Dosen Unair bantah Fadli Zon bahwa ide Jokowi berbau komunis
"Menyamakan '18th Brumaire' dan Revolusi Mental-nya Jokowi artinya Zon tidak paham apa yang ia sedang kemukakan."
Dosen Ilmu Politik Universitas Airlangga, Airlangga Pribadi, membantah pernyataan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon bahwa ide 'Revolusi Mental' ala Joko Widodo ( Jokowi ) berbau komunis. Akademisi yang sedang melanjutkan studi di Universitas Murdoch, Australia, ini juga menggunakan teori untuk membongkar kesalahpahaman Fadli atas teks Karl Marx, sang bapak komunisme.
Airlangga membantah Fadli bahwa Marx menggunakan istilah 'Revolusi Mental' pada tahun 1869 dalam karyanya 'Eighteenth Brumaire of Louis Bonaparte'. Menurut Airlangga, inti karya Marx itu ada pada tesis:
"Men make their own history, but they do not make it as they please; they do not make it under self-selected circumstances, but under circumstances existing already, given and transmitted from the past. (Manusia menciptakan sejarah tapi mereka tidak menciptakan sekehendak hatinya, namun di bawah kondisi yang sudah terbangun yang dihubungkan oleh proses sejarah)."
Airlangga menjelaskan, dari karyanya Marx menjelaskan bahwa kemampuan manusia sebagai agensi untuk mencipta sejarah ditentukan oleh kondisi-kondisi material yang sudah terbentuk.
"Mengapa perlawanan kelas pekerja kalah di Prancis misalnya itu karena konfigurasi kelas dominan berbeda kepentingan dengan kepentingan mereka. Ini karya Marx buku analisis situasi sejarah," terang Airlangga lewat dinding Facebook-nya, Jumat (27/6).
Dosen yang menyatakan mendukung Jokowi ini menerangkan Revolusi Mental berbicara soal konsep kepemimpinan untuk mengubah mental rakyat Indonesia.
"Bahwa seberat-beratnya masalah dan hambatan kita harus optimis dan menaruh harapan. Karakter yang baik, produktif, jujur dan optimis dibentuk melalui pendidikan," ujar Airlangga yang sering menulis opini di sejumlah media nasional ini.
"Menyamakan '18th Brumaire' dan Revolusi Mental-nya Jokowi artinya Zon tidak paham apa yang ia sedang kemukakan," tegasnya.
Airlangga juga membantah Fadli Zon yang menyebut Revolusi Mental' menjadi tujuan 'May Four Enlightenment Movement' di China 1919 yang diprakarsai Chen Duxui, pendiri Partai Komunis Cina.
-
Apa arti Pemilu? Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, Pemilu atau Pemilihan Umum merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden serta Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
-
Apa itu Pemilu? Pemilihan Umum atau yang biasa disingkat pemilu adalah suatu proses atau mekanisme demokratis yang digunakan untuk menentukan wakil-wakil rakyat atau pemimpin pemerintahan dengan cara memberikan suara kepada calon-calon yang bersaing.
-
Kapan Pemilu 2024? Sederet petahana calon legislatif (caleg) yang sempat menimbulkan kontroversi di DPR terancam tak lolos parlemen pada Pemilu 2024.
-
Apa yang dimaksud dengan Pemilu? Pemilu adalah proses pemilihan umum yang dilakukan secara periodik untuk memilih para pemimpin dan wakil rakyat dalam sistem demokrasi.
-
Bagaimana Pemilu 2024 diatur? Pelaksanaan Pemilu ini diatur dalam Peraturan KPU (PKPU) Nomor 3 Tahun 2022 Tentang Tahapan dan Jadwal Pemilu 2024. Regulasi ini diteken KPU RI Hasyim Asyari di Jakarta, 9 Juni 2022.
Menurut Airlangga, Chen Duxui ketika mengenalkan ide komunisme yang kemudian menginspirasikan Mao Zedong mendorong Revolusi Kebudayaan itu berbicara bahwa transformasi masyarakat China dari era feodal menuju sosialisme dapat mengubah tatanan budaya masyarakat Tionghoa dari hierarkhis menuju egaliter. Namun itu harus dimulai dari pertarungan dan pembelahan antar kelas sosial terlebih dahulu.
"Revolusi mental berangkat dari pemahaman bahwa jalan untuk membangun mentalitas rakyat dibangun melalui persatuan Indonesia kolaborasi antar elemen bangsa. Terus samanya dimana? Lucu ya Zon," kata Airlangga.
Sementara soal pergantian nama DN Aidit, menurut Airlangga, hal tersebut merupakan urusan pribadi sang ketua umum PKI sendiri. "IItu urusan Aidit sama keluarganya apa urusannya sama Revolusi Mental? Please dech katrok kok dibiakkan? " kata Airlangga.
"Makanya jangan kebanyakan fitnah. Kebiasaan Fitnah kok dipelihara. Peace," ujarnya.
Seperti diberitakan, Fadli Zon menuding visi misi 'Revolusi Mental' ala Jokowi berakar kuat dari tradisi paham komunis. "Indonesia tak ada hub dg NAZI, yg ada dg komunis. Nah 'Revolusi Mental' punya akar kuat tradisi paham komunis," kata Fadli Zon dalam akun Twitter-nya, Kamis (26/6).
Menurut Fadli, bapak komunis Karl Marx menggunakan istilah Revolusi Mental pada tahun 1869 dalam karyanya 'Eighteenth Brumaire of Louis Bonaparte'. Selain itu, lanjutnya, Revolusi Mental juga jadi tujuan 'May Four Enlightenment Movement' di China 1919 diprakarsai Chen Duxui, pendiri Partai Komunis China.
Sedangkan di Indonesia, kata sekretaris tim pemenangan Prabowo-Hatta itu, Revolusi Mental digunakan tokoh-tokoh berhaluan kiri untuk menghapus sesuatu yang berbau agama.
"Aidit PKI, hilangkan nama Achmad dr nama depannya n ganti dg Dipa Nusantara (DN) dg alasan 'Revolusi Mental' yaitu hapus yg berbau agama," ujarnya.
Sedangkan Budayawan Goenawan Mohamad memiliki pandangan berbeda soal Revolusi Mental. Menurutnya, program Jokowi sama sekali tidak ada hubungannya dengan ideologi komunis.
"Ada yg menuduh, "Revolusi Mental" anjuran Jokowi berasal dari Manifesto Komunis... Saya baca Manifesto Komunis; tak ada anjuran spt itu," katanya.
Baca juga:
Fadli Zon: Kita trauma komunis, buka Nazi
Fadli Zon: Survei internal, Prabowo-Hatta kalahkan Jokowi-JK
Bela Ahmad Dhani, Fadli Zon jelaskan sejarah Nazi
Fadli Zon yakin Prabowo-Hatta menang 70 persen di Palu
Tuding ide Jokowi bau komunis, Fadli pernah ke makam Karl Marx