Dokter Reisa Ingatkan Masyarakat Jangan Sembarangan Konsumsi Dexamethasone
Reisa menyebut, penggunaan obat ini memiliki efek samping yang berkepanjangan. Obat ini juga sejatinya digunakan untuk mengurangi peradangan. Maka dalam penggunaan obat ini harus sesuai resep dokter agar tidak memberikan efek samping.
Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Reisa Broto Asmoro meminta masyarakat untuk tak sembarangan menggunakan obat dexamethasone. Reisa mengatakan, pasca-Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO merekomendasikan penggunaan obat dexamethasone untuk penanganan Covid-19, obat ini banyak dicari.
Menurut Reisa, penggunaan obat tersebut harus berhati-hati dan harus sesuai resep dengan dokter. "WHO mengeluarkan rilis yang merekomendasikan penggunaan obat dexamethasone. Namun mohon berhati-hati karena dosis dan lama penggunaannya diberikan berdasar usia dan reaksi terhadap obat tersebut," ujar Reisa di Graha BNPB, Jakarta, Jumat (19/6).
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Bagaimana virus Covid-19 pertama kali masuk ke Indonesia? Kasus ini terungkap setelah NT melakukan kontak dekat dengan warga negara Jepang yang juga positif Covid-19 saat diperiksa di Malaysia pada malam Valentine, 14 Februari 2020.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Kapan kasus Covid-19 pertama di Indonesia diumumkan? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Di mana kasus Covid-19 pertama di Indonesia terdeteksi? Mereka dinyatakan positif Covid-19 pada 1 Maret 2020, setelah menjalani pemeriksaan di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
Reisa menyebut, penggunaan obat ini memiliki efek samping yang berkepanjangan. Obat ini juga sejatinya digunakan untuk mengurangi peradangan. Maka dalam penggunaan obat ini harus sesuai resep dokter agar tidak memberikan efek samping.
"Obat ini direkomendasikan untuk (pasien) Covid-19 yang (memiliki gejala) berat. Obat ini dianjurkan untuk penurunan kasus kematian 20 hingga 30 persen, obat ini bukan untuk terapi penyakit ringan atau OTG (orang tanpa gejala)," kata dia.
Dia mengatakan, dexamethasone juga bukan obat untuk menangkal tertular Covid-19. Bukan juga dijadikan sebagai vaksin. Dia mengatakan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) akan memantau peredaran obat ini.
"Obat ini tidak punya khasiat pencegahan, ini bukan vaksin, ini merupakan kombinasi obat-obatan.
BPOM Akan Pantau
BPOM akan memantau peredaran dexamethasone, maka meski kita telah mendengar berita baik kemajuan dunia kesehatan, WHO belum menentukan obat atau regimen pengobatan tetap bagi perawatan pasien," kata dia.
"WHO dan Kemenkes tetap berpesan ikuti anjuran dokter, hindari penggunaan antibiotik karena bisa sebabkan resistensi," dia menambahkan.
Reporter: Fachrur Rozie
Sumber: Liputan6.com
(mdk/eko)