Heboh Efek Samping Vaksin AstraZeneca Picu Kasus TTS, Begini Penjelasan Ilmiahnya
Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan, ada kemungkinan kasus TTS dipicu vaksin AstraZeneca.
Menurut Dicky, kecil kemungkinan TTS akibat AstraZeneca terjadi setelah lebih dari sebulan vaksinasi.
Heboh Efek Samping Vaksin AstraZeneca Picu Kasus TTS, Begini Penjelasan Ilmiahnya
Heboh di media sosial vaksin AstraZeneca memicu munculnya trombosis with trombositopenia (TTS). Informasi ini berawal dari gugatan yang dilayangkan Jamie Scott ke Pengadilan Tinggi Inggris.
Jamie Scott merupakan seorang pria beranak dua yang mengalami cedera otak serius setelah mengalami penggumpalan darah dan pendarahan di otak usai mendapatkan vaksin AstraZeneca pada April 2021. Akibatnya, Jamie tidak dapat bekerja.
Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan, ada kemungkinan kasus TTS dipicu vaksin AstraZeneca.
"Enggak mungkin enggak ada. Bisa ada karena statistik menunjukkan seperti itu," kata Dicky melalui pesan elektronik, Jumat (3/5).
Namun, kasus TTS itu bisa terjadi dalam waktu paling lama sebulan setelah vaksinasi AstraZeneca.
Menurut Dicky, kecil kemungkinan TTS akibat AstraZeneca terjadi setelah lebih dari sebulan vaksinasi.
"Sangat amat kecil disebabkan oleh vaksin. Bicara TTS bukan hanya akibat vaksin, ada juga faktor lain," ucapnya.
Dicky menyebut, biasanya gejala TTS akibat vaksinasi AstraZeneca berupa napas pendek, nyeri dada, bengkak di kaki, atau nyeri perut terus menerus dan menetap.
Kemudian nyeri kepala hebat dan menetap, penglihatan blur, gangguan kulit seperti bercak terutama pada lokasi vaksinasi.
"Kalau di luar itu, harus cari penyebab lain," kata Dicky.
Ketua Komisi Nasional Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (Komnas PP KIPI), Hinky Hindra Irawan Satari menegaskan, tidak ada kaitan antara vaksin Covid-19 AstraZeneca dengan kasus TTS.
Hinky mengatakan, Komnas KIPI bersama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sudah melakukan surveilans aktif di 14 rumah sakit pada 7 provinsi yang memenuhi kriteria selama lebih dari satu tahun.
"Jadi, kami melaporkan pada waktu itu tidak ada kasus TTS terkait vaksin Covid-19,"
kata Hinky, Kamis (2/5).
merdeka.com
Hinky mengatakan, vaksin AstraZeneca sudah melewati tahap uji klinis tahap 1 hingga 4. Bahkan, uji klinis vaksin tersebut melibatkan jutaan orang hingga dikeluarkannya izin edar.
"Pemantauan terhadap keamanan vaksin masih terus dilakukan setelah vaksin beredar," ucap Hinky.
TTS merupakan penyakit yang menyebabkan penderita mengalami pembekuan darah serta trombosit darah yang rendah. Kasusnya sangat jarang terjadi di masyarakat, tapi bisa menyebabkan gejala yang serius.