Epidemiolog Tegaskan Favipiravir Obat Keras, Khawatir Dijual Bebas Tanpa Resep
"Setiap obat keras, antibiotik dan macam macam itu tidak bisa dibeli tanpa resep dokter," ujarnya.
Kementerian Kesehatan mengumumkan Favipiravir akan menggantikan peran Oseltamivir sebagai obat anti virus. Epidemiolog Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia, dr Pandu Riono menegaskan Favipiravir tidak boleh dijual tanpa resep dokter. Dia khawatir obat itu dijual bebas di apotek.
"Kalau pakai resep dokter (tidak masalah), yang berbahaya kalau orang bisa beli bebas. Karena itu bukan obat bebas, itu obat keras," katanya saat dihubungi, Senin (26/7).
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Bagaimana virus Covid-19 pertama kali masuk ke Indonesia? Kasus ini terungkap setelah NT melakukan kontak dekat dengan warga negara Jepang yang juga positif Covid-19 saat diperiksa di Malaysia pada malam Valentine, 14 Februari 2020.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Kapan kasus Covid-19 pertama di Indonesia diumumkan? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Di mana kasus Covid-19 pertama di Indonesia terdeteksi? Mereka dinyatakan positif Covid-19 pada 1 Maret 2020, setelah menjalani pemeriksaan di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
"Setiap obat keras, antibiotik dan macam macam itu tidak bisa dibeli tanpa resep dokter," ujarnya.
Selain itu, Pandu juga tidak setuju paket obat dan vitamin gratis yang didistribusikan kepada masyarakat bagi orang tanpa gejala (otg) maupun gejala ringan yang sedang isoman.
Menurutnya, paket distribusi obat maupun vitamin kepada masyarakat tidak tepat. Termasuk jika di dalamnya ada Favipiravir.
"Obat itu harusnya ditaruh dipelayanan kesehatan atau di apotek jadi belinya itu pengawasan dokter. Kalau dia dirawat harus dapet obat ya boleh kan obat itu diberikan dokternya, di awasi, kalau ada apa-apa bisa di stop," jelasnya.
"Kalau otg gak usah dikasih vitamin kenapa sih. Ya gak perlu emang dia kekurangan vitamin? istirahat, isoman, otg itu tidak perlu obat sama sekali. (gejala) ringan itu saya masih berbeda pendapat sama dokter. Dokter ingin tetap dikasih obat, kalau saya gak perlu kecuali kalau dia dirawat," ujarnya.
Pandu menambahkan, bahwa obat Favipiravir memang dimasukkan dalam pedoman 5 profesi dokter-dokter ahli karena obat itu dianggap masih dibutuhkan. Tetapi, Pandu tetap punya pandangan lain.
"Kalau saya pribadi tidak setuju kalau selama dia tidak dirawat. Kecuali kalau dirawat, kalau dirawat dokter bisa memberikan (Favipiravir) bisa mengawasi," kata Pandu.
Diberitakan, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memastikan obat Favipiravir dapat dikonsumsi masyarakat sebagai obat antivirus. Dia menjelaskan Favipiravir akan menggantikan peran obat Oseltamivir sebagai antivirus.
"Favipiravir ini akan mengganti oseltamivir sebagai obat antivirus. Kalau azitromisin tadi antibiotik, favipiravir ini masuk kategori anti virus," kata Budi saat konferensi pers di akun Youtube Sekretariat Presiden, Senin (26/7).
Dia menjelaskan obat tersebut pun sudah dikaji oleh para dokter di Indonesia. Mereka kata dia menganjurkan agar antivirus digunakan Favipiravir.
"Oleh dokter-dokter ahli 5 profesi di Indonesia sudah mengkaji dampaknya terhadap mutasi virus delta ini, mereka menganjurkan agar antivirusnya digunakan favipiravir," ungkapnya.
Dia pun berharap pada Agustus sudah memiliki stok kapasitas produksi dalam negeri 2 hingga 4 juta tablet per hari. Hal tersebut kata dia bisa memenuhi kebutuhan.
"Diharapkan nanti di bulan Agustus kita sudah punya kapasitas produksi dalam negeri antara 2 sampai 4 juta tablet per hari yang bisa memenuhi kebutuhan," ungkapnya.
(mdk/ded)