milenial yang sukses dalam budi daya bawang merah dari Kabupaten Bandung, Jabar, Ujang Margana.