Duka dan Ironi Pragmatisme Desa Wisata di Banyumas Akibat Wabah Corona
Desa Karangsalam memang tengah hits jadi tujuan wisata favorit di Kabupaten Banyumas. Namun pandemi Corona membuat wisata alam ini sepi pengunjung.
Kisi-kisi potongan batang bambu nampak masih basah baru dilapisi cat plitur. Slamet Setiawan, membagi foto sudut-sudut saung miliknya melalui aplikasi berbagi pesan. Ia menulis pesan singkat berisi begini: 'tinggal finishing'.
Saung itu telah jadi bagian penting penyambung hidup bagi keluarga Slamet sejak 6 tahun silam. Keberadaannya, jadi pelopor kedai kuliner pedesaan di Desa Wisata Karangsalam, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas.
-
Kapan Wisata Perahu Kalimas diresmikan? Bertepatan dengan Hari Jadi Kota Surabaya ke-729, pada Selasa (31/5/2022) malam, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi meresmikan wisata “Perahu Kalimas Reborn”.
-
Di mana Desa Wisata Cisaat berada? Desa Cisaat di Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat, baru-baru ini mendapat gelar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI.
-
Dimana letak Wisata Alam Selam Semliro? Wisata Alam Selam Semliro yang terletak di Desa Semliro, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah adalah destinasi wisata alam yang menawarkan pengalaman seru bagi pengunjungnya.
-
Bagaimana desa wisata ini dikelola? “Konsep pengembangan desa wisata di Kaduela dikelola secara mandiri dan melibatkan pemberdayaan masyarakat setempat sebagai kunci keberhasilan,” terang Iim
-
Bagaimana pemandangan di Desa Wisata Ciasihan? Mengutip Instagram Disparbud Jabar, Selasa (3/10), hal pertama yang bisa ditemui dan dirasakan saat menginjakan kaki di desa wisata Ciasihan adalah pemandangannya yang cantik dan berhawa sejuk.
-
Di mana Desa Wisata Nusa berada? Mengutip jadesta.kemenparekraf.go.id, Desa Wisata Nusa berada di Kabupaten Aceh Besar, Aceh bergerak dan mengembangkan desa wisata berbasis masyarakat.
Sejak awal Februari 2020, Slamet memutuskan memulai peremajaan saung. Bayangannya, saat Ramadan tiba, pengunjung yang datang untuk berbuka bersama akan mendapati suasana baru. Awalnya peremajaan berjalan mulus. Semula, Slamet mempekerjakan dua buruh harian untuk membantunya.
"Saya sekarang, sudah tidak ada pendapatan lagi. Rencana meleset semua. Terpaksa, dua orang yang bantu peremajaan saung saya hentikan awal April kemarin. Sudah 17 hari, saya mengerjakan sendiri," kata Slamet yang sekaligus Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Tirta Kamulyan Desa Karangsalam, Jumat (17/4).
Desa Karangsalam memang tengah hits jadi tujuan wisata favorit di Kabupaten Banyumas. Puluhan curug, sebutan untuk air terjun dalam bahasa Banyumas, tersebar di sejumlah lokasi jadi bagian kekayaan alam. Sawah menghampar berundak-undak. Di utara menjulang Gunung Slamet yang kebiru-biruan, gunung tertinggi di Jawa Tengah berpuncak 3.428 mdpl.
Selama dua tahun terakhir, fasilitas camping ground, kedai kuliner pedesaan, serta guesthouse marak didirikan di kawasan wisata desa ini. Para pelancong beramai-ramai datang. Tapi, pandemi Covid-19 atau Corona Virus mengubah segalanya. Kini keadaan berbalik, para pelancong tak lagi datang.
"Perekonomian mulai lumpuh tanggal 15 Maret kemarin," katanya.
Slamet bercerita, enam destinasi wisata seperti Curug Telu, Grojokan Ratu sampai Taman Wisata Bambu Baturraden berhenti beroperasi sejak sebulan silam. Dampak ikutannya, dua puluhan akomodasi wisata seperti guesthouse dan kedai kuliner tutup sebab makin minim pengunjung.
Memilih tetap berjualan di tengah situasi tak menentu, kata Slamet, hanya akan menggerus modal untuk biaya operasional. Selain itu 50 pelaku keanggotaan pokdarwis terpaksa menganggur. Ini belum terhitung pelaku wisata lain di luar pokdarwis.
"Untuk bertahan hidup masih bingung banget. Kita memaksakan buka malah minus. Semoga semua ini cepat berlalu," kata Slamet.
Lahan pertanian, sawah diakui oleh Slamet memang terhampar luas di Desa Karangsalam. Tapi, ia juga mengakui, banyak orang termasuk dirinya sudah terlalu lama bertumpu ke wisata. Pengetahuan mengelola pertanian tak lagi mereka kuasai.
Pertanian, Sabuk Pengaman
Empat puluh empat kilometer dari desa Karangsalam, di Desa Cikakak, aktivitas wisata budaya dan religi Sakatunggal juga dihentikan untuk antisipasi penyebaran Corona virus. Setiap akhir pekan, biasanya enam sampai tujuh bus berisi rombongan peziarah makam-makam wali mendatangi kawasan ini. Masjid peninggalan Kyai Mustolih dan tradisi masyarakatnya mulai dikenal luas sejak tahun 1983 lewat pemberitaan sejumlah surat kabar. Pada tahun 2003, kawasan ini mulai dikembangkan sebagai salah satu obyek wisata.
Sekretaris Pokdarwis Saka Tunggal, Jarwoto Andi Purnomo bercerita kegiatan wisata religi memang berhenti. Tapi wisata tak sepenuhnya jadi tumpuan warga sekitar untuk bersandar melangsungkan kebutuhan hidup. sektor pertanian masih jadi tumpuan utama bagi warga.
Pertanian tetap jadi sentra primer, akses pada tanah setempat untuk menanam padi, ubi, kacang maupun sayur-sayuran. Hasil-hasil pertanian memang tidak seluruhnya diperjual belikan. Tetapi lebih banyak disiapkan untuk kebutuhan pangan keluarga.
"Saat ini di dusun kami tengah panen." kata Adi.
Pandemi corona ini, di Sakatunggal, dimaknai oleh komunitas adat setempat sebagai pagebluk. Para sesepuh adat sejak beberapa pekan merespon pandemic dengan bergantian melakukan ritual ratib (tawasul) untuk penangkal pagebluk. Saban tengah malam, dua sesepuh adat akan berkeliling dusun. Rute keliling desa ini dimulai dari Masjid Sakatunggal.
"Semur hidup saya baru lihat ritual ini. Para sesepuh mengelilingi kampung merapalkan doa-doa," katanya.
Adi juga bercerita, di masa pagebluk, adat dan sistem sosial setempat juga mempraktikkan solidaritas sosial. Saban hari ke-7 ritual ratib dilangsungkan, warga yang memiliki kemampuan ekonomi dan keinginan berbagi akan melakukan selametan di kediaman masing-masing. Makanan ataupun jajanan slametan nantinya dihantar ke kediaman masing-masing tetangga.
Ironi
Wabah korona ini, dampak dan keadaan masyarakat pendukung wisata yang tengah berlangsung di Karangsalam serta Cikakak, memperlihatkan sebuah ironi. Pragmatisme pembangunan infrastruktur hiburan di Desa Wisata yang memarjinilasi lahan-lahan produktif, membentangkan lanskap kehidupan wisata yang ternyata begitu rapuh.
Modal-modal besar yang ditanamkan investor di Desa Karangsalam untuk membangun kedai makan gemerlapan, camping ground atau rumah penginapan berdinding tembok yang memarjinalisasi lahan pertanian tak berkutik dipukul wabah Corona. Tak adanya kehadiran orang lain atau wisatawan sebagai tulang punggung pemasukan menjadikan bangunan-bangunan itu mati produktifitasnya.
Di satu sisi, bangunan-bangun yang mati suri membawa dampak bagi masyarakat pendukungnya kehilangan pekerjaan. Ironi lain, mereka telah kehilangan keberakaran dengan lahan pertanian, tak memiliki kemampuan lagi untuk bertahan hidup memanfaatkan potensi alam lingkungannya.
Sebaliknya, di Sakatunggal, pariwisata yang berbasis pada kearifan lokal, bertahan dengan adat dan menjaga akses terhadap lahan pertanian justru lebih bisa menghadapi ancaman sosial ekonomi yang jadi dampak ikutan wabah Corona.
Kehidupan mereka tak sepenuhnya bertumpu pada kehadiran orang lain atau wisatawan. Tetapi tetap menjaga pertautan dengan lingkungan hidup di kawasan mereka tinggal. Sektor pertanian dengan demikian, jadi tulang punggung produksi yang sanggup menyelamatkan hidup di situasi apapun.
(mdk/gil)