Dosen UIN tolak Denny JA masuk ke dalam 33 sastrawan berpengaruh
Mereka mempermasalahkan arti kata 'pengaruh' yang disandang puluhan tokoh sastra yang ada.
Penetapan konsultan politik sekaligus pendiri Lingkaran Survei Indonesia ( LSI ) Denny JA sebagai satu dari 33 tokoh sastra paling berpengaruh masih menuai kontroversi.
Sejumlah sastrawan, kritikus sastra, guru bahasa dan sastra, pecinta sastra, musisi, dosen dan mahasiswa yang tergabung dalam 'Ciputat Menolak Pembodohan' menolak dimasukkannya Denny JA dalam daftar 33 tokoh sastra yang berpengaruh oleh Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin.
Salah satu Dosen UIN Syarief Hidayatullah, Rahmat Hidayatullah menuturkan tim 8, selaku pihak yang memasukkan Denny JA sebagai satu dari 33 tokoh sastra berpengaruh dinilai tidak secara detail arti kata 'pengaruh' yang disandang puluhan tokoh sastra yang ada.
"Apakah pengaruh yang dimaksud adalah influence, efek atau dampak. Ketiga istilah ini memiliki makna dan konotasi yang berbeda," ujar Rahmat di UIN Syarief Hidayatullah, Ciputat, Senin (3/2).
Rahmat juga mengkritisi kata 'pengaruh' dalam hal ini konteksnya berpengaruh dalam pembuatan tulisan. "Pantas dipertanyakan mengapa persoalan 'pengaruh' dibicarakan dengan fokus pada 'tokoh'. Bukankah di dunia sastra yang memiliki pengaruh itu terutama sekali adalah tulisan," tuturnya.
Kata 'pengaruh' yang tidak diteruskan di depannya pun turut dipertanyakan oleh Rahmat. "Kata 'berpengaruh' tanpa ada lanjutannya, dalam arti tanpa ada keterangan tentang apa atau siapa yang dipengaruhi, terkesan sangat umum dan tanpa fokus yang jelas," pungkasnya.
Sebelumnya, Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin mengumumkan 33 tokoh sastra paling berpengaruh di Indonesia. Salah satu di antaranya adalah Denny JA, yang selama ini lebih dikenal sebagai konsultan politik dan pendiri Lingkaran Survei Indonesia ( LSI ).
Tim Juri menjelaskan Denny JA terpilih karena ia melahirkan genre baru dalam puisi Indonesia yang disebut genre puisi esai. Jenis puisi ini kini menjadi salah satu tren sastra mutakhir yang sudah direkam dalam kurang lebih sepuluh buku.
"Genre puisi esai ini memancing perdebatan luas di kalangan sastrawan sendiri. Aneka perdebatan itu sudah pula dibukukan. Terlepas dari pro kontra pencapaian estetik dari puisi esai, pengaruh puisi esai dan penggagasnya Denny JA dalam dinamika sastra mutakhir tak mungkin diabaikan siapapun," kata Ketua Tim Juri, Jamal, seperti dikutip Antara.
Berikut 33 tokoh sastra tersebut:
1. Kwee Tek Hoay
2. Marah Roesli
3. Muhammad Yamin
4. HAMKA
5. Armijn Pane
6. Sutan Takdir Alisjahbana
7. Achdiat Karta Mihardja
8. Amir Hamzah
9. Trisno Sumardjo
10. H.B. Jassin
11. Idrus
12. Mochtar Lubis
13. Chairil Anwar
14. Pramoedya Ananta Toer
15. Iwan Simatupang
16. Ajip Rosidi
17. Taufik Ismail
18. Rendra
19. NH. Dini
20. Sapardi Djoko Damono
21. Arief Budiman
22. Arifin C. Noor
23. Sutardji Calzoum Bachri
24. Goenawan Mohammad
25. Putu wijaya
26. Remy Sylado
27. Abdul Hadi W.M.
28. Emha Ainun Nadjib
29. Afrizal Malna
30. Denny JA
31. Wowok Hesti Prabowo
32. Ayu Utami
33. Helvi Tiana Rosa